Jumat, 07 Agustus 2015

Mama Mia: Kalau Tidak Berlaku Adil, Mereka Bisa Mogok Bicara Seharian!


Catatan refleksi #KITONG SLBN SoE




Pernah berpikir untuk mengajar di depan anak-anak berkebutuhan khusus di sebuah Sekolah luar Biasa? Selama 6 tahun punya pengalaman sebagai guru BK saya belum berpikir tentang itu karena saya tahu betapa sulitnya mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Dulu saat masih mengajar di Jogja saya pernah kebagian tugas menangangi satu dua murid dengan riwayat austisme selama satu semester. Cuma itu terjadi dalam konteks sekolah inklusi bukan SLB.
Saya lupa persisnya kapan pembicaraan teman-teman Forum SoE Peduli dengan om Danny Wetangterah sehingga ketemulah dengan ide kunjungan ke SLB Nunumeu di pinggiran kota SoE. Gayung bersambut ide tersebut nyambung dengan ide lain yang disebut sebagai KITONG, Kunjungan Inspirasi Timor untuk Berbagi. Kitong juga bisa berarti kita, kami, dalam bahasa Melayu Kupang. Om Danny, dkk adalah otak dari semua aksi kreatif ini. Banyak komunitas anak muda di Kupang terjaring begitu saja. Komunikasi terjadi begitu cepat dan masif, seperti yang terjadi di Festival Pakariang kali lalu. Promo gencar di lakukan via media sosial hingga akhirnya terkumpulah hampir seratusan orang muda dari berbagai profesi yang mau bekerja secara sukarela, bahkan menanggung sendiri biaya transportasi dan akomodasi, hanya demi mengajar sekaligus berbagi inspirasi kepada anak-anak Timor.
Siapa yang mau peduli pada pendidikan anak Timor? Selain para guru yang berjuang dengan segala keterbatasan infrastruktur dan mereka yang masih setia dengan predikat ‘guru honorer bergaji rendah.’ Atau perjuangan guru-guru muda dari penjuru Indonesia yang tergabung dalam SM3T. Sementara anak-anak terus bertumbuh dalam keterbatasan gedung sekolah, buku pelajaran, alat tulis, belum lagi pakaian seragam dan sepatu. Belum lagi soal wawasan anak-anak terhadap cita-cita, bagaimana mereka bermimpi tentang masa depan mereka. #KITONG lahir dari kondisi ini. Mereka bukan saja butuh guru, butuh gedung sekolah yang baik lengkap dengan buku-buku pelajaran, mereka juga butuh motivasi. Dari siapa?  Dari kita, #KITONG semua yang mau peduli pada pendidikan di Timor. Jadi, relawan yang dtang dari berbagai profesi diminta untuk berbagi pengalaman profesional mereka. Diharapkan anak-anak akan punya wawasan baru terhadap profesi dan itu akan membantu mereka menyusun mimpi dan cita-cita. Bahwa profesi itu bukan semata guru atau pendeta saja. Tawaran profesi yang beragam bisa jadi akan memberikan motivasi  dan harapan lebih.
Aksi ini membuktikan kepada diri saya sendiri bahwa sudah saatnya anak-anak muda ikut bergerak, terjun langsung memberikan solusi ketimbang berkoar-koar dari jauh, di media sosial, dari trotoar depan Polda atau depan Unika :p Mau melihat masalah terus atau beralih kepada inti solusi dari setiap keberhasilan kecil yang ada, yang telah dibuat. Supaya keberhasilan itu membesar.  Silakan cek sendiri setiap motivasi yang telah disebar oleh masing-masing relawan yang tergabung dalam aksi #KITONG, Anda akan ketemu bahwa asa atau harapan itu masih ada.  Siap bergerak untuk itu? Saya rasa akan ada banyak aksi sosial lainnya yang bisa kamu ikuti. Kuncinya? Add-lah Facebook para penggerak hebat seperti Danny Wetangterah, Gusti Brewon, Yurgen Nubatonis, atau Sisca Solokana lalu kamu akan berkenalan dengan lingkaran-lingkaran positif di sekitar mereka. Kamu akan ketemu puluhan komunitas anak muda di Kupang yang sudah terbiasa bergerak bersama secara sukarela. Kamu akan ketemu orang-orang dengan energi, semangat dan wawasan yang sama: mereka itu dosen, aktifis, PNS, Guru, Polisi, pekerja NGO, seniman, MC, mahasiswa, fotografer, penulis, dll. Mengapa saya bilang begini? Ya supaya kamu sering keluar dari zona nyamanmu dan lihat bahwa dunia ini luas. Ada banyak persoalan yang menbutuhkan solusi kamu bukan omelan. Atau sederhana saja; kamu akan sangat naif dan egois jika asyik sendiri di media sosial, memaki dan ngedumel hingga abai bahwa di friendlist-mu ada nama-nama orang muda inspiratif dan lingkarannya yang (misalnya) sedang semangat posting informasi aksi keren ini itu dan mengajak orang-orang muda untuk jadi relawan. Padahal kan kamu jomblo dan aku pun. Bagaimana kalau kita.... #eh #apasih. LOL
