Kamis, 07 Mei 2015

Gerakan Mari Berbagi: Mengapa Saya Ragu, Mengapa Saya Tak Lagi Ragu


Catatan reflektif pasca Youth Adventure & Youth Leaders Forum

Hampir sebelas hari saya kehilangan daya dari sesuatu yang saya namai #catatanharianleon. Sesuatu yang personal, yang menghidupi hari-hari saya dua tiga bulan terakhir. Tapi saya harus mengakui ada daya lain yang mengisi kekosongan itu. Bukan, sejatinya mereka hanya berganti tempat. Saya diundang untuk hadir dalam sebuah forum besar di Jawa, saya bertemu banyak orang dan rutinitas yang membatasi saya untuk menikmati waktu-waktu personal yang biasanya saya lakukan yakni dengan memasak, makan dan duduk merenung dalam waktu lama: labuhan #catatanharianleon itu. Kembali ke forum anak muda yang awalnya tidak serius saya ikuti. Maksudnya saya mendaftar ke forum itu dengan tidak sepenuh hati. Seorang kakak, mentor dan sahabat baik saya, pernah mengenalkan saya dengan GMB, yang mewadahi forum anak muda tersebut. Katanya, GMB diinisiasi oleh teman-teman saya, orang hebat dan kamu berkesempatan ketemu dengan anak muda keren dari berbagai daerah di Indonesia, ketemu banyak sekali inspiring leaders, belajar banyak hal terutama tentang semangat keberagaman, toleransi, berbagi dan tentu saja integritas. Ia menjelaskan kepada saya dengan sangat antusias dan detail, dan sekali saja saya teringat untuk membuka link yang Ia bagi di Facebooknya. Saya membuka link tersebut di waktu mendekati deadline. Tapi kok harus bayar, pikir saya? Saya membawa sekali lagi deretan informasi, terutama di daftar pertanyaan dan jawaban yang umumnya ada. Lumayan, 20% kegininan saya bertambah.
Akhirnya saya mendaftar. Saya menjawab banyak pertanyaan secara langsung di website dan saya lupa akan semua yang saya jawab sejam yang lalu. Dasarnya memang niat saya tidak terlalu besar untuk ikut dalam event yang mereka sebut, Youth Adventure & Youth Leaders Forum. Saya bahkan lupa apa kepanjangan dari GMB. Sebentra, GMB atau GBM? Saya masih keliru kala itu. Saya sampaikan kepada kakak saya bahwa saya sudah mendaftar dan mentransfer Rp. 150.000 sebagai salah satu syarat. Saya larut dalam aktivitas saya dan lupa dengan GMB.
Beberapa waktu kemudian, kakak saya menulis status ucapan selamat kepada saya dan tiga nama lainnya yang dinyatakan lolos ke tahap seleksi nasional. Dua dari Maumere, Flores dan satunya lagi dari Kupang. Dalam surel yang dikirimkan panitia, saya harus mengkonfirmasi kehadiran di seleksi nasional (dengan catatan memakai biaya sendiri) atau seleksi per telepon. Sekali lagi saya masih dalam kondisi tidak amat sangat yakin dengan event GMB ini. Sudah pasti saya memutuskan untuk seleksi per telepon. Sehari sebelum jadwal seleksi, saya ditelepon oleh dua orang perempuan yang saya lupa namanya hehe. Saya diberondong banyak sekali pertanyaan hingga waktu 45 menit habis. Kebanyakan pertanyaan bersifat klarifikasi atas aplikasi yang pernah saya jawab di website GMB dulu. Aktvitas harian, aktivitas berkomunitas, kelebihan, potensi diri, bla bla bla. Saya menjawab apa adanya. Kata kedua pewawancara saya itu, bahwa akan ada wawancara berikutnya. Hingga di hari H, belum juga ada telepon masuk. Saya berpikir, oh mungkin saya benar-benar gagal. Dan disaat bersamaan saya sakit, harus bolak balik rumah sakit untuk kontrol dan pekerjaan saya sedang menumpuk. Barangkali benar, pikiran tentang GMB harus saya kesampingkan. Eh dua hari kemudian, GMB menelpon lagi, langsung oleh sang inisiator, yang memperkenalkan diri sebagai Azwar Hasan. Saya ingat nama itu setelah beberapa kali buka website GMB. Yah, sosok berkepala plontos itu, batin saya. Agak gugup memang berbicara dengan pak Azwar (sebelum bertemu langsung saya menyebutnya pak, bukan bang). Apalagi yang mewawancarai ternyata bergerombol, ada sekitar 5-6 orang. Intinya pak Azwar cuma mengklarifikasi saja atas apa yang sudah pernah ditanyakan dua mbak sebelumnya. (Hihhi, kak Agustina deh kayaknya :D). Saya sempat disuruh baca puisi dan selesai wawancara tahap duanya.
Tidak lama berselang, pengumuman muncul. Saya lolos, bersama Gery dari Maumere dan Hengky dari Kupang. Saya mulai berat ketika membaca semua surat masuk dari GMB. Saya harus mendanai sendiri perjalanan PP saya ke semarang lalu kembali ke Kupang dari Jakarta. Ditambah bahwa saya belum klik dengan makna dan tujuan event GMB ini, komplit sudah. Artinya harus mengeluarkan banyak biaya untuk sesuatu yang belum pas kena di hati saya rasanya akan sia-sia saja. Saya kayaknya harus batal. Tapi dalam hati saya merasa tidak enak hati juga sama kakak saya yang sudah bersemangat memperkenalkan dan meyakinkan saya bahwa GMB itu sebuah gerakan sosial yang dasar, visi dan misinya sangat dibutuhkan bangsa ini. Saya ingat kisah lahirnya GMB yang diceritakan kakak saya di sebuah warung makan setelah kami baru saja kembali dari sentra sasando di Oebelo.
