Selasa, 28 Mei 2013

Catatan Seribu Aksi Cinta Dari Soe Untuk Rokatenda



Konser amal  ini diselenggarakan berkat kerjasama Forum Soe Peduli dan #KupangBagarak

Terlaksanalah sudah konser amal kerjasama Kupang Bagarak dan Forum Soe Peduli di Soe, 18 Mei 2013. Ide yang awalnya dicetuskan oleh kak Danny Wetangterah dalam kopdar Blogger Kupang-Soe di Lasiana beberapa waktu lalu.
kru Forum Soe Peduli dibawah pimpinan dokter Sandra
Terima kasih paling besar harus kita berikan untuk teman-teman luar biasa dari Forum Soe Peduli dan Kupang Bagarak. Dari Soe, Sandra Olivia Frans bekerja keras bersama sang pacar Josua Natanael, juga Angel Marlin, Nansi Amu, Sherly Leo, Ady Nope, dll. Puji Tuhan adaa saja pihak yang mau membantu sehingga konser ini terselenggara dengan baik sekali, seperti yang ditulis Sandra di Blognya SOE PEDULI DAN KUPANG BAGARAK UNTUK ROKATENDA
Banyak terima kasih juga untuk teman-teman Kupang Bagarak, kaka Inda Wohangara, Om Gusti Brewon, Kak Doddy Doohan, kak Danny Wetangterah, yang juga berusaha keras untuk mendatangkan rombongan komunitas dari Kupang untuk mengisi acara yang diberi tema, “1000 Aksi Cinta Untuk Rokatenda’.

