DayOne #MIWF2013
Rombongan dari Kupang (saya, Mario F Lawi dan Romo Amanche)
tiba di Makassar pukul 3 sore, molor 3 jam dari jadwal seharusnya. Lion gitu
lho, sonde delay, sonde oke… Kesan pertama pas di Bandara, waaaah… oke banget
bandaranya. Keren dan besar. (Dicky lebee…). Kedua, panasnya mirip-mirip Kupang
laaa…
Kami diundang ke Makassar untuk
menghadiri Makassar International Writers Festival 2013, di mana kami bertiga
dari Kupang lolos dalam seleksi Penulis Asal Indonesia Timur.
bersama Amir, Rm Amanche, Qairsa Shahnaz dan Luka Leeson |
Di Bandara rupanya kami belum
dijemput. Seorang coordinator penjemput menelpon bahwa kami harus menunggu,
karena mobil penjemputan segera dating. Hampir jam 4 sore akhirnya penjemput
datang juga. Daan…. Rupanya mbak Olin Montero (pegiat isu HAM juga sastra) dan
mbak Oky Madasari (penulis novel Maryam) juga baru tiba dari Jakarta, jadilah
kami berlima semobil menuju Hotel.
Selama kegiatan MIWF, kami
menginap di Hotel The Losari Metro di jalan Chairil Anwar Makassar. Seluruh
tamu baik penulis asing, penulis nasional maupun kami penulis asal Indonesia
Timur totalnya kurang lebih 40 orang. Jadilah proses untuk berinteraksi satu
sama lain jadi semakin mudah. Jelas saja iya. Baru masuk hotel dan ingin
registrasi di resepsionis, eh sudah ketemu sama mas Joko Pinurbo, seorang
penyair terbaik decade ini. Orang yang punya nama besar namun sangat sangat
murah hati. Sempat mengobrol dan beliau memuji perkembangan sastra di NTT,
terutama kehadiran Mario F Lawi dalam kancah nasional dengan beberapa karya
yang rupanya lekat dengan unsure keilahian. Katanya, “Tuhan harus dibahasakan
dengan bahasa manusia (lewat puisi) agar dekat dan hidup di antara manusia.”
Mario, mbak Oky, Jokpin dan Sapardi |
Tak lama mengobrol dengan mas Jokpin, bergabunglah mbak Okka
Barokka, seorang penulis dan seninam yang rupanya sudah mengenal Romo Amanche
di ajang Ubud Writers and Readers Festival 2012. Pembicaraan jadi seru.
Setelah selesai urusan cek in, kami langsung menuju ke
kamar. Mandi dan langsung ngumpul lagi di loby karena harus ke acara gala dinner
di Djuku Resto kompleks Wisma Kala (wisma gedeee milik JK).
Djuku itu Ikan dalam bahasa Makassar dan sesuai namanya menu utama di sana adalah sea fod, lebih khusus lagi ikan.
Wah akhirnya bisa ketemu dengan penulis-penulis yang hadir. Saya semeja sama Amir seorang sineas dan pegiat publishing di Malaysia, di meja seberang ada Mario Lawi, Rm. Amanche lagi makan semeja dengan Jokpin, mbak Okky Madasari dan pak Sapardi Djoko Damono.
Selesai makan, bus langsung membawa kami ke Fort Rotedam. Sesuai rencana, opening ceremony akan dihadiri walikota Makassar.
MC malam itu adalah penulis Kukila, mas M Aan Mansyur. Konsep acaranya menarik, ada pemutaran film dokumenter 'Mancari Myala'. FYI, Myala adalah seorng sastrawan angkatan pujangga baru asal Makassar dan event tahun ini didedikasikan khusus untuk Myala.
Selesai pemutaran film, puncak acara malam itu adalah kolaborasi seniman Makassar dan Darwin, Vessel for Stories untuk mengenang hubungan pelaut bugis dengan masyarakat Australia Utara pada zaman dulu. Performance yang unik, sebab ada perpaduan tarian dan pembacaan puisi dwi bahasa.
Sungguh malam opening ceremony yang penuh kejutan. terima kasih Makassar.
Besoknya kami 6 penulis asal Indonesia Timur akan berbicara di salah satu sesi Indonesia Program: Literature From East Indonesia.
kakak ketemu pak Sapardi Djoko Damono? aihhh mauuuuuuuu!
BalasHapus