Dalam kegalauan itu, saya buka lagi website GMB. Saya googling sebanyak-banyaknya informasi seputar GMB, para board member, termasuk sosok pak Azwar sendiri. Saya rasa saya harus menemukan lagi alasan mengapa saya harus ikut GMB kali ini. Bertepatan dengan paskah, saya harus ke Rote untuk sebuah aksi pelayanan bersama komunitas saya. Tentang GMB saya lupakan sejenak. Saya hanya memastikan ke diri bahwa saya akan ikut. Tapi saya terlambat kembali dari Rote dan terlewat beberapa hari untuk mengirim surat kesediaan untuk hadir yang sudah ditandatangani materai 6ribu. Bimbang lagi. Ada suara hati yang bilang ah sudahlah tak usah kirim surat konfirmasi kehadiran, toh sudah lewat batas waktunya, tapi ada suara lainnya yang bilang, bagaimana kalau kirim saja. Kalau tak direspon karena telat ya sudah anggap saja belum beruntung. Eh ternyata direspon dan saya harus mengerjakan tugas-tugas yang dikirimkan panitia dengan batas waktu pula. Padahal pekerjaan saya di sekolah juga sedang menumpuk. Ditambah lagi saya harus memikirkan bagaimana saya harus mendapatkan tiket ke Semarang. Tapi entah mengapa saya toh tak menyerah, saya lakukan saja tugas-tugas tersebut sembari menyelesaikan tugas saya di sekolah dan tugas ke diri saya sendiri untuk mendapatkan tiket pesawat ke Semarang. Dalam proses mengerjakan tugas itu sebenarnya saya juga menemukan jawaban mengapa saya harus ikut dalam Forum GMB tersebut. Pikir saya, kok bisa ya ada forum seperti ini? Pesertanya menanggung sendiri biaya transportasinya, para pembicara yang keren-keren pun tidak dibayar. Sebuah kerja kolektif berbasis volunteerism dengan misi yang luar biasa: menyebarkan semangat berbagi dalam keberagaman, hidup melampaui kepentingan diri sendiri. Ada semangat mengarusutamakan nilai toleransi dan integritas. Yang sekali lagi semua dilakukan secara bersama-sama, dan sukarela tanpa dibayar. Dan yang lebih menguatkan saya kala itu, adalah bahwa saya punya banyak sekali pengalaman baik berkat apa yang kita sebut networking. Berjejaring membuka banyaaak sekali kesempatan baik kepada saya selama ini, dan saya melihat ada potensi itu di GMB. Saya akan ketemu banyak sekali anak muda hebat, saya akan ketemu banyak pemimpin inspiratif, saya akan banyak belajar. Semangat berbagi yang sama juga saya pelajari bersama kawan-kawan saya di Solidaritas Giovanni Paolo 2 tahun terakhir. Oke, bungkus! Tiket ke semarang bisa saya dapatkan di H minus 3. Tugas-tugas yang jumlahnya sekitar 12 saya kerjakan dengan senang hati. Akhirnya berangkatlah saya ke Semarang, tempat Youth Adventure dimulai. Oya saya penasaran juga dengan konsep youth adventure, informasi dari panitia rasanya kurang cukup, saya coba googling, ketemu beberapa tulisan dari peserta tahun lalu. Oke, rasanya akan menarik. Saya mempersiapkan semuanya dalam waktu yang singkat, karena waktu yang ada juga harus saya sisihkan untuk menyelesaikan pekerjaan utama saya.
Saya terbang ke Semarang, via Surabaya, pada hari dimana saya terakhir menulis catatan harian leon, sebuah catatan yang biasanya lahir dari proses renungan harian saya. Isinya kebanyakan berbentuk puisi. Anda bisa cek di blog saya, untuk semua tulisan yang saya tag “catatan harian leon”. Selama 11 hari berkutat dengan YA & YLF bersama seluruh keluarga besar GMB, saya menemukan banyak sekali inspirasi, teman baru, pemikiran baru, jejaring yang lebih luas. Tapi ketika pulang, saya merindukan momen menulis cerpen dan catatan harian leon. Saya merindukan daya itu. Tapi saya juga punya keinginan untuk menulis semua pengalaman baik saya selama ikut YA & YLF di GMB 2015 ini. Catatan awal harus saya mulai. Barangkali akan ada 12 seri catatan terkait GMB 2015 ke depannya. Selamat membaca. Saya hanya mau bilang bahwa saya tidak menyesal dan tidak akan pernah menyesal telah memilih, mengorbankan beberapa hal pribadi saya untuk ikut dalam gerakan ini. Saya akan menguraikannya di 11 tulisan saya selanjutnya. Saya usahakan menulis tentang GMB selama 12 hari berturut-turut. Tapi saya juga ingin menulis catatan harian leon saya. Ah Dicky!

NB: ingin tahu tentang apa itu GMB dan apa saja yang terjadi di Youth Adventure dan Youth Leaders Forum cek ke sini www.g-mb.org dan twitter @GMberbagi

Liliba 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...