Surprise bagi saya adalah dalam waktu singkat promos di media sosial, aksi #KITONG bisa menggaet seratusan relawan dari berbagai profesi, ada juga dari luar Kupang, bahkan Bupati Kupang ikut dalam aksi ini. *tepuk tangan* Saya doakan kamu tidak telat sadar untuk aksi sosial seperti ini. Padahal kan kamu jomblo. *digampar*
#KITONG berlangsung secara bersamaan di kecamatan Fatuleu Barat Kabupaten Kupang dan di kelurahan Nunumeu TTS, Sabtu 1 Agustus 2015. Di Fatuleu Barat berlangsung di 6 SD sedangkan di SoE, berlangsung di SLB (terdiri dari tingkatan SD, SMP dan SMA). Saya sendiri memilih ikut ke SOE bersama 23 relawan lainnya, sedangkan relawan yang lain telah bertolak ke Fatuleu Barat. Senang sekali di Nunumeu kami diterima dengan sangat baik oleh pihak SLB dan mama Mia sebagai ibu asrama. Setelah briefing singkat dengan kepala sekolah, semua relawan langsung menyasar ke 6 kelompok yang telah dibagi berdasarkan ketunaanya. Secara bergantian selama 15 menit setiap relawan berbagi inspirasi dengan kelompok siswa. Keceriaan juga kepolosan terpancar nyata dari wajah mereka. Barangkali itulah yang membuat saya melihat kondisi umum seperti tidak ada perbedaan kalau mereka punya kebutuhan khusus. Ada beberapa siswa tunanetra dan terdiagnosis autis. Bisa jadi rasa antusiasme mereka yang begitu menbuncah ditambah lingkungan belajar kondusif yang sudah dibangun  pihak sekolah sehingga semua hal berlangsung manusiawi dan alamiah. Salut pada dedikasi setiap guru-guru di SLB.
Kelompok pertama yang saya kunjungi adalah kelompok tuna wicara. Saya hampir saja speechless dan kehilangan kontrol. Barangkali sedikit bingung, gugup, terpaut emosional (sedikit) jadilah seperti itu. Dibantu dengan kertas dan spidol kami mulai berkomunikasi, juga dibantu Im, teman di Forum SoE Peduli dan guru di SLB Nunumeu. Upaya sharing bertambah seru ketika Joseph Daniel dan Frater Ardy Milik ikut bergabung. Di ruangan yang sama, om Danny Wetangterah juga sedang berbagi inspirasi sebagai fotografer kepada kelompok anak tuna netra.  Nah itu juga butuh usaha luar biasa untuk mengenalkan profesi fotografer kepada mereka yang tidak bisa melihat. Setiap 15 menit para relawan berganti kelompok, hingga jam 10.30, kelas inspirasi di SD dan SMP Luar Biasa berakhir dan sharing masih berlanjut ke kelompok siswa SMA. Ini juga menarik.
Di kelompok SMA, saya melihat proses pembentukannya sudah makin terlihat jelas. Mereka terlihat lebih tenang , mandiri dan sangat berprestasi di bidang olahraga. Di situ saya baru tahu bahwa selama ini SLB Nunumeu banyak sekali mewakili NTT untuk kompetisi olahraga khusus penyandang disabilitas. “Tahun ini saja kami baru mendapat 10 medali emas untuk cabang lari 100 meter dan lompat jauh. Kami sedang bersiap untuk pekan olahraga setara PON khusus untuk penyandang disabilitas,” jelas wakil kepala sekolah SMA Luar Biasa Nunumeu. Hadir di sesi ini, om Danny sebagai inspirator pembuka, disusul om Viktor Haning, seorang dengan disabilitas dan kini anggota DPRD Kota Kupang. Om Viktor banyak sekali bercerita bagaimana motivasi dan tekad yang kuat menjadikan keterbatasan fisik tidak menjadi halangan untuk mewujudkan cita-citanya. Senada dengan om Viktor, ada Yafas Lay yang sudah membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalanginya untuk sukses. Kini beliau sudah menekuni bisnis percetakan sambil terus bergiat di kelompok Persani (persatuan disabilitas kristen), mengupayakan advokasi supaya hak-hak kaum disabilitas bisa terpenuhi. Selain itu hadir juga Sisca Solokana hadir sebagai aktifis peduli disabilitas, kawan-kawan dari Uni Papua, Gerry Pratama yang mampu mengocok telur perut siswa dan para guru dan diakhir sesi, Yahya Waang, berbagi inspirasi dari dirinya yang memulai usaha dari nol, merintis usaha potong rambut di Kupang sambil kuliah. Luar biasa hidup saya hari itu. Seharian penuh dikelilingi orang-orang luar biasa. Terlalu cemen kau Dicky kalau untuk hal kecil saja kau suka mengeluh dan patah semangat, begitu bisik suara hati saya. Jleb!
Ada satu pesan yang diminta om Viktor juga para guru, supaya siapa pun yang kenal dan dekat dengan para anggota DPR Propinsi untuk bisa melihat upaya para siswa selama ini di berbagai kompetisi olahraga. Semoga om Winston Rondo membaca tulisan ini, karena menurut om Viktor Haning, om Winston dkk di DPRD NTT yang membidangi komisi pendidikan. Semoga diperhatikan. Mereka disabilitas dan mengharumkan nama NTT di cabang atletik  itu luar biasa lho.

