Selasa, 15 Juni 2010

'Yah, Jujur Saya yg ada dalam Sex Tape itu' atau 'Jujur, Saya Koruptornya...' Saya Minta Maaf!

Jujur. Kayaknya kita harus jujur mengakui kalo di negeri yang tercinta ini bagi tokoh-tokoh panutan kita, pejabat pemerintahan/publik, selebritis, dll, berlaku jujur kadang biar dan membingungkan. Entah jujur yah atau jujur tidak semuanya serba kabur. Sukanya begitu. Ujung-ujungnya masyarakat juga suka ikut-ikutan.

Tentang sebuah kejujuran, saya yg orang biasa ini emang masih suka gak jujur. Kadang bagi diri saya sendiri saya, sulit untuk jujur. Bagaimana dengan tokoh-tokoh publik tadi. Sosok-sosok yang selalu dipuja, ditiru tingkahnya, ucapannya, karena mereka adalah panutan, mereka besar, mereka hebat meski jujur atau bijaknya mereka kadang bias, apalagi untuk orang/masyarakat awam seperti saya ini.

Okelah mereka, public figure itu juga manusia. Mereka bisa saja lalai. Sayang, kebesaran mereka hampir selalu dipastikan diikuti dengan rasa percaya yg tinggi dari orang lain ke mereka. Yah gak sayang juga karena itu anugerah kan, ketika keeksistensianmu diakui, dihormati dan ditiru. Pokok'e panutan blas dah!

Entah kenapa hanya kepada orang2 hebat di Indonesia saja, bukan oknum, malahan kebanyakan orang hebat di negeri ini, tingkah lakunya suka bikin bias, selalu di zona abu-abu, suka berkelit karena takut mereka dicap sebagai manusia yang gak superior lagi. Pokoknya dengan segala cara, apapun itu, citra mereka harus bagus, superior! bahkan dengan berperilaku tidak jujur. ujung-ujungnya kita bisa memaklumi, oke, itu manusiawi. Tapi resikonya kamu jadi orang besar yah itu, orang2 yang memanuti kadang kurang bisa menerima kalo idolanya cacat, inferior, lemah, manusiawi (yg ada cacatnya). Pada kondisi hanya kejujuranlah jawaban terakhirnya. Pengakuan diri bahwa mereka bisa saja berbuat salah, bisa saja keliru, bisa saja juga adalah pencuri, pezinah, penjahat, koruptor, penjahat kelamin, tak bermoral!

Konon katanya kita adalah negeri Timur yang terkenal dengan tata kramanya. Kebaikannya, sopan santunnya, kebaikannya. Kita ini konon bermoral tinggi. Jauh lebih bermoral ketimbang orang2 Barat itu. Tapi saya semakin memastikan kalo kata2 itu kian salah kaprah. Lha, liat saja tokoh-tokoh panutan kita tadi, lihat saja para pejabat, selebritis, dll...kadang susah juga menetapkan ini cuman oknum tertentu atau sudah menjadi sesuatu yang masiv.

Hanya orang2 barat yang kita bilang GAK bermorallah yang biasanya tampil lebih gentelmen, berani dan jujur. Jujur pd diri sendiri dan pada dunia! Mereka bisa dengan entengnya mengakui kesalahan atau kekeliruan. Mereka mungkin jauh lebih bisa berdamai dengan diri mereka sendiri. Jujur pada akhirnya menempatkan mereka sebagai manusia yg 'manusiawi'. Mereka kembanyakan bisa berani tampil dan bilang: 'OKE, sex tape itu memang benar saya, saya yg merekamnya bersama pasangan selingkuh saya, saya mengakui itu, saya merasa bersalah sekali. saya meminta maaf untuk keluarga saya, kepda fans saya, kepada masyarakat luas. Jangan meniru perilaku buruk saya...bla..bla..bla...'

Atau 'dengan ini saya mengundurkan diri dari jabatan saya...karena bla...bla...bla yang sudah saya buat. saya minta maaf.'

Aktor Hongkong itu bahkan dengan muka diangkat, mengakui kebobrokan moralnya dan mengundurkan diri dari dunia selebritasnya untuk sekedar menghapus sendiri noda yg dibuatnya. Kini perlahan sudah bisa lebih pede untuk tampil berkarya lagi.

Berbanding terbalik dengan orang2 penting kita. Mereka bisa dengan cepatnya mengelak, menolak atau mengatakan TIDAK/BUKAN. Mereka bahkan bisa arogan atau sebaliknya tampil memble, dan bilang 'please, saya korban!' dan masyarakat kta yg sejatinya punya potensi 'pemaaf' dan 'pelupa' menerima itu. Meski awalnya sanksi moral kita sebenarnya juga cukup ampuh untuk membuat mereka gemetaran.

Hampir sama ceritanya dengan pejabat pemerintaha mereka. Jika pejabar jepang bisa dengan gentlenya mengakui kesalahan, maka itu berbeda dengan di indonesia. Pejabat kita jagonya berkelit. Inilah cerita dari negeri yang selalu mengagungkan moralitas dan selalu bilang kalo orang Barat itu gak bermoral! Oh tidaaakk!!! Pejabat atau selebritis kita itu paling terkenal gak tahu malu lho. Boro-boro meminta mereka untuk mengakui apalagi minta maaf. Sudahlah kita mungkin masyarakat yang bermoral tinggi tapi sulit untuk JUJUR! Kita sukanya berkelit dan menipu lalu diam-diam menjilat ludah kita sendiri. Gak hanya pejabat, masyarakat pun sudah kian ikut2an dengan mental seperti itu.

Soal selebritis, ujung2nya kata pamungkasnya adalag: 'kami sudah menikah kok...(meski secara sirih). Nikah sirih biasanya menjadi senjata paling pamungkas untuk menghindarikan mereka dari sanksi hukum dan sanksi sosial, lha secara hukum toh nikah sirih sudah diterima toh? Cepat-cepat deh memakai topeng nikah sirih ketimbang kita dicap gak bermoral dengan BERZINAH!

Sudah saya bilang kan...makin hari, JUJUR itu menjadi barang mahal lho di negeri ini. Tak ubahnya nonton sinetron tak berkesudahan, bahkan hingga season ke 7, ceritanya itu mulu. Gak pernah belajar dan mau berubah.Lantas kita bilang kita BERMORAL? sedangkan lidah ini mungkin sudah kelu saking diam-siam selalu sibuk menjilat air liurnya sendiir....asal di depan TV, koran, dan media lainnya kita masih terlihat sebagai manusia yang tanpa cacat.

*saya menulis meminta orang lain jujur, tapi tanpa sadar mungkin saya juga sudah terjangkit mental gak jujur itu...mental yang sabar hari ditularkan anak negeri ini satu sama lain!'


Jogja, 15 Juni 2010

Nb: tentang proses hukumnya, mereka mungkin saja lolos dr sanksi hukum yg kian mandul di negeri ini, tp sanksi sosial pasti selalu ada...sudah ada banyak bukti terkait ini, misalnya kasus video tape artis dangdut dