(catatan perjalanan ‘lebay’
Blogger NTT)
Mungil Tapi semangat beriman umatnya jempolan! |
Hari Minggu tanggal 27 Mei 2012,
untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke Baun, sebuah kota kecil di
tenggara Kupang (atau barat laut yah? Hahaha). Sebelum sampai ke Baun, kami
mampir dulu ke sebuah kapel untuk
merayakan misa Pantekosta bersama umat di sana. Dari Kupang rombongan kami
memakai 2 buah mobil, berangkat jam 9 pagi. Misa baru dimulai pukul 10 lewat
beberapa menit dan baru berakhir hampir jam 12 siang. Setelah Misa, kami diajak
makan siang di salah satu rumah umat kapela tersebut. Seru, bisa bertemu dan
mengenal saudara seiman, yang sedang membangun gedung kapelanya, yang umatnya
sedikit tapi solidnya luar biasa. Setelah makan siang, kami menuju ke Baun,
tujuannya sudah jelas, hendak menikmati se’I babi Baun yang fenomenal itu.
Misa darurat |
Misa Pantekosta |
Romo Sipri Senda, Pr sedang kotbah |
Makan siang di rumah umat |
Sampai
di lokasi penjualan se’I babi, saya sempat dibuat kagum dengan kesederhanaan
usaha penjualan se’i, tapi juga proses pemasakan sei, pelanggan yang jumlahnya
bajibun, dan lingkungan keseluruhan yang diluar eskpektasi awal saya hehe.
Tapi memang benar, kesederhanaan
itu yang bikin sei-nya luar biasa enak.
Keknya rumah si pengusaha sei |
Kami sampai ke lokasi ketika
parkiran yang memanfaatkan tanah lowong di areal perumahan sudah hampir penuh.
Benar saja, rumah-rumah kecil yang dipersiapkan untuk tempat duduk tamu sambil
menikmati sei juga sudah penuh. Ada dua alternatif jika terjadi keadaan seperti
ini, pertama berdiri menunggu sampai
ada tamu lain selesai makan, atau kedua,
memakai kelebihan kursi plastik plus meja kecil yang bisa diset dimanapun
sesuka kita. Lalu bagaimana jika alternatif kedua penuh? Jawabannya alternatif
baru: pertama, berdiri nungguin sampai
ada meja kursi yang kosong, atau kedua,
keluarin tikar/karpen dari mobil sendiri dan gelarlah sudah di halaman rumah
penduduk sekitar (yang katanya masih saudara bersaudara). Susah yah makan sei
disini?
Dapur |
Ribet yah makan disini? (Yah
iyalah…mau gampang, telepon saja KFC ngantar ayam gorengnya ke rumah hehe).
Jawabannya sih bisa iya, bisa tidak. Sebab tujuan orang jauh-jauh dari Kupang
ke Baun yang untuk mengincar sei babi-nya yang fenomenal itu. So, lesehan di
rerumputan halaman orang sekalipun gak masalah! Suer deh, makan di hari Minggu
di Baun, suasananya crowded banget! Bukan saja parkiran yang penuh dengan
puluhan mobil dan motor, bukan saja manusia yang mungkin bisa mencapai
seratusan orang, dalam sekali waktu tumpah ruah di areal ‘warung’ yang juga gak
luas-luas amat. Wah kebayang dong . (kebayang juga betapa lebaynya saja
mendeskripsikan lokasinya hahahha…)
Ini dia Sei Babinya |
Belum
lagi ada belasan ekor anjing super gede (yah gimana yah kalo makanannya juga daging
dan tulang babi, ayo mikir sendiri) yang sibuk ‘menemani’ kita makan. Wow.
Tapi
ketika sei sudah di depan mata, ditemani nasi putih dan sambal lu’at, lupa deeh
betapa sebelumnya ada perjuangan keras yang kudu dilalui.
Ini pertama kali saya makan sei
langsung di Baun. Kata orang, sudah banyak sei di kota Kupang, tapi sekali-kali
makan langsung di Baun, rasanya beda. Lebih nikmat sebab kita harus
bersusah-susah dulu melewati Ikang Foti (yang bikin katong bafoti ria hahaha),
mengatri, atau berebut kursi, tapi setelah sei menyentuh lidah, kita mungkin
jadi tahu alasannya kenapa Baun menjadi penting bagi penikmat kuliner di
Kupang.
kesibukan di dapur |
Ahhh…saya lebay. Mungkin karena
roh kudus sedang turun ketika saya sedang makan sei babi, makanya deskripsi
saya ini aneh. Moga saja bukan juga roh babi, hahaha….
Btw, kenapa orang Kupang terkenal
karena suka marah-marah? Jawabannya ada pada se’i babi. Hahahah.
-Kupang, 31 Mei 2012-
resep rahasia se'i babi: asap dari ranting dan daun pohon Kesambi yang dibakar |
NB: sekilogram sei Babi yang
sudah matang di sini, harganya Rp. 100.000,- Sei asli Baun sendiri kini sudah
bisa dibeli langsung di kota Kupang, tapi seperti kata saya tadi, sekali-kali
ajaklah keluarga dan teman, makan langsung di Baun. Rasanya pasti berkali-kali
lipat enaknya.
Thanks to Romo Sipri Senda, untuk
ajakannya menikmati langsung fenomenalnya sei babi Baun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...