***
Setelah istirahat makan siang sesi berikutnya adalah mengunjungi mama Mia di asrama SLB SD dan SMP. Perempuan asal Alor yang tangguhnya luar biasa. Hatinya lapang tak terkira. Mengurus lebih dari 30 anak berkebutuhan khusus tingkat SD dan SMP tentu bukan perkara mudah. Dan anak-anak itu bukan datang dari keluarga mampu sehingga kesejahteraan lahir batin bisa terpenuhi baik. Kebanyakan mereka adalah anak-anak keluarga miskin, menitipkan anaknya di asrama dan segala kebutuhan sandang dan pangan kemudian diatur oleh mama Mia dan seorang temannya. “Sedikit sekali bantuan dari pemerintah lewat sekolah. Selebihnya kami bergantung pada kebaikan hati para donatur,” jelas Mama Mia sambil membawa kami masuk ke dalam kamar tidur dengan pintu-pintu almari yang hampir terlepas. “Ini kasur saya alas tambah dengan kardus supaya anak-anak bisa tidur nyaman,” lanjutnya. Ia menunjukkan wajah tegarnya seketika sedangkan beberapa teman relawan tak kuasa menahan banjir airmata. Di dalam ruangan itu ada beberapa teman relawan, Mama Mia dan dua anak perempuan yang tunanetra. Salah satu diantaranya yatim piatu. Ketika acara nonton bareng film Di Timur Matahari berlangsung, om Danny duduk disampingnya dan menjadi relawan pembisik.
Kalau sudah begini apa lagi yang mesti kita lakukan? Para guru dan Mama Mia sangat terbuka, sebab mereka tahu mereka tidak bisa berjalan sendiri. So, maukah kamu ikut berjalan beriringan dengan mereka sebagai teman juga saudara?
Masih ada satu PR aksi #KITONG SLB SoE yang belum tertunaikan: bantu mama Mia bedah asrama. Ada banyak lemari dan tempat tidur yang butuh segera diperbaiki.
Kamu yang jomblo jadi ikut? :p

Liliba, 5 Agustus 2015
"29 tahun saya harus menjadi mama bagi puluhan anak disabilitas di asrama SLB Nunumeu SoE. Dan sepanjang masa itu juga saya harus berlaku adil bagi setiap anak. Mereka cemburu jika satu mendapat dan yang lain tidak. Jika ada bantuan, saya sembunyikan dulu, saya atur matang-matang supaya semua kebagian. Saya tidak mau capek jika ada yang cemburu lalu mogok bicara seharian. (Mama Mia, 49 tahun. 29 tahun jadi ibu asrama di SLB N Nunumeu)."

































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...