Jumat, 01 Juni 2012

Mempertemukan Pizza dengan Jagung Bose dan Wogi








(Catatan pinggir penikmat kuliner)

Rabu tanggal 23 Mei 2012 malam sekitar jam 8, saya berkesempatan mengundang kawan-kawan sejawat di komunitas sastra dusun Flobamora untuk mampir ke rumah, menikmati masakan saya. Asiik. Kawan-kawan yang sempat hadir malam itu antara lain, kae Amanche Frank (yang baru saja lolos mewakili NTT di festival Ubud Writers & Readers di Ubud, Bali), ada juga Mari F Lawi, Abdul Mahyudin Djou, Mario Wangge (ketua Osis SMAK Giovanni), dan Januario Gonzaga.
Kiri-Kanan: Amanche Frank, Mario Lawi & Abdul Djou
Awalnya rencana saya ingin membuat pizza special untuk mereka, namun ketika menghubungi kae Amanche, beliau kepingin juga makan jagung bose. Langsung saya sanggupi. Wah seru juga nih, berkumpul dengan para pegiat sastra sambil juga mempertemukan pizza dengan jagung bose yang notabene adalah makanan khas orang Timor.
Sorenya sebelum acara makan-makan digelar, saya mampir ke Pasar Kasih Naikoten 1, untuk membeli jagung bose. Per kilogramnya dijual seharga Rp. 10.000, baik untuk jenis jagung kuning maupun putih. Spesialnya lagi bahwa jagung bose tersebut sudah tercampur dengan kacangnya, jadi siap masak.
Pukul 5 sore, saya sudah mulai sibuk di dapur: bikin roti untuk pizza, memasak jagung bose, menyiapkan bahan taburan pizza (saya memakai nanas, keju melt, beef, dan sosis), merebus daun singkong dan daun papaya untuk kemudian ditumis dan menjadi teman santap jagung bose. Memasak bagi saya bukan sekedar hobi, tapi juga bisa menjadi obat stress (ex. kesal, mutung, marah, kecewa, dll) , hehehe, serius. Obat stress lainnya, nyiram tanaman! Sudah saya buktikan keampuhannya.  Air, hijaunya tanaman, atau makanan, mungkin saja memacu hormon tertentu untuk menenangkan syaraf di otak. Mungkin, yah.
Menjelang jam 7 malam, dipastikan pekerjaannya hampir selesai. Saya tergolong orang yang ringkas/ simple dalam teknik memasak.  Itu hasil perbandingan dengan kakak perempuan saya dan juga mama saya. Mungkin itulah gaya yang membedakan perempuan dan laki-laki saat memasak. Barangkali juga. Menurut saya masakan mereka enak, tapi prosesnya lama (meskipun itu sudah jadi menu andalan mereka). Tapi mungkin itu caranya mereka menikmati seninya memasak. Tapi bukan berarti punya saya yang ringkas dan cepat ini hasilnya acak adul gak karuan lho?! Silahkan dicoba, hahahaa… 
Abdul Djou dan Mario Wangge
Maka singkat kata, jadikan acara makan malam itu. Kopi, pizza yang saya namakan ‘Timor Paradise’, jagung bose, tumis daun singkong dan daun papaya, acar atau bahasa kerennya salad (irisan tomat, nanas, bawang merah, cabe, air jeruk nipis dan daun kemangi), dan lawar ikan wogi (dengan cabe, daun kemangi dan perasan jeruk nipis). Kebetulan kalau keluarga di Paga-Flores, mengirimkan sebotol ikan wogi, ikan kecil yang khas dari Paga, diawetkan dengan banyak garam.
Jadilah, acara mempertemukan pegiat sastra Kupang, dengan pizza dan jagung bose, juga wogi menjadi penting. Semua senang dan menikmati. Terima kasih kawan-kawan…

-Liliba-Kupang, 1 Juni 2012- salam Pancasila!

1 komentar:

  1. kapan2 boleh ikut mkan PIZZaBOsE ga??? wkwkkwk..
    LUcu,seru.,tx Dicky

    BalasHapus

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...