Rabu, 24 Desember 2008

Christmas, the Time for Giving Loves and Peace


(ditulis untuk www.flobamora.org)
Kira-kira jam 9 kurang pagi ini saya mendapat SMS dari ka’e Tuteh yang meminta saya menulis untuk blog flobamora.org bertemakan Natal. Saya kaget dan sejenak berpikir untuk menolak, ah, kemudian saya berpikir lebih dalam lagi jika orang lain sudah mempercayakan hal ini kepada saya maka saya tak boleh menolaknya, maka saya langsung mengirimkan pesan singkat balasan daripada terlalu banyak menimbang-nimbang akhirnya bisa menolak benaran. Ketika tanda pesan terkirim berbunyi saya berpikir lagi, wah apa nih yang akan saya tulis? Dua hari ini saya terlalu lelah berpikir dan berusaha menjadi penengah sahabat-sahabat saya yang sedang salam paham atau tepatnya sedang marahan. Sebenarnya saya sendiri yang memutuskan untuk terjun langsung menengahi ‘perang dingin’ yang sudah lama berlarut-larut ini dan saya sadar bahwa untuk ini saya harus relakan energi saya terkuran untuk berpikir mencari solusi yang terbaik buat sahabat-sahabat tercinta saya. Dan kini saya harus meninggalkan perasaan kalut saya untuk sejurus kemudian masuk dalam ‘roh’ Natal agar saya bisa memnuhi permintaan ka’e Tuteh, ini sulit. Saya kemudian memutuskan untuk mengirim SMS ke beberapa sahabat baik saya yang lain untuk sekedar meminta komentar pribadi mereka kira-kira apa sih artinya Natal bagi diri peribadi mereka? Mengapa orang Kristen perlu merayakan Natal? dan kira-kira menurut sahabat-sahabat saya apa pengaruhnya Natal kali ini dengan situasi permasalahn bangsa kita?
Jujur saja saya lakukan demikian karena otak saya tiba-tiba mandek untuk berpikir sehingga saya perlu sedikit ‘dopping’ dari orang lain. Dan saya teringat kata-kata Menurut Pandit Jawaharlal Nehru ‘krisis dan jalan buntu, kalau terjadi, paling tidak memberikan satu keuntungan, yaitu memaksa kita untuk berpikir’. Dan saya harus memaksa diri saya dan terbukti benar!
Natal artinya lahir. Natal adalah bentuk hormat dan syukur orang Kristen dalam mengenang kedatangan Sang Juru Selamat yang diyakini datang untuk menebus dosa umat manusia. Ini menurut saya. Saya kemudian berpikir sejenak, karena saya punya keterbatasan dalam pengetahuan sejarah Kristen (meskipun saya orang Kristen) dan masih kurang mengetahui hal-hal yang berbau Teologis maka sedapat mungkin saya menulis ini semampu saya. Sahabat saya langsung menelpon dan mengungkapkan permintaan saya dengan begitu riangnya. Saya jadi senang, hati damai karena ada yang mau membantu merefresh kembali pikiran saya yang ‘mampet’ tadi. Menurut dia pribadi Natal itu refleksi dari Kasih dan Damai secara nyata dari umat manusia yang meyakini Yesus adalah pembawa Damai dan Kasih itu sendiri. Artinya jika saya boleh menambahkan Natal kini adalah momen dimana kita melihat diri dan mencontoh ajaran Kasih dan Damai yang sudah diajarkan Yesus, sejauh mana kita yang percaya dengan Natal sudah mengimplementasikan ajaran Kristus itu dalam kehidupan kita? Natal adalah saat individu mengasihi dan berdamai dengan diri sendiri kemudian memproyeksikan semua itu kepada lingkungan atau orang lain diluar diriya juga dengan alam, lanjut sahabat saya tadi. Artinya Natal juga mengajarkan kita untuk berbagi Cinta Kasih dan Kedamaian. Saya berpikir betapa indahnya dunia ini jika semua orang terutama orang yang mengakui dirinya Kristen melakukan semua hal itu. Betapa tak ada perang, tak ada krisis, tak ada pelemparan sepatu, tak ada teror, tak ada global warming, tak ada perseteruan antar sesama yang sedang dialami sababat-sahabat saya tadi.
