(untuk gerakan Mudaers NTT Menulis)
Beberapa waktu lalu, bersama teman-teman dr Mudaers NTT, kami menulis sebuah cerpen secara keroyokan. sesuatu yang awalnya dari sebuah status Facebook yang saya kirim, nyatanya cukup membuat teman-teman muda NTT yg suka menulis untuk ikut nimbrung melanjutkan kalimat saya, maka jadilah sebuah cerita estafet. menarik. kami saling sahut menyahut di Facebook sampai pada suatu titik, bahwa diluar dugaan semua bisa merangkai imajinasi masing-masing dalam sebuah benang merah yang brilian. dari pengalaman itu, sy lantas iseng membuat status baru yang mungkin bisa menarik perhatian teman-teman yg saya tahu betul sensitif dengan hal-hal itu. artinya sesuatu postingan kalimat yg mungkin sebuah fiksi, bisa dilanjutkan dengan serangkaian kalimat fiksi lainnya dan jadilah sebuah tulisan menarik, entah cerpen atau puisi. seperti yg saya dan mbak Prima Zelvozia (pernah tinggal di Kupang, kini tinggal di Jogja) lakukan berikut ini. menulis puisi keroyokan via FB, padahal kami berdua sendiri belum pernah saling bertemu. semua terjadi di dunia maya he he...
kau tahu artinya mencari yang hilang?
seperti mawar yang kelopaknya
menyembulkan rupa pak tua yang
tersenyum: seekor kelinci berjas biru bahkan akan
mengingatkan sebuah akhir dari
perjumpaan gadis pirang yang mengecil
badanya karena sebuah cairan.
atau karena sudah waktunya makan siang
bersama pria yang rambutnya terbakar oleh merkuri.
entahlah.
'aku menunggu pintu yg menyalak
di atas bukit terbuka', kata si gadis.
pintu tanpa
atap dan jendela. pintu yang kesepian, ditemani
pohon-pohon aneh yang pucuknya tak lagi
ditumbuhi dedaunan tapi cuma berujung melingkar
seperti perut ayam.
kulihat, bebungaan yg kelopaknya mirip wajah
pak tua makin tertawa lebar.
siapa peduli.
pria itu hanya duduk tersenyum di ujung
meja penuh makanan:
''aku berharap gadis
mungil bergaun biru itu tak lagi
memporak-porandakan meja ini.
atau, biar kulempar saja dirinya dengan
topiku ke luar sana. hidup mungkin hanya
bisa terasa maknanya jika kau sedang sulit
atau anyi di hutan cendawan biru dan bercak-bercak
merah muda. diselanya mungkin akan tumbuh
ribuan tunas paku yang akan melilitmu...''
mimpi dan nyata hanya dibatasi kabut tipis antara
partikel air, mentari dan biar pelangi...kau di bagian mana?
aku menapak di sebalik semak-semak merimbun hijau..
mencoba sembunyikan diri yg tiba-tiba ternampakkan
tiada sengaja..
dan ketika mereka melihat maka ku menyapa..
'hei, kalian tahu jalan pulang?. kenapa cuma bisa cengengesan?'
kekesalah hanya akan membuat wajah
mereka semakin indah...sungguh
awan-awan seperti kian merapat dan berseru,
'kami tak tahu...'
ahh, semua yg indah disini hanya
yang terjebak lalu menjebak yang lainnya.
sungguh yang berwarna itu gila. beracun atau
memabukan''
ah, seandainya saja aku tahu jalan pulang itu...
(diluar sana, alam semakin berwarna seiring dengan
buncahan kekesalanku ini)
Jogja, 28 Maret 2011, by Chr. dicky senda & Prima Zelvozia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...