Amanche Frank Oe Ninu bersama Jon Doust |
Wah akhirnya saya bisa update blog lagi. (dan lu harus bilang ‘awiii’ untuk hal ini hahahaha..) Ini penting, sebab setelah beberapa rentetan kejadian yang saya alami 3 hari belakangan ini, paling tidak sudah menjadi alasan saya untuk cepat-cepat menulis untuk blog. Di beberapa media lokal dan nasional setahun belakangan ini telah melaporkan banyak hal yang mengindikasikan adanya geliat sastra di bumi Flobamora. Dan yang paling penting bahwa geliat yang dimaksud bukan saja dari sisi kuantitas melainkan juga kualitas. Kebangkitan ini pastinya membanggakan, sebab dasar kebudayaan kita makin sempurna bahwa di bumi Flobamora budaya menulis (yang semoga saja diiringi dengan budaya membaca) akan meningkat sejajar dengan budaya bertutur. Saya rasa demikian. Mungkin ini juga yang akhirnya bisa saya rasakan sendiri, bersama dengan teman-teman dari komunitas sastra Dusun Flobamora Kupang. Awal tahun 2012 lalu, ketua dusun kami di Komunitas, Amanche Frank Oe Ninu (nama pena dari romo Amandus Ninu, Pr) mengirim 8 naskah cerpennya untuk diikutkan dalam seleksi penulis muda Indonesia yang bakal terlibat dalam Ubud Writers and Readers Festival, sebuah festival sastra (dan seni pada umumnya) yang cukup besar dan berskala Internasional.
Ini dia mas Juniartha (Indonesian Program Coordinator) |
Dari 279 naskah yang masuk ke panitia (menurut cerita mas Juniartha dan mbak Kadek Purnami, dari UWRF) terpilihlah 16 orang penulis muda berbakat dan salah satunya adalah Amanche Frank Oe Ninu. Pada tanggal 3-7 Oktober 2012, festival tersebut berlangsung sukses di Ubud. Romo Amanche bahkan didaulat panitia UWRF 2012 untuk berbicara mengenai ‘Humor dari perspektif Atoni Meto di Timor’ di Neka Museum tanggal 6 Oktober 2012. Kelanjutan dari event besar ini, pihak UWRF kemudian meminta kesediaan romo Amanche, dkk dari Komunitas Flobamora Kupang menjadi tuan rumah untuk Satelit Events bersama 4 kota besar lainnya yang dipilih UWRF. Setiap kota akan dikunjungi satu orang penulis asing peserta UWRF. Untuk Kupang, penulis asing yang berkesempatan hadir adalah Mr. Jon Doust, seorang novelis kondang asal Albany, Western Australia, didampingi mas I Wayan Juniartha dan mbak Kadek Purnami (Manager Development UWRF). Satelit, menurut mbak Kadek, adalah event lanjut dari UWRF yang berlangsung di 5 kota di Indonesia tanggal 9-12 Oktober, yang bertujuan untuk memperkuat jejaring UWRF di seluruh wilayah Indonesia..
“Selain itu kami punya tujuan yang lebih besar, yakni mengenal potensi sastra dari berbagai daerah di Indonesia,” lanjutnya. Dan kota-kota yang terpilih antara lain Jakarta, Makasar, Samarinda, Aceh dan Kupang. Setiap tahunnya dalam Satelite event harus ada satu atau dua kota baru yang dikunjungi tim UWRF dan penulis asing. Kupang dipilih bukan saja karena ini kali pertama warganya lolos seleksi penulis muda UWRF 2012 tetapi juga karena kekhasan budaya dan tradisi yang nampak dalam tulisan Romo Amanche. “Ini menandakan bahwa ada kemajuan komunitas sastra di NTT. Dan kami melihat sendiri buktinya ketika kami datang ke sini. Awalnya Kupang (atau NTT pada umumnya) memang diluar ekspektasi kami…” ungkap I Wayan Juniartha ketika melakukan jumpa pers di redaksi Timor Ekspress.
“Kehadiran Amanche membawa warna dan kesegaran baru untuk UWRF 2012,” kilah mas Juniartha kepada saya ketika dalam perjalanan dari Bandara menuju Hotel Romyta tempat rombongan menginap. (mas Juniartha dan mbak Kadek, kadang menyebutkan lengkap ‘Romo Amanche’ dan kadang hanya nama ‘Amanche’ saja). “Amanche sudah jadi ‘artis’ di UWRF kali ini,” dengan nada setengah tertawa.
“Tapi serius, ini sama sekali diluar dugaan kami. Sebab pastor yang kami kenal di Bali ya mereka yang serius, misanya lama sampai 3 jam, bla..bla.. tapi Romo Amanche beda. Orangnya heboh. Asyik pokoknya.” Cerita mas Juniartha sambil sesekali berseloroh, ‘nah, mantap nih!’ ketika melihat plang rumah makan ‘Se’I Babi atau Sapi’ di sisi kiri dan kanan jalan. (bersambung)
(semua foto diunduh dari Patris Allegro, terima kasih romo...)
Gallery Satellite Event UWRF 2012
Pameran buku-buku sastra penulis muda NTT |
Mengapit Pion Ratulolly yang sedang memberikan tandatangan di bukunya Atma untuk Jon Doust |
Mario F Lawi, Abdul M Djou dan Mr. Jon Doust |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...