Selasa, 23 Desember 2008

Kualitas Mental Orang Indonesia Kini!




Belum lama ini ada peristiwa salah satu mahasiswa psikologi UI bunuh diri dengan melompat dari sebuah gedung. Beberapa waktu lalu juga ada rencana bunuh diri dari seorang pria setengah baya dengan memanjat tower telepon seluler. Baru minggu lalu juga seorang bapak sebut saja SR (45) kalap mata sehingga menghabisi ibu kandung sendiri hingga tewas akibat permintaan untuk membeli motor baru dan meminta modal usaha dengan menjual sawah ditolak sang ibu, karena kesal si anak langsung menghabisi nyawa ibunya. Kabarnya SR baru saja di PHK dan sedang menganggur. Hal yang terjadi justru pada saat mendekati ‘Hari Ibu’, 22 Desember ini. Mengapa orang bisa senekak itu?
Orang bilang zaman kian susah, krisis global memicu PHK, orang susah mendapat pekerjaan hingga biaya hidup yang meningkat adalah sedikit dari dari ‘banyak’ hal-hal negative yang dialami Bangsa tercinta ini. Sayang memang. Akibatnya sudah bisa diduga, secara psikologis orang-orang banyak yang tertekan, stress hingga depresi, lantas berani berbuat nekat salah satunya dengan melakukan tindakan kriminal pembunuhan terhadap orang lain atau diri sendiri. Dan yang selalu rentan terhadap efek buruk ini yah masyarakat kelas bawah yang bernasib ‘minoritas’ alias pas-pasan, tetapi ‘mayoritas’ dalam hal jumlah, yah banyak sekali kan orang miskin di Negara kita (Fakir miskin dan anak terlantar ‘dipelihara’ (baca:dibiarkan sebagai yang miskin) oleh Negara).
Dan anak muda seperti mahasiswi (fakultas psikologi lagi) tadi juga rentan terhadap kondisi jiwa yang mudah terguncang. Soal bunuh diri konon katanya ini ada hubungannya dengan insting ‘thanatos’, lawan dari ‘eros’ dalam mitodologi Yunani, bahwa jika eros adalah cinta, lambang kehidupan maka sebaliknya thanatos adalah sebaliknya, kematian. Insting untuk mati, agresi, keinginan bunuh diri, dsb. Dan potensi itu sejatinya ada dalam setiap diri manusia hanya saja dengan kualitas yang berbeda dan karena adanya tahap perubahan dalam hal struktur kepribadian atau struktur alam bawah sadar seseorang. Nyatanya human differences memang ada dan segala potensi diri yang banyak itu bisa membuat seorang bisa saja berbeda dengan orang lain.
Jika pemilu hampir tiba maka para penjaja mimpi kembali menjual janji dan tampang demi meraih popularitas dan dukungan yang sebanyak-banyaknya. Maka ketika waktu kampanye tiba para politikus seakan berubah jadi malaikat, menjual janji dan seabrek mimpi manis dengan harapan orang memilihnya. Dan kemudian ketika waktunya tiba, ketika kemenangan ada di tangan, selamat tinggal janji dan mimpi manis, selamat tinggal komitmen tahi pus, selamat datang dunia penuh tipu daya, sensasi, intrik, bergelimang harta, tahta dan wanita. Selamat tinggal deh rakyat yang sudah memilih, jangan harap rakyat yang nomor satu! Omong kosong belaka, pasti yang pertama yah kesenangan pribadi atau kelompok. Rakyat belakangan, gak juga tak apalah. Hati-hati momen Pemilu bisa melahirkan para koruptor-koruptor baru, para penipu ulug, para manusia egosi. Untuk itu hai rakyat Indonesia, pilihlah seseorang karena dia mampu, kompeten dan loyal terhadap nasibmu, jangan kepada orang yang sebaliknya, orang yang mengutamakan kepentingan pribadi dan menghalalkan segala cara demi kepuasan diri semata. Jangan ketika dikasih kaos dan nasi bungkus maka Anda luluh dan mau memilihnya tanpa tahu pasti siapa dia,dsb.
Mereka dipilih hanya untuk menyengsarakan rakyat saja, membuat rakyat antri BBM atau gas, membuat rakyat stress dan banyak yang bunuh diri. Percuma 5 tahun lalu anda memilih mereka, dan sudah lima tahun pula anda masih berkubang dalam persoaalan yang sama, maka hati-hatilah memilih orang, jangan tergiur dengan nasi ayam atau kaosnya saja. Cari tahu dan kenalilah lebih dekat, jika tidak layak tak usah dipilih. Gitu aja kok repot.
Maka ketika politikus membuat iklan politik yang dengan bangga menyatakan ‘angka kemiskinan turun, sekolah murah, sembako murah…hanya tahi pusnya mereka saja, omong kosong kalau hanya masih berkutat dengan kuantitas bukan kualitas. Iklan tahi pus sebaiknya tak usah dilihat kalau hanya bualan, tahi pus saja, omong besar, pemerintahan siapa yang bla..bla..bla…tahi pus semua, omong kosong semua! Jika mereka saja tidak becus membawa diri, dan ketika rakyat kecewa dan putus asa kemudian memilih untuk GOLPUT saja eh masih ada yang rebut-ribut mau di buat fatwa segala, sudah ngeyel masih gak mau nyadar juga. Mana buktinya kalau tak mau rakyat golput. Bukti tidak selalu harus dipilih dulu baru dilakukan! Bukti ada sebelum pemilu jika tak mau golput ada.
Mau rakyat miskin, politikus yah sama ‘stress’nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...