Minggu, 03 Oktober 2010

Mungkin Ini Cerita (Lebay) Seorang Fans

untuk CERAH HATI dan gerakan MUDAers NTT MENULIS

Awalnya, saya merasa saya adalah orang yang mungkin paling bersemangat datang ke studio sore ini untuk menonton tayangan perdana film Tanah Air Beta di bioskop jaringan 21 Jogja. Ternyata tidak. Saya datang ketika hall penjualan tiket penuh sesak dan yang paling membuatku terkejut adalah hampir lima puluh persen orang yang hadir sungguh sangat familiar bagi saya. Ini film tentang Timor, tentang NTT, tentang Indonesia Timur, sehingga Anda tentu tahu apa yang saya maksudkan.
***
Beberapa hari kemudian, saya memposting sebuah tulisan gak penting ke akun facebook bernama ‘alenia pictures’. Tulisan yang saya tulis dengan semangat manggebu-gebu pasca menonton film Tanabe (dalam sebuah iklan cetak dari iklan sabun lifebuoy, sebagai sponsor utama film ini, mereka menuliskan kependekannya demikian). Saya mencoba menulis apa yang saya cermati sepanjang film, dan apa yang ada itu sebenarnya juga membangkitkan beberapa memori lama yang sempat tersimpan rapi, bahwasannya ini film dengan setting Timor yang kebetulan adalah pulau tempat saya lahir dan tumbuh besar. Sebenarnya saya sudah cukup lama mengikuti berbagai berita tentang proyek film ini bahkan sebelum syuting berlangsung. Oya, tentang akun facebook ‘alenia pictures’ tadi, awalnya saya hanya iseng mencarinya lewat akun facebook saya, ketemu dan saya add. Beberapa waktu kemudian kami mulai melakukan komunikasi. Beberapa pertanyaan saya dibalas. Selalu dibalas dan diakhiri dengan kata ‘obrigado’. Kata yang kurang familiar untuk warga Timor Tengah Selatan seperti saya. Saya pikir saya berkomunikasi dengan seorang admin khsusus dari alenia pictures atau mungkin saja yang membuat ini hanya seorang fans berat dari rumah produksi alenia. Beberapa waktu kemudian, saya mendapatkan jawaban yang sungguh mengejutkan sekaligus membuat saya bangga.
***
Sore itu, 2…juli 2010, saya sedang berada di Plaza Ambarukmo. Tujuannya cuma ingin ke salah satu spot kecil Carefour, -buku, majalah, dvd dan cd lagu- membaca, mendengar musik terbaru, melihat koleksi dvd film terbaru, sudah. Hal yang paling saya senangi karena semua bisa saya lakukan hingga berjam-jam dan itu gratis! Ha ha ha. Hal yang sama pula ketika saya selalu akan ke Gramedia, di lantai 3 plaza ini, melahap semua jenis bahan bacaan disana sampai saya puas dan itu semua gratis. Jika ada yang bagus, pengen saya koleksi dan jika ada uang pasti saya beli he he.
***
Di Gramedia, saya menuju ke sudut favorit saya, rak majalah, menyasar TIME, Intisari, NG Traveler, movie monthly, dan semua malajah yang sudah terbuka segelnya dan bisa saya baca ha ha ha :D. Tapi dari pengeras suara sepertinya sudah terjadi sebuah acara yang makin membuat saya tertarik. Di sudut barat toko ternyata ada sebuh jumpa fans dan diskusi kecil-kecilan. Ada kerumunan orang disana. Tiba-tiba seorang berucap: ‘silahkan mbak Alexandra Gottardo untuk menjawab pertanyaanya….’. Weew, Alexandra Gottardo? Tanah Air Beta? Mama Tatiana? Tiba-tiba saja arah pikiran saya seperti itu. Saya berpindah haluan menuju ke kerumunan orang dan ternyata benar dugaan saya. Sedang ada diskusi singkat dan bahkan sudah hampir selesai. Ada 5 personel film Tanabe disana, termasuk diantaranya mas Ari Sihasale sebagai sutradaranya dan mbak Nia Zulkarnaen sebagai produsernya. Ketika mbak moderatornya kembali bertanya apakah ada hadirin yg akan bertanya lagi (kesempatan terakhir), dengan segera saya langsung mengacungkan tangan. Refleks, secepat kilat! Saya maju dan dengan pedenya bersuara. Saya sengaja memperkenalkan diri dengan dialek Kupang saya dan tentunya dengan kata ‘beta’ untuk mengganti ‘saya’. Melihat ketertegunan 5 orang di depan, saya langsung tertawa geli, dalam hati. Saya menyampaikan kesan juga kritik atas beberapa hal dalam film yang mengganjal hati saya, lalu menutupnya dengan kalimat: ‘asal saya dari Timor Tengah Selatan’. Sontak mas Ari langsung bilang ‘Oww…”. Seperti melongo. Mungkin juga merasa surprise. Ketika acara selesai saya dipanggil untuk foto bersama dan melakukan obrola secara akrab dengan kelima personel dr proyek TANABE. Mas Arsul Dahlan yang bermain keren di film Emak Ingin Naik Haji pun menarik tangan saya dan mengajak berkomunikasi dengan ‘dialek’ Timornya yg lumayan lancar. Katanya, ‘oww…lu ini yang kirim tulisan berapa hari lalu lewat facebook to? Yang di blogmu ‘naked-timor’ juga to?’