Lantas mengapa orang Kristen harus merayakan Natal? Sahabat saya punya argumen tersendiri. Baginya penting sebab dasar dari iman Kristen adalah kasih Allah yang terwujud dalam diri Kristus yang lahir ke dunia untuk menyelamatkan manusia, oleh karenanya orang yang percaya pada Kristus harus merayakannya dengan menerima ‘kasih Allah’ yang terwujud dalam diri Yesus untuk kemudian menginspirasi manusia untuk untuk bisa berbuat hal yang sama yang sudah lebih dahulu dilakukan Allah lewat Kristus dan oleh Kristus lewat lahir dan wafatnya di salib. Saya sepakat. Sehingga tak ada alasan bagi orang Kristen untuk tidak hidup dalam damai dan kasih, kepada diri sendiri maupun orang lain serta alam semesta. Bekali-kali saya menulis kata kasih dan damai, meyebut kata kasih dan damai setiap hari namun yah hanya sebatas itu saja, tak sesimpel yang diucapkan. Mengapa sulit? itu karena kita manusia kadang terlalu egois untuk berbagi kasih dan damai sejahtera bagi orang lain. Harga diri kita kadang dirasa lebih mahal jika harus duluan berbuat baik atau memaafkan orang lain. Untuk hal ini Anda boleh sepakat namun tak usah percaya bahwa saya pun sudah melakukan hal tersebut. Saya masih terlalu egois untuk mengasihi orang lain, diri saya masih terlalu berharga ketimbang memaafkan orang lain, hati saya terlalu tingginya sehingga sulit untuk menengok ke bawah, hidup saya terlalu pentingnya sehingga tak ada waktu untuk sedikit membagi apa yang saya punya kepada orang lain, saya kadang terlalu angkuh sehingga tidak peduli dengan alam semesta tempat saya menumpang hidup.
Saya membaca sebuah buku kecil terbitan Kanisius yang ditulis oleh John Allen, Jr. yang berjudul ‘Paus Benedictus XVI : Sepuluh Gagasan yang Mengubah Dunia’, diiringi lagu ‘malam kudus’nya Glenn Fredly feat Rio Febrian yang syahdu membuat saya makin larut dalam menelusuri makna hakiki dari Natal. Semakin jauh berjalan, saya merasa saya begitu kecil di mataNya. Tulisan John makin membawa saya pada eksistensi terdalam saya sebagai manusia. Menarik soal gagasan Paus tentang Allah adalah Kasih, Yesus adalah Tuhan, hingga yang menyejukkan hati saya ‘Iman Kristiani merupakan sebuah pesan positif’ dan ‘Keutamaan Kesabaran’. Pesan Natal untuk berbuat kasih dan damai sebanyak-banyaknya saya pikir adalah bentuk dari pesan positif yang dalam iman Kristen. Dan dalam semuanya kesabaran dan keikhlasan hati adalah segalanya. Sederhananya dalam hal apapun landasilah dengan kasih dan damai, iringilah dengan sabar dan ikhlas. Saya kira jika kita mau mencoba pasti bisa. Siapa sih yang ma uterus-terusan hidup dalam energi yang negatif, selalu dirundung persoalan, selalu dalam ketakutan dan kemarahan? Jika kita sudah diberi kesempatan berkali-kali setiap tahun, sepanjang 365 hari dikali usia Anda, masa sih kita masih berpikir bahwa hal itu sulit? Jika yah, sayang sekali bahwa dalam hidup kita belum tahu bersyukur atas setiap kesempatan yang sudah diberikan, kita selalu saja mengeluh dan mengeluh tanpa pernah sekalipun mencoba untuk berubah. Sungguh kita belum menang atas diri kita sendiri. Padahal Natal datang untuk mengajak kita memenangi diri sendiri, menang atas dosa, menang dengan panji kasih dan damai sejahtera di hati.
Saya berpikir mengapa kita berat untuk memaafkan? (saya punya rumus pribadi 1 kali memaafkan sama dengan 2 kali berbagi kasih plus dua kali berbagi damai!). Menurut buku yang saya baca hal itu karena pelaku tidak pernah mau minta maaf atas salahnya, memaaafkan masih dianggap MEMBEBASKAN orang lain dan MERUGIKAN diri sendiri. Semalam saya telepon sahabat saya A yang lagi bersmasalah dengan sahabat saya yang lain B, dan saya bilang mau gak kamu memaafkan dia? A jawab untuk memaafkan sudah saya lakukan seringkali, berarti teman saya sudah sadar atas kesalahannya, tetapi mengapa sahabat saya si B juga tidak memaafkan juga atau mengampuni atau juga minta maaf jika sebaliknya B juga punya salah. Ternyata hal itu belum dilakukan B karena dia merasa paling benar dan dia adalah ‘korban’ jadi buat apa minta maaf? Tapi masalahnya si B tetap saja tidak mau memaafkan. Saya bilang ke A orang yang dipenuhi energy negatif akan mengarahkan dirinya sendiri kepada perilaku destruktif bagi diri sendiri dan orang lain, yah sama saja dengan si B yang memilih menyimpan dendam dan energy negatif sama saja menjebakkan dirnya untuk tidak sehat. Ah, saya juga sadar kadang saya demikian meskipun sefasih apapun saya belajar ilmu psikologi, belajar teori motivasi,dll toh saya pun bisa ingkar dari pengetahuan saya. Tapi beruntung saya masih punya keinginan mulia, saya mau jadi orang baik! Bagaimana dengan Anda?
