Jumat, 19 Juni 2015

Biru dan Bayangan Semu

courtessy http://1ms.net
Sudah seharusnya kau tahu diri, Biru. Perjalanan itu memang panjang dan mengasyikan di awal, tentang matahari yang kau tuju dan kau sendiri bayangan yang terus-terus mengekor itu. Kau menempel terus karena rasa ingin tahumu yang besar dan dia hanya menganggapmu bayangan semata. Orang yang kau puja, orang yang terlalu besar dan tinggi (barangkali) sehingga sulit kau jangkau dan ia sendiri enggan untuk turun. Kau melihat kebaikan dan harapan menyala, lalu kemudian kau melihat semua omong kosong itu menyala. Semu.
Suatu pagi kau terbangun dari mimpi dan menyadari kau seharusnya tahu diri.
Seringkali berlaku baik saja tak cukup. Meluaskan segala bentuk perhatian dan respekmu barangkali hanya akan meninggalkan rasa tawar; orang lain akan merasa tergangggu dalam diam. Merasa risih dalam diam. Merutukimu dalam beberapa baris sepi. Lalu melanjutkan perjalanan tanpa menoleh.
Seringkali rasa hormat bisa jadi akan melahirkan seteru dan benci. Siapa sangka. Kau hanya merasa telah menemukan saudaramu yang lain, tapi kau harus tahu diri, Biru. Kau bukan siapa-siapa. Dan kau tak punyak hak kuasa apapun agar orang lain bisa berlaku baik dan adil padamu.
Maka baiklah kau tahu diri sekarang. Berbaliklah dan temukan jalanmu sendiri. Segala niat baikmu tidak serta merta akan melahirkan imbas yang sama padamu. Kau bisa saja menganggap orang lain ada tapi belum tentu orang lain akan melakukan hal sebaliknya padamu. Jika itu hambar, temukan jalan manismu sendiri. Jika itu asing, carilah jalan pulang. 
Pulang dan hapus semuanya. Anggap saja kau baru saja bangun dari mimpi dan tidak ada siapa-siapa yang pernah bermakna di dalam mimpimu. Bahkan dari orang yang pernah kau kira orang baik itu. Ternyata cuma bayangan semu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...