Kamis, 31 Mei 2012

Baun Dalam Sepiring Se’i Babi

 (catatan perjalanan ‘lebay’ Blogger NTT)

Mungil Tapi semangat beriman umatnya jempolan!
Hari Minggu tanggal 27 Mei 2012, untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke Baun, sebuah kota kecil di tenggara Kupang (atau barat laut yah? Hahaha). Sebelum sampai ke Baun, kami mampir dulu ke sebuah kapel  untuk merayakan misa Pantekosta bersama umat di sana. Dari Kupang rombongan kami memakai 2 buah mobil, berangkat jam 9 pagi. Misa baru dimulai pukul 10 lewat beberapa menit dan baru berakhir hampir jam 12 siang. Setelah Misa, kami diajak makan siang di salah satu rumah umat kapela tersebut. Seru, bisa bertemu dan mengenal saudara seiman, yang sedang membangun gedung kapelanya, yang umatnya sedikit tapi solidnya luar biasa. Setelah makan siang, kami menuju ke Baun, tujuannya sudah jelas, hendak menikmati se’I babi Baun yang fenomenal itu.
Misa darurat


Misa Pantekosta

Romo Sipri Senda, Pr sedang kotbah

Makan siang di rumah umat


Sampai di lokasi penjualan se’I babi, saya sempat dibuat kagum dengan kesederhanaan usaha penjualan se’i, tapi juga proses pemasakan sei, pelanggan yang jumlahnya bajibun, dan lingkungan keseluruhan yang diluar eskpektasi awal saya hehe.
Tapi memang benar, kesederhanaan itu yang bikin sei-nya luar biasa enak.
Keknya rumah si pengusaha sei
Kami sampai ke lokasi ketika parkiran yang memanfaatkan tanah lowong di areal perumahan sudah hampir penuh. Benar saja, rumah-rumah kecil yang dipersiapkan untuk tempat duduk tamu sambil menikmati sei juga sudah penuh. Ada dua alternatif jika terjadi keadaan seperti ini, pertama berdiri menunggu sampai ada tamu lain selesai makan, atau kedua, memakai kelebihan kursi plastik plus meja kecil yang bisa diset dimanapun sesuka kita. Lalu bagaimana jika alternatif kedua penuh? Jawabannya alternatif baru: pertama, berdiri nungguin sampai ada meja kursi yang kosong, atau kedua, keluarin tikar/karpen dari mobil sendiri dan gelarlah sudah di halaman rumah penduduk sekitar (yang katanya masih saudara bersaudara). Susah yah makan sei disini?
Dapur
Ribet yah makan disini? (Yah iyalah…mau gampang, telepon saja KFC ngantar ayam gorengnya ke rumah hehe). Jawabannya sih bisa iya, bisa tidak. Sebab tujuan orang jauh-jauh dari Kupang ke Baun yang untuk mengincar sei babi-nya yang fenomenal itu. So, lesehan di rerumputan halaman orang sekalipun gak masalah! Suer deh, makan di hari Minggu di Baun, suasananya crowded banget! Bukan saja parkiran yang penuh dengan puluhan mobil dan motor, bukan saja manusia yang mungkin bisa mencapai seratusan orang, dalam sekali waktu tumpah ruah di areal ‘warung’ yang juga gak luas-luas amat. Wah kebayang dong . (kebayang juga betapa lebaynya saja mendeskripsikan lokasinya hahahha…)
Ini dia Sei Babinya
Belum lagi ada belasan ekor anjing super gede (yah gimana yah kalo makanannya juga daging dan tulang babi, ayo mikir sendiri) yang sibuk ‘menemani’ kita makan. Wow.
Tapi ketika sei sudah di depan mata, ditemani nasi putih dan sambal lu’at, lupa deeh betapa sebelumnya ada perjuangan keras yang kudu dilalui.
Ini pertama kali saya makan sei langsung di Baun. Kata orang, sudah banyak sei di kota Kupang, tapi sekali-kali makan langsung di Baun, rasanya beda. Lebih nikmat sebab kita harus bersusah-susah dulu melewati Ikang Foti (yang bikin katong bafoti ria hahaha), mengatri, atau berebut kursi, tapi setelah sei menyentuh lidah, kita mungkin jadi tahu alasannya kenapa Baun menjadi penting bagi penikmat kuliner di Kupang.
kesibukan di dapur
Ahhh…saya lebay. Mungkin karena roh kudus sedang turun ketika saya sedang makan sei babi, makanya deskripsi saya ini aneh. Moga saja bukan juga roh babi, hahaha….
Btw, kenapa orang Kupang terkenal karena suka marah-marah? Jawabannya ada pada se’i babi. Hahahah.

-Kupang, 31 Mei 2012-

resep rahasia se'i babi: asap dari ranting dan daun pohon Kesambi yang dibakar



NB: sekilogram sei Babi yang sudah matang di sini, harganya Rp. 100.000,- Sei asli Baun sendiri kini sudah bisa dibeli langsung di kota Kupang, tapi seperti kata saya tadi, sekali-kali ajaklah keluarga dan teman, makan langsung di Baun. Rasanya pasti berkali-kali lipat enaknya.
Thanks to Romo Sipri Senda, untuk ajakannya menikmati langsung fenomenalnya sei babi Baun.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...