Setelah lama saya muak dengan produk-produk film Indonesia yang bertabur horor kelas kacangan plus bumbu sensualitas murahan, yang konon dibikin dengan dana minim dan eksekusi yang cepat (seorang Nayato Fio Nuala bahkan membuat sebuah film dalam waktu seminggu saja, so sudah kebayang kualitasnya! Bandingkan saja dengan apa yang dilakukan Lola Amaria, misalnya, membuat film Minggu Pagi di Victoria Park risetnya hingga bertahun-tahun dan hasilnya sebanding, superb!). Maka mungkin itulah pilihan para produser film, yang penting cepat, murah tapi bisa mendatangkan banyak duit. Lupakan ceritanya logis apa gak, bermutu apa gak, lupakan saja…sejatinya mereka bukan golongan sineas yang punya andil dan tanggungjawab untuk mencerdaskan masyarakat, mereka cuma butuh mengeruk uang dari penonton tok!
Untunglah mbak Kamila Andini hadir dengan karya yang menyegarkan, The Mirror Never Lies. Kamila sendiri adalah putri dari sineas besar Indonesia , Garin Nugroho. Maka melihat karya Kamila ini, saya pun jadi ingat karya-karya Garin. Ide ceritanya brilian, ditambah set lokasinya yang aduhai, Wakatobi! Dalam beberapa adegan Kamila bahkan menyuguhkan hal-hal yang simbolis/maknanya tersembunyi, salah satunya soal cermin, cermin yang digantung dipohon-pohon. Gak gampang memang untuk menangkap maksudnya.
Apapun itu, melihat kehidupan suku Bajo di Wakatobi lewat film ini, saya rasa inilah wajah
Ketika awal nonton, saya kira film ini akan menjadi salah satu yang terbaik di tahun ini, di pertengahan film tiba-tiba saya teringat film Laskar Pelangi, oh eksekusi film Mirror Never Lies jauh lebih baik. Seluruh potensi laut beserta kebudayaan masyarakat Bajo cukup digarap dengan baik oleh Kamila. Didukung pula dengan teknik pengambilan gambar di bawah air, kereeen bangeeet. Keknya ini satu-satunya film Indonesia yang saya lihat menggambarkan dengan begitu baik situasi di bawah laut. Wow.
Akhirnya saya harus memuju akting Atiqah Hasiholan, si bintang Lux, yang sangat orang Bajo. Observasi dan latihan dialeknya sukses, mbak. Reza Rahadian juga mencuri perhatian saya. Reza mungkin akan menjadi aktor Indonesia masa depan yang menjanjikan (terakhir juga keren di film ? (Tanda Tanya)). Dua artis ciliknya juga oke.
Sungguh, setelah sekian lama ‘puasa’ karena bioskop kehabisan film luar negeri bermutu, apesnya film dalam negeri kian stangnan dengan tema horor dan sensualitas murahan, maka hadirnya The Mirror Never Lies layak untuk diapresiasi.
Nonton ini, saya langsung ingat masyarakat pemburu Paus, di Lamalera- Lembata, rasanya Mas Tony Trimarsanto bisa membuat film sejenis dengan set Lamalera. Pasti akan keren. Pemerintah Wakatobi saja bisa berkolaborasi dengan WWF dan Garin, hayo dong Pemprop NTT kapan? (Mas Tony adalah sang designer production di film the mirror never lies, yang juga anggota milis Forum Academia NTT, yang pernah bikin film dokumenter tentang TKI asal Flores Timur dengan setting tradisi Samana Santa Larantuka).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...