Berbicara Kasih dan Damai Natal, tentunya sangat relevan dengan situasi dan kondisi Bangsa kita sekarang. Sahabat saya bilang, penting sekali makna Natal buat Indonesia. Puluhan tahun merdeka kita masih saja hidup dalam krisis cinta kasih dan krisis kedamaian. Teror bom dimana-mana, perang berbau SARA seolah tak ada habisnya, masyarakat yang hampir selalu hidup dalam ketiadaan harapan dan rasa optimism (sama halnya ketika saya menulis paragraph ini). Natal mengingatkan orang Kristen untuk bisa menjadi agen perubahan bagi Indonesia dan dunia pada umumnya. Kristus sudah berates-ratus tahun lamanya datang saban 25 Desember, sepanjang tahun, tapi toh orang Kristen sendiri belum mampu mengimplementasikan kasih dana damai itu dalam kehidupan, antar sesame manusia dan alam semesta. Dalam Intisari edisi akhir tahun ini dibahas tokoh peraih Nobel Perdamaian Martti Ahtisaari, mantan presiden Finlandia dan bekas guru SD yang dalam hidupnya benar-benar mengwujudkan kasih dan damai Tuhan lewat tindakan nyata, membantu mendamaikan Sarajevo hingga Aceh yang berkonflik.
Sungguh saya tak boleh pesimis dan saya pun malu jadi manusia jika hidup saya hanya untuk diri saya sendiri, kasih dan damai hanya untuk kesenangan pribadi tanpa mau membaginya dengan sesame dan alam semesta. Betapa egoisnya saya. Selanjutnya saya harus berterima kasih juga buat peraih Nobel sebelumnya Al Gore yang sudah mengingatkan manusia untuk mengasihi dan berdamai dengan Alam semesta, jika tidak maka lihat saja akibatnya pelan tapi pasti sudah kita rasakan. Oprah Winfrey, Bill Gates (menghabiskan Rp. 11 triliun buat Afrika dan India) dan Bill Clinton adalah sedikit dari ‘banyak’ (sekali lagi saya harus optimis!) warga dunia yang sudah mengimplementasikan kasih dan damai Kristus kepada sesama. Mereka sudah meninspirasi saya untuk menjadikan ‘memberi’ bagian dari hidup saya.
Berikut saya tulis ulang cuplikan kata-kata Oprah mengenai alasan beliau mendirikan Angel Network:
‘saya ingin mengembalikan apa yang dulu saya pernah peroleh, yaitu perasaan dihargai. Tiga orang biarawati yang tidak saya kenal memberikan perasaan berharga itu kepada saya; ketika kami sekeluarga ditampung ditempat penampungan orang miskin. Ketiga biarawati itu datang memberikan makanan dan mainan untuk menyambut hari Natal.’
Natal sudah menyadarkan saya dan sahabat saya. Kami berdua sepakat untuk meniupkan ‘roh’ Natal ke seantero Indonesia, dengan kemampuan kami, apapun bentuknya. Saya harap Andapun demikian, dengan hal-hal kecil di lingkungan kita. Namun terlebih dahulu kita sudah menang dengan diri kita, kita sudah berdamai dan mengasihi diri kita, saya kira untuk di luar diri kita akan lancar. Saya harus menulis dengan cepat tanpa editan agar secepat juga di posting ke flobamora.org. Kira-kira inilah cara saya melihat dan memaknai Natal. Saya masih sedih dengan kondisi sekarang yang hanya menjadikan Natal komoditas untuk mendukung raksasa Kapitalis, yang justru akan membuat manusia tidak mengasihi dan berdamai dengan dirinya, apalagi dengan sesama dan lingkungan. Natal oleh Kapitalis kini hanya membentuk pribadi yang individualistis dan egois, yang konsumtif dan tidak menghargai lingkungan. Lagi-lagi saya dirundung rasa pesimis. Ah, Yesus, hujanilah kasih dan damaimu buat dunia, buat bumi yang hampir kolaps ini. Semoga.
(Terima kasih buat sahabat saya Lan Hokor yang sudah membantu merefresh otak saya dengan argumennya, terima kasih buat Tuteh yang sudah mempercayakan saya menulis untuk flobamora.org).
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...