Rabu, 09 April 2014

Suatu Waktu

 surat untuk Nike Frans

Suatu waktu
Kami satu per satu dimuntahkan dewa langit
ke atas batu-batu dan hutan-hutan yang sedang beranak pinak
Maka menyusulah kami pada dada mereka
Ke bebatang pohon, makanan dan mimpi di berbuah sekaligus
ke lembah, insting dan nafsu menjalar
melebar ke bibir sungai,
dan yang menggantung seperti kera
dan yang melenguh seperti kerbau yang kotorannya kami makan
copyright commons.wikimedia.org
kembali ke atas pohon ketika satu dua bintang yang memberi makna
harus kami sembah, harus kami serap diamnya
kembali ke mezbah ketika bulan membesar di pundak gunung seberang, saudara kami
semesta menanamkan banyak pengetahuannya ke alam bawah sadar kami
ke bawah kaki yang telah ditusuk-tusuk dewa bumi
di hisap dan dinasehati setan yang kami takuti sekaligus gandrungi

Suatu waktu
jiwa kami satu per satu diciduk ke puncak gunung
ke sela-sela akuna yang menjalar dan menjaga air
Maka jadilah cerita yang ditulis ibu dan perempuan muda di atas lembaran tenunan
ke barisan dongeng yang melesap hingga ke anak telinga yang kelaparan
kembali kepada mimpi, kepada pelukan dan payudara ibu yang tenang
kembali ke mezbah yang berdarah, aroma sopi, jampi-jampi dan bonet
kepada jejak kaki setan di padang rumput
dan jejak mata setan di punggung bukit
segenap kisah menjadi bertulang
menusuk waktu dan terpatri pada ingatan anak cucuku
padaku yang setia
Suatu waktu
Kaupun pasti akan tahu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...