. Saya kaget, surprise! ‘Iya, itu saya’. Mas Rul langsung menarik tangan mbak Nia, dan bilang: ‘Ini si Dicky Senda yang nulis di facebook itu mbak sama blognya, bagus…bagus…’. Mba Nia tersenyum dan menimpali, ‘iya, sa su baca kemaren…na pas tadi dia perkenalkan diri, sa langsung yakin ini pasti Dicky Senda yg biasa rajin bertanya di facebook Alenia tuh he he he…’. OmaiGaaaaat!!! Saya bertanya lagi demi meyakinkan hati, ‘bener nih mbak yang biasa online itu mbak Nia sendiri?’. Ternyata iya, benar. Mereka sangat menaruh perhatian atas pertanyaan dan kiriman tulisan saya di facebok mereka. Dalam dunia nyatapun, mereka sangat ramah sekali. Mbak Nia lantas memanggil mas Ale yg dari tadi masih sibuk melayani foto bersama untuk datang bergabung bersama saya, mbak Nia, mas Rul Dahlan dan si Yehuda-keriting (anak Papua yg mampu berakting seolah anak Timor beneran). Mbak Nia lantas bilang ke Mas Ale, ‘ini Dicky yang kirim tulisan ke facebook itu…’. Mas Ari lantas menyambung lagi dengan pertanyaan saya diawal tadi. ‘Iya sih saya juga dapet banyak masukan tentang penggunaan dialek dalam film itu, ada yang berdialek Kupang, ada yang berdialek Atambua ada juga sebagian yang berdialek Timor Leste. Kami kesulitan juga karena guru bahasa dan dialek Tetum yang sengaja kami undang ke Jakarta untuk melatih semua artis pendukung, ternyata juga mengakui bahwa terlalu banyak dialek di Timor. Orang Kupang punya dialek khasnya sendiri, orang Kefa, orang Soe, orang Atambua pun sama, ada sedikit bedanya. Apalagi orang Timles…’ lanjut mas Ari panjang lebar. ‘Tapi terima kasih…kami juga senang bisa ketemu langsung dengan penonton yang asli Timor. Bulan Agustus rencanya kami akan melakukan pemutaran lewat layar tancap di Kupang dan Atambua. Pasti akan ada banyak komentar terkait penggunaan dialek. Saya langsung meyakinkan lagi, ‘Gak apa-apa mas, saya malah senang. Ada banyak hal positif kok dari Timor yang digambarkan di Tanabe. Landscape Timor yg meskipun terkesan kering kerontang tapi keren kok mas. Oya, ada satu hal yang sangat saya apresiasi betul. Pemanfaatan lagu-lagu Tony Parera, mas. O Doben, O Timor, dll itu. Karena saya sempat merasakan kejayaan Tony ketika tahun 90-an mas. Lagu itu benar-benar populer di senatero Timor mas,’ yakin saya. Kali ini mbak Nia yang meresponnya dengan tertawa lebar, ‘Ha…ha…ha…iya, talalu mantap aangg’. Haoooh, dari tadi saya selalu dibuat terkejut dengan penggunaan bahasa dan dialek Timor mbak Nia. Meski bukan pemain, cuma sebagai produser, hebat banget lho bisa lancar berkomunikasi ala orang Timor. Upps, sedari tadi asyik ngobrol ternyata sudah ada Alexandra Gottardo, si mama Tatiana ikutan nimbrung disamping saya. Makin deg-deg seeer deh gua, ujar saya dalam hati. Cantik (krn berdarah Jawa – Italia). Saya lantas berbasa-basi ke Alex, ‘mbak aktingnya bagus lho, kayak orang Timor beneran. Oya sudah aku follow lho ke akun twitternya mbak…’. ‘Terima kasih. Oya nanti coba saya cek lagi…’ katanya sambil memantau BlackBerrynya.
Sunggu obrolan yang menyenangkan. Mereka lantas pamit karena harus ke studio 21. akan ada nonton bareng disana. Mbak Nia lantas menyodorkan sebuah novel adaptasi dari skenario film. Di halaman pertamanya sudah ada tandatangan mas Ari, Mbak Nia, Alexandra dan mas Rul Dahlan. Kami berfoto bersama lagi yang terakhir. Dan saya makin gigit jari karena saya gak punya kamera. Ahhh sudahlah.

***
Senang sekali hingga detik ini komunikasi saya dengan mbak Nia terus berjalan. Pertanyaan saya di wall facebook ‘alenia pictures’ selalu dijawab. Tanpa malu-malu saya menulis; ‘wah sayang, dulunya gak ada casting terbuka untuk pemeran dlam film Tanabe, kan saya bisa ikutan, siapa tahu bisa main film’. Jawab mbak Nia ‘kita bikin audisi kok tapi gak terbuka banget. Di Atambua pun kita sempat mengaudisi beberapa pemain lokal’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...