Jumat, 25 Oktober 2013

Apa Bisa Menerbitkan Buku di NTT Dengan Crowd-Funding?


 
Sejak awal mempromosikan proyek penerbitan buku Kanuku Leon saya sudah yakin jika semuanya akan bisa terjadi. Meski usaha menerbitkan buku dengan jalan crowd-funding bukanlah hal yang umum di NTT. Tapi saya sendiri sebenarnya terlalu percaya dengan kekuatan media sosial: facebook, twitter, blog, dll dalam mempengaruhi dan membuat orang ikut bergerak bersama kita. Dalam waktu dua bulan berpromosi, terkumpulah dana sejumlah Rp.3.600.000,00 yang berhasil saya kumpulkan dari 32 orang donatur. Uang sejumlah itu saya tambahkan dengan teman-teman yang telah melakukan pre-order dan selebihnya saya harus mengorek-ngorek isi tabungan saya. Memang begitulah nasib penulis yang menerbitkan buku secara indie. Apapun itu saya tak sekalipun gentar. Sebenarnya ada begitu banyak alternatif yang bisa kita lakukan supaya buku kita bisa diterbitkan.
Saya sendiri memakai cara crowd-funding sebagai alternatif dengan harapan agar teman-teman yang mau membantu atau menjadi donatur juga merasa punya tanggungjawab moril untuk mengembangkan sebuah potensi dari pekerjaan kreatif. Aih, apa saya terlalu egois dan berlebihan? Tidak. Maksud saya, menerbitkan buku sastra hanyalah satu dari sekian banyak pekerjaan kreatif yang bisa dan sudah dilakukan anak-anak muda NTT saat ini. Dan semua itu perlu mendapat apresiasi dan dukungan dari kita semua. Saya kemudian menciptakan crowd-funding dengan kontraprestasi tertentu, maksud saya agar teman-teman tidak sekedar ikut menyumbang dana tetapi juga ikut merasakan timbal baliknya. Besar harapan saya kontraprestasi tersebut bukan saja akan dirasakan sang penulis dengan sang donatur saja melainkan juga oleh lebih banyak orang. Menjadi obat perangsang bagi tumbuh kembang proses kreatif di NTT.
Saya berpikir bahwa upaya untuk menumbuh-kembangkan kesusasteraan di NTT telah ramai. Orang-orang muda NTT (juga yang tua dan memiliki semangat muda) dari berbagai latar belakang seperti punya energi yang sama untuk berkarya, membentuk komunitas, mementaskan hingga menerbitkan karya mereka lantas duduk bersama berdiskusi dan saling mengapresiasi dengan sukacita. Saya kira ini iklim yang baik. Dan semua yang dilakukan tidak semata-mata hanya oleh para penulis/pegiat sastra saja. Gelombang dukungan selalu hadir dari kalangan pembaca bahkan yang mengaku tidak terlalu suka sastra tapi semata karena mau mendukung karya kreatif anak-anak NTT. Semacam ada rasa cinta yang tak bersyarat: untuk kemajuan kebudayaan... ayoook bareng-bareng!
Apa itu cuma imajinasi saya saja? Tidak. Saya sudah membuktikan itu lewat dukungan teman-teman terhadap Kanuku Leon.
Ketika menggarap proyek ini, saya sudah berpikir bahwa jangan sampai saya menjadi egois. Semata orang lain mendonasikan uangnya untuk menerbitkan buku saya dan yang akan untung adalah saya sendiri.
Tapi kondisi yang sudah saya ceritakan di atas menafikan kekhawatiran saya. Itu bahkan menjadi ide jual yang bisa saya pakai untuk mewujudkan Kanuku Leon.
Teman-teman saya ajak untuk mewujudkan Kanuku Leon, sekalian ikut membesarkan sastra NTT. Saya hanyalah setitik dari sebuah gelombang besar kesusasteraan NTT saat ini. Teman-teman sudah banyak menerbitkan buku secara indie (self-publishing) dan saya kira kita harus saling mendukung. Kanuku Leon bisa diwujudkan dengan mengumpulkan dana dari teman-teman, setelah Kanuku Leon dicetak dan dijual, 50% keuntungan dari penjualannya saya pakai untuk membeli lagi buku-buku sastra NTT dan mendonasikannya ke rumah baca/taman baca dan perpus sekolah yang ada di NTT. Sebenarnya saya juga menyisihkan sebagian buku untuk dijual ke kalangan pelajar dengan harga terjangkau.
Berikut ini daftar taman/rumah baca dan perpus sekolah di NTT serta daftar buku-buku sastra karya penulis NTT:
1.      Taman Baca Namu Angu di Sumba
2.      Taman Baca Pelangi di Alor
3.      Taman Baca Pelangi di Manggarai
4.      Taman Baca Kamu Rote Ndao di Rote
5.      Taman Baca Kapela Noehaen, Amarasi Timur, Kupang
6.      SMAN 1 Mollo Utara, TTS
7.      SMAN 1 Bajawa, Ngada

( (dan masih banyak lagi yang akan kami bagi)

Daftar Buku Sastra:
1.      Malaikat Hujan (Mario F Lawi)
2.      Memoria (Mario F Lawi)
3.      Poetae Verba (Mario F Lawi)
4.      Karnaval Airmata Tiga Musim (antologi Januario Gonzaga, Abner Midara dan Hiro Nitsae)
5.      Pesona Flobamora (Amanche Frank Oe Ninu)
6.      Cerah Hati (Christian Dicky Senda)
7.      Kanuku Leon (Christianto Senda)
8.      Badut Malaka (Robby Fahik)
9.      Indigo (Anaci Tnunay)
10.  Jurnal Sastra Santarang (Komunitas Dusun Flobamora)
11.  Jurnal Sastra Filokalia (Komunitas Santo Mikhael)
12.  Katuas Gaspar (Prim Nakfatu)
13.  Hawa (Sandra Olivia Frans)
14.  Kuyup Basahmu (Ishack Sonlay)
15.  Mata Likku (Christo Ngasi)
16.  Avontur (Ragil Sukriwul)
17.  Fatamorgana Langit Sabana (Prim Nakfatu)
18.  Perempuan Dari Lembah Mutis (Mezra E Pellondou)
19.  Namaku Tawwe Kabota (Mezra E Pellondou)
20.  Loge (Mezra E Pellondou)

(dan buku-buku lainnya)

Pada akhirnya saya mengucapkan terima kasih untuk kawan-kawan semua yang sudah mendukung terwujudkan Kanuku Leon, dan tersebarnya sejumlah buku sastra di NTT. Terutama kepada 32 orang donatur yang telah ikut crowd-funding Kanuku Leon. Sesuai perjanjian kita akan ada 64 eksemplar Kanuku Leon yang akan disebar ke perpus sekolah/taman baca di NTT.

Salam
Christian Dicky Senda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...