Konser sendiri berlangsung sedikit molor dari jadwal sebenanya. saya sendiri datangnya telat. Hehe. Maklum masih ada sesi konseling dengan para siswa hingga jam 14.30 di Kupang, masih ngurus sana sini baru sempat ke Soe setelahnya. Beruntung saya sampai ke lokasi acara di lapangan depan asrama polisi lama Kota Soe menjelang jam 7 malam ketika acara baru saja mulai.
Para Nadus (nona kardus) Forum Soe Peduli
Kesan saya malam itu, Kota dingin Soe luaaaaar biasa. Teman-teman Forum Soe Peduli selalu bilang, “Soe itu butuh hiburan...” sebab memang jarang sekali ada event yang menghibur dan melibatkan seluruh komunitas anak muda di Kota Soe. Jelas saja, malam itu suasana kota Soe yang seperti biasanya selalu dingin berselimutkan kabut, nampak cerah paling tidak sejak sore sama sekali sonde turun hujan, yang biasanya sudah penuh kabut jam 5 atau 6 sore, malam itu baru turun kabut dan rintik sejenak setelah jam 9 malam. Kondisi itu sempat membuat khawatir, kalau-kalau akan turun hujan, tapi nyatanya tidak. Alam pun tahu dan ikut mendukung kegiatan amal kita.
Ketika acara di mulai, bersama dengan nadus (nona kardus) dan nyadu (nyong kardus) dari FSP mulai menyebar ke kerumunan massa. Mengedarkan kotak geser malam itu tergolong spesial karena kakak-kakak dari Rumah Desain Kupang (yang menyebut dirinya tim Spartacus) turut membantu dengan ngamen keliling dari kerumunan massa di lapangan asrama polisi hingga ke pertokoan Soe.
Pengisi acara pun sempat membuat saya kagum dan terpukau (sonde bermaksud lebay). Serius. Saya melihat sendiri antusiasme masyarakat Soe bukan saja dari penontonnya yang hadir malam itu, tetapi juga dari pengisis acaranya. Kelompok atau komunitas yang terlibat sebagai pengisi acara sangat luar biasa banyaknya. Menariknya yang umum dari Soe adalah pengisi acara ‘dance’ yang terbilang banyak. Artinya bahnya kesukaan atau ketertarikan anak-anak muda Soe terhadap dance kreasi populer (shuffle, hip hop, break dance, dll) sangat besar. Dan penampilan mereka luar biasa kereeen. Bahkan menjelang puncak dan akhir acara, jumlah pengisi acara semakin banyak dan banyak... sehingga para koordinator acara (kaka Angel, Joce dan Nansi) sempat kewalahan untuk menerima atau menolak permintaan mereka untuk tampil.
Di garda depan, ada paduan MC yang lumayan menghidupkan suasana, Shesak (rupanya kependekan dari Sherly Saekoko, lol) dan kak Iren Ully dari FSP dan Gerry Pratama dari Kupang Bagarak. Terlebih Gerry yang pandai melempar banyolan-banyolan lucunya. (Ger, sonde usah besar idung ya? Eh besar kepala...wkwkwk).
Pengisi acara
Malam itu, konsernya tak sekedar nyanyian dan dance populer saja yang ditampilkan. Ketika teman-teman dari H2K (hip hop Kupang) tampil banyak yang larut dalam musik hip hopnya... apalagi ketika Pedro, dkk dari kelompok raggae menyanyikan lagu hasil perkawinan musik raggae dan irama bonet, berbahasa Dawan pula, semua langsung turun arena untuk menari bonet bersama. Serius. Pedro, dkk yang tampilannya ‘rasta mania’ tapi punya sense lokalitas dalam bermusik yang luar biasa. H2K juga, entah lagu berjudul apa (Baronggeng ya?) ada refreinnya berbahasa Dawan Timor. Itu juga kereen. Ini mengajarkan anak muda kita bahwa boleh saja menjadi musisi hip hop atau raggae tetapi sonde lupa untuk memasukan unsur seni tradisi ke dalam lagu-lagu mereka.
Pukul 10 malam, sesuai dengan izin yang diberikan seharusnya acara sudah berakhir, padahal ada beberapa daftar kelompok yang belum tampil. Maka diusahakanlah agar semua bisa tampil. Lalu saya dan kak Sherly Leo memberikan sedikit refleksi singkat (sayangnya persiapan video refleksi yang saya buat tak jadi dipakai karena hujan rintik keburu menurunkan layar infocus) dan doa untuk pengungsi Rokatenda dan kita semua masyarakat NTT yang sedang merayakan sebuah solidaritas yang luar biasa besar, terlebih anak mudanya.. Ini tanda yang baik. Sebab kita adalah Flobamora. Akronim yang menurut pak Ben Mboi, pertama kali diciptakan pak El Tari yang melakukan perjalan berkuda dari Alor hingga Manggarai. Lantas melontarkan semangat persatuan dan kesatuan bagi masyarakat NTT yang dipimpinnya, yaitu Flobamora. Sehingga hari ini jika ada saudara se-Flobamora yang sedang tertimpa musibah. Semangat itu juga yang sedang dibangun oleh teman-teman Forum Soe Peduli dan Kupang Bagarak, juga Flobamora Community (Komunitas Blogger NTT) yang sejak bencana Rokatenda sudah membangun posko bantuan di NTT untuk menyalurkan bantuan dari seluruh penjuru yang peduli pada Rokatenda.
Konser amal malam itu berhasil terkumpul uang sejumlah Rp. 2.050.000 baik dari gerakan seribu, hasil penjualan kopi, sumbangan dari beberapa komunitas seperti Slankers Soe, Rumah Desain Kupang, Telkomsel, dan sejumlah donatur yang tak mau menyebutkan namanya. Puji Tuhan. Kebaikan Anda semua semoga mendapat pahala yang besar dariNya. Di malam yang sama, kakak-kakak pelajar Indonesia di Aussie, melalui kak Noya secara simbolis menyerahkan uang sejumlah 35.145.000 untuk Rokatenda. Seluruh donasi yang masuk akan kita salurkan via posko Flobamora Community di Ende.
Banyak-banyak terima kasih untuk masyarakat Kota Seo sudah mendukung acara ini. Mereka yang sudah meminjamkan tenda, kursi, dan peralatan bandnya serta yang sudah menyewakan sound systemnya dengan setengah harga, hingga konsumsi dan printilan-printilannya. Kepada Polres TTS yang sudah memberi izin keramaian juga izin menggunakan lapangan volinya.
Solidaritas FSP, Kupang Bagarak maupun Flobamora Community belum berakhir. Ini masih permulaan. Akan ada banyak hal yang harus kita lalui dan itu semua menguji kekuatan rasa solidaritas kita, niat hati kita dan ketulusan kita.
Ketika acara selesai dan teman-teman panitia berdoa bersama sambil bergandengan tangan dipimpin kakak calon pendeta, Serly Leo. Kawan, itulah kekuatan kita: bekerja dan berdoa.
Senang rasanya berada bersama, bekerja bersama dan berdoa bersama orang-orang hebat seperti kalian...

Salam solidaritas, salam peduli...

Christian Dicky Senda. Blogger , penikmat sastra, film, dan kuliner. Bergiat di Komunitas Blogger NTT (Flobamora Community) dan Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Menulis buku puisi Cerah Hati (2011) dan buku kumpulan cerpen Kanuku Leon (segera terbit). Saat ini bekerja sebagai konselor di SMPK St. Theresia Kupang. Twitter @dickysenda


Terima kasih untuk komunitas atau kelompok seni pengisi acara:
H2K, VOC (Visi Oepuah Crew), Prodeo dance dari SMP Vianney SOE, Timor Rude, rapper dari Soe,Dody Doohan, Mr Boss Dance, Dance Blacklolipop dari Kupang, Soe Foundation Band, Rude Boys, Rider Band, Loin Anie Feat Arnold Pah, Crew Sera Dance, Cliff Grup, dan DJ Budi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...