Film biopic menarik tentang seorang petualang yang terjebak di sebuah celah bebatuan canyon dekat Moab-Utah, yang sepi dan gersang selama 127 jam! Itu terjadi pada Aron Ralston (diperankan dengan sangat baik oleh James Franco), yang tanpa pamit ke orang tua, pada suatu hari melakukan sebuah petualang gila dan ekstrim ke GC dengan peralatan sederhana bahkan boleh dibilang kurang memadai utk aktivitas memanjat/menuruni tebing bebatuan yang terjal. Hingga pada suatu momen, Aron terperosok ke dalam sebuah celah batu, dan lebih sadisnya sebuah bongkahan batu besar menindih tangan kanannya dari jari-jari hingga pergelangan tangan atas dekat siku.

Gak mudah memang karena disaat yang bersamaan, ketika segenap usaha sia-sia dibawa lelah, yang ada malah serentetan halusinasi yang membawa penonton kembali pada situasi keluarga Aron yang sebenarnya, bagaimana hubungan baiknya dengan sang adik perempuannya tapi kurang harmonis dengan anggota keluarga yang lain. Bagaimana ia begitu kecewa karena sengaja gak pamit ke ibunya ketika akan ke Grand Canyon ini. Bagaimana pula hubungan dengan sang pacar yang juga kurang begitu harmonis saking sering dicuekin. Pada titik ini Aron digambarkan begitu menderita namun juga memancing rasa bersalahnya – sebuah kesadaran baru untuk memperbaiki diri. Mungkin begitulah manusia, baru menyadari kekeliruannya setelah berada pada kondisi yang kurang menyenangkan. Sebuah refleksi hidup yang berbeda: dibawah sebuah celah bebatuan sepi dengan tangan terjepit dan dehidrasi hebat!
Bahkan pelajaran moral yang bukan saja disaradi Aron tapi kita semua juga, bahwa segala sesuatu dalam hidup ini butuh persiapan. Siapa yang menyangka jika dalam sebuah posisi yang sulit ternyata kita lupa membawa HP misalnya, padahal alat tersebut akan sangat membantu kita. Atau botol air, atau makanan, atau obat-obatan, banyak hal. Seperti Aron yang baru sadar ketika di masa sulit bahwa peralatan berpetualangnya sungguh jauh dibawah standar. Tali temali seadanya, pisau lipat tumpul, senter yang cepat eror, bla bla bla…siapa sangka juga bahwa sikap kita yang pergi tanpa pamit ke orang tua justru kemudian malah menyusahkan kita?
Untunglah happy ending. Aron akhirnya memutuskan mengamputasi tangannya dengan pisau lipat seadanya. Aron meninggalkan lima jarinya di celah Grand Canyon dan berhasil menemukan beberapa orang petualang yang kebetulan berada dekat lokasi. Helikopter datang dan ia selamat. Hingga akhirnya, ia berkumpul dan berdamai dengan keluarga besarnya. Berdamai dan menikahi pacarnya dan dikaruniai seorang anak.
Film ini menarik. Saya ingat film yang benang merahnya hampir sama kayak Into The Wild. James Franco seolah mulai bertransformasi menjadi pemain watak muda Hollywood yang menjanjikan kedepannya. Tata musik yang digarap A.R.Rahman (Slumdog Millionaire) sangat baik, terutama saat mengiringi adegan-adegan Aron kebingungan di celah batu raksasa. Single If I Rise yang dinyanyikan Dido menjadi kunci utama menautkan emosi Aron dan penonton dalam sebuah petualang menegangkan selama 127 jam! (Christian Dicky Senda untuk gerakan MUDAers NTT Menulis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...