Senin, 22 Desember 2008

Harmoni: Me, Family and Friends




Pagi ini saya bangun terlalu pagi. Ini karena tiga hal. Pertama karena saya nervous karena ultah, maksud saya entah mengapa sejak semalam saya begitu gugup mendapati diri saya yang sudah bertambah umur menjadi 22 suatu angka yang saya pikir tidak main-main, bukan mimpi, saya tahu bahwa pasti tanggungjawabnya besar mungkin itulah yang membuat seolah saya mengalami ‘sindrom’ ini he-he. Namun paling tidak saya berterima kasih sama Tuhan mungkin ini salah satu wujud ‘peringatan’ darinya, ‘nak, dah 22 tahun lho, ingat umur berbanyaknya berbuat kebajikan, berbanjaklah beramal, berbanyaklah berbagi kasih dengan sesame, berbanyaklah doa, hormat kepada orang lain, menghargai orang lain, menerima orang lain apa adanya, berbanyaklah bersyukur, wah banyak deh…terima kasih Tuhan.
Kedua, saya bangun kepagian karena ada telepon dari Ba’tua dan Ma’tua (ini sebutan sayang kami buat Bapak dan Mama saya, sebenarnya ini sebutan dari keponakan saya kepada kakek nenek mereka sejak cucu atau ponakan pertama, akhinya seolah menjadi kebiasaan harian kami anak-anak juga ponakan-ponakan. Terima kasih buat mama ‘tua dan bapa’tua. Sayang saya lupa menanyakan ‘jam berapa saya lahir’. Jujur saya lupa dengan ini (dulu pernah dikasi tahu, sepertinya pagi ah entahlah nanti saya tanyakan lagi).
Ketiga soal BADE. Ini adalah nama ‘group’ persahabatan sewaktu SMA dulu. Saya sudah beberapa kali menulis tentang mereka di blog ini. Jujur ini ‘wadah’ persahabatan pertama dan terlekat dan paling melekat lama dalam memori saya. Saya pertama dekat secara personal, dekat secara emosional, dekat secara fisik yah dengan mereka ini. BADE atau BASIS, ATHALIA, DREAM DAN ECHA (kenapa yah sama dua anak yang memakai nama ‘samaran’, saya tak mengerti). Yah, boleh dibilang saya pertama kali ‘mudeng’ persahabatan yah dengan mereka-mereka ini, plus yang pertama kali saya kenal karena lemari kami berdampingan yakni Krisantus Romelus Kandars, si nyong ‘Cina Alor’ (maafkan saya teman yang masih terbawa suasana Asyur, dengan memakai stereotype kecinaanmu, tapi ini bercanda, juga ketulusan sesame anak Asyur dalam berteman, he-he). Melus yang sederhana, pengertian dan cukup rendah hati untuk ‘anak cina’ pada umumnya. Sekali lagi maaf, ini bukannya mau rasialis tapi kenyataannya kok demikian yah. he-he. Persahabatan BADE dimulai sendiri, dan persahabatan saya dengan Melus juga dimulai dalam kurun waktu tersendiri, kemudian bersatu. Seingat saya kebetulan saya seasrama denga Melus kemudian sekelas dengan Elsa dan Chintya (hayoo..go kelas 1.4 he-he, bersama ibu Agnes Delo kita bisa! halah, kaya partai aja he-he).
Mereka-mereka inilah teman saya, sahabat saya. Hanya saja saya mau jujur bahwa dulu pun entah mengapa saya merasa ‘tidak terlalu’ dekat dengan Basis dan Tely. Justru baru ketika tamat saya mengenal lebih jauh. Mungkin karena sosok mereka yang rada cuek dan secara khusus dengan Basis mungkin dulu sewaktu SMA saya memang sedikit kurang ‘sejalan’ dengan beliau. Sebaliknya dengan Chintya pun agak lumayan baiklah (eh bukan berarti dengan Tely dan Basis jelek lho he-he). Dengan Chintya a.k.a Dream dulu awalnya juga sempat jauh-jauhan dulu awalnya yah gitu deh kalau remaja lagi jaim. Chintya yang cerdas, yang tidak terlalu banyak bicara, yang suka berinisiatif, yang tergolong ‘anak patuh’, ini menurut saya, dari dia saya belajar untuk LOYAL. Nah kalau secara intens maupun emosional saya cenderung lebih dekat dan akrab serta terbuka dengan Echa duluan. Sosok yang saya kenal baik hati, sang pemrakarsa, sang eksekutor pemrakarsa, ada saja hal yang bisa kami lakukan atas inisiatif ‘ibu’ yang satu ini namun tak kalah sensitifnya he-he. Kalau boleh memakai istilah ‘kepala rumah tangga’ mungkin Elsa anaknya Om Herman Rea inilah ‘kepala rumah tangganya’. Dulu rumahnya adalah ‘base camp’ atau pelabuhan BADE, saya dan Melus. Dari Elsa saya tahu maknanya memberi dengan ikhlas Tempat kami bercengkrama, bercerita, bergosip, membagi pengalaman atau sekedar ‘numpang’ makan he-he. Elsa memang terlahir untuk menyatukan kami, yah ini bukan kata-kata yang tendensius atau berlebihan, kenyataanya dulu kami begitu ‘tergantungnya’ sama Elsa karena komitmen dan cinta yang melandasi itu, kejujuran dan keikhlasan tanpa pamrih, tanpa menuntut ini itu. Saya secara pribadi sangat berterima kasih buat Elsa, buat Basis, buat Dream, buat Athalia, buat Melus, karena saya sudah ‘meminta’ banyak hal dari kalian selama ini, yah perhatian, ya sekedar say hello, macam-macam.
Basis adalah sosok yang kreatif, kadang keras kepala, sosok pemrakarsa juga. Tergolong ‘oposan’ atau suka akan sesuatu yang berbeda dari yang lain (oposisi) sehingga kadang hal itu masih dianggap tidak lumrah dan beliau sendiri kena imbasnya dijauhi, digosipin,dsb, namun saya kira anak ini sudah cukup ‘kebal’ dengan ejekan yah he-he. Dari dia saya belajar untuk percaya diri. I swear soal percaya diri anak ini memang selalu memakai rumus ‘modal nekat’ he-he. Orangnya cair dan bisa men’cair’kan suasana. Kalau Tely, saya mungkin terbilang yang kurang dekat, maaf ya Non, bukan apa-apa, ini juga ujian bagi saya untuk lebih terbuka dan percaya sama dikau saja cieh dikau he-he. Yang saya tahu Tely atau Athalia atau Non ini manja, ampun deh. Kadang suka ‘sonya’ alias sonde nyambung, di SMS apa jawab apa, di comment apa di FS jawabnya apa coba hehe…diterima yah kritikannya. Saya juga tunggu kritik balasan. Mungkin yang patut di’tiru’ dari Non adalah sikap EGP atau cueknya yang minta ampun itu, kadang bisa ampuh hanya saja musti lihat sikon dulu. Mungkin karena sikap manjanya. Yang saya tahu dia cukup punya kleksi pacar yang banyak yah he-he, saingan tuh sama Basis, mungkin yang paling adem ayem yah Cuma saya, Melus dan Elsa kali yah, Chintya (*hmn, sambil mikir*) kayaknya ya dan tidak he-he.
BADE dan Melus adalah wadah saya untuk belajar loyal. Belajar untuk berkomitmen. Belajar untuk mencintai dan bertanggungjawab. Belajar untuk memberi dan menerima. Belajar untuk terbuka (saya terlahir sebagai anak pemalu nan introvert, dan baru belajar terbuka serta percaya diri justru ketika saya di Syuradikara, ketika saya bertemu teman-teman saya ini). Ada banyak cerita seru yang kami lalui bersama, soal usaha kami membangun Pramuka Syuradikara, soal kegemaran kami jalan sana sini tanpa arah yang jelas, soal hobi jajan kami, soal naksir-naksiran, soal setuju tidak setuju dalam memilih pacar, soal pelajaran yang sulit, banyak hal. Ah, entahlah. Pagi ini sepertinya paginya Saya, BADE dan Melus. Saya hampir lupa bahwa saya ulang tahun karena saking inginnya menulis soal perasaan saya ini.
Hampir tiga tahun lebih kami berpisah jarak juga waktu. Perlahan tapi pasti kami sudah dihadapkan pada komitmen lain yang baru di depan mata, tanggungjawab lain, prioritas lain. Saya, Basis, Melus, Dream, Echa atau Athalia harus menemukan ‘hal baru’, dan memang harus. ‘Memilih hal baru’ karena memang harus dipilih, membuat ‘prioritas lain’ karena memang demikian. Hingga sejenak lupa akan persahabatan yah saya kira wajar, hanya saja melupakan kenangan baik persahabatan takkan pernah terjadi, dengan alasan apapun. Cinta dan kerinduan memang bisa melampaui batas fisik! batas ruang dan waktu, namun kadang manusia selalu saja merasa kurang, merasa janggal, merasa aneh dengan kondisi demikian. Sekali lagi persahabatan bukan saja diuji perpisahan fisik, ruang dan waktu saja namun juga ‘trust’, kepercayaan. Saya kira inilah krisis yang sedang kami alami. Jauh dikira sama dengan tidak percaya lagi, tidak sayang lagi, tidak care lagi. Sibuk sama dengan tidak percaya, sama dengan lupa akan komitmen persahabatan, sama dengan ingkar janji. Padahal tidak selamanya benar. Bahayanya jauh juga diartikan dengan tidak peduli dan tidak pengertian lagi. Inilah bentuk-bentuk krisis yang sadar atau tidak, mau atau tidak sedang kita alami. Untuk hal ini kalian, teman-temanku boleh saja tida setuju, boleh saja tidak percaya, tapi harus MENGERTI.
Pengertian yang saya kira adalah kunci untuk membuka lagi pintu maaf, menuju rumah persahabatan kita. Dimana di dalamnya kita bisa bercengkrama lagi, bisa saling percaya lagi, saling cinta lagi, saling membantu, saling mendukung, saling percaya. Kita memang sedang diuji siapa yang sahabat sejati siapa yang tidak, saya menantang diri saya sendiri, juga kalian teman-temanku, soal ini. Saya tidak mau ini disebut MASALAH. Karena kita cenderung takut dengan cap ‘masalah’, parno dengan kata ‘masalah’ lantas menyerah, lantas kurang bersemangat, lantasa menghindar, latas tidak mau peduli. Saya menantang ini kalau kalian masih mau disebut BADE, kalian masih mau mengakui DIKCY SENDA dan Melus adalah teman BADE! Tak ada lagi alasan apapun.
Saya melakukan ini karena saya care dengan persahabatan kita. Saya tidak mau menyalahkan individu per individu, ini salah kita semua. Kenapa musti egois, kenapa tidak percaya lagi satu sama lain, kenapa harus ungkit-ungkit masa lalu, kenapa harus saling menyalahkan, kenapa selalu dengan emosi dan kemarahan, kenapa selalu ada kata ‘ah saya tidak peduli lagi’, kenapa selalu ada kata ‘ah ini bukan urusan saya’, kenapa tidak ada rasa percaya satu sama lain, kenapa demikian?
PENGERTIAN adalah mengerti PRIVASI orang lain, tahu batas aman, tahu batas tidak aman. Tahu mana yang perlu, mana yang tidak. Mengerti adalah menerima orang lain apa adanya, termasuk pilihan hidupnya. Sahabat sejati boleh MEMBERI masukan, dan sahabat sejati mau juga MENERIMA masukan, sahabat sejati mau mengkritik tapi jiga bisa menerima KRITIKAN dengan lapang dada. Kita sudah besar, punya pulihan bebas tapi bukan berarti tidak mau mendengarkan orang lain, dan ‘orang lainpun’ juga harus sadar untuk tidak memaksa.
Saya kira cukuplah. Ini bukan nasihat yang SOK tahu, saya juga mau belajar, saya juga mau membenahi diri karena saya juga masih banyak kurangnya. Ayolah, BADE: BASIS, ATHALIAN, DREAM DAN ECHA SERTA MELUS, dan Dicky senda, ayolah kita sama-sama belajar, jika kita masih mau memakai nama BADE, masih mau mengakui bawa dicky dan melus teman BADE, mau mengakui bahwa kita adalah SAHABAT. Sebentar lagi tahun baru, mungkin bisa jadi momen untuk lebi baik. Saya harap kalian mau membaca tulisan ini, syukur-syukur mau mengerti tapi saya masih percaya 100% sama kalian semua, sama persahabatan kita. Yang lalu jadi pelajaran, sekarang pikir kedepan, moga lebih baik. Terima kasih sudah mau menjadi sahabat saya. Saya selalu bangga dengan Kalian.
Terima kasih sudah mau membaca.
Buat kalian saya ingin bernyanyi lagunya Padi 'Harmoni'

...kau membuatku mengerti hidup ini
kita terlahir bagai selembar kertas putih
hingga kulukis dengan tinta pesan damai dan terwujud
Harmoni...
harmoni....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...