(Catatan
pinggir penikmat kuliner)
Rabu
tanggal 23 Mei 2012 malam sekitar jam 8, saya berkesempatan mengundang
kawan-kawan sejawat di komunitas sastra dusun Flobamora untuk mampir ke rumah,
menikmati masakan saya. Asiik. Kawan-kawan yang sempat hadir malam itu antara
lain, kae Amanche Frank (yang baru saja lolos mewakili NTT di festival Ubud
Writers & Readers di Ubud, Bali), ada juga Mari F Lawi, Abdul Mahyudin
Djou, Mario Wangge (ketua Osis SMAK Giovanni), dan Januario Gonzaga.
Kiri-Kanan: Amanche Frank, Mario Lawi & Abdul Djou |
Awalnya
rencana saya ingin membuat pizza special untuk mereka, namun ketika menghubungi
kae Amanche, beliau kepingin juga makan jagung bose. Langsung saya sanggupi.
Wah seru juga nih, berkumpul dengan para pegiat sastra sambil juga mempertemukan
pizza dengan jagung bose yang notabene adalah makanan khas orang Timor.
Sorenya
sebelum acara makan-makan digelar, saya mampir ke Pasar Kasih Naikoten 1, untuk
membeli jagung bose. Per kilogramnya dijual seharga Rp. 10.000, baik untuk
jenis jagung kuning maupun putih. Spesialnya lagi bahwa jagung bose tersebut
sudah tercampur dengan kacangnya, jadi siap masak.
Pukul
5 sore, saya sudah mulai sibuk di dapur: bikin roti untuk pizza, memasak jagung
bose, menyiapkan bahan taburan pizza (saya memakai nanas, keju melt, beef, dan
sosis), merebus daun singkong dan daun papaya untuk kemudian ditumis dan
menjadi teman santap jagung bose. Memasak bagi saya bukan sekedar hobi, tapi
juga bisa menjadi obat stress (ex. kesal, mutung, marah, kecewa, dll) , hehehe,
serius. Obat stress lainnya, nyiram tanaman! Sudah saya buktikan
keampuhannya. Air, hijaunya tanaman,
atau makanan, mungkin saja memacu hormon tertentu untuk menenangkan syaraf di
otak. Mungkin, yah.
Menjelang
jam 7 malam, dipastikan pekerjaannya hampir selesai. Saya tergolong orang yang
ringkas/ simple dalam teknik memasak.
Itu hasil perbandingan dengan kakak perempuan saya dan juga mama saya. Mungkin
itulah gaya yang membedakan perempuan dan laki-laki saat memasak. Barangkali
juga. Menurut saya masakan mereka enak, tapi prosesnya lama (meskipun itu sudah
jadi menu andalan mereka). Tapi mungkin itu caranya mereka menikmati seninya
memasak. Tapi bukan berarti punya saya yang ringkas dan cepat ini hasilnya acak
adul gak karuan lho?! Silahkan dicoba, hahahaa…
Abdul Djou dan Mario Wangge |
Maka
singkat kata, jadikan acara makan malam itu. Kopi, pizza yang saya namakan ‘Timor Paradise’, jagung bose, tumis
daun singkong dan daun papaya, acar atau bahasa kerennya salad (irisan tomat,
nanas, bawang merah, cabe, air jeruk nipis dan daun kemangi), dan lawar ikan
wogi (dengan cabe, daun kemangi dan perasan jeruk nipis). Kebetulan kalau
keluarga di Paga-Flores, mengirimkan sebotol ikan wogi, ikan kecil yang khas dari Paga, diawetkan dengan banyak
garam.
Jadilah,
acara mempertemukan pegiat sastra Kupang, dengan pizza dan jagung bose, juga
wogi menjadi penting. Semua senang dan menikmati. Terima kasih kawan-kawan…
-Liliba-Kupang,
1 Juni 2012- salam Pancasila!
kapan2 boleh ikut mkan PIZZaBOsE ga??? wkwkkwk..
BalasHapusLUcu,seru.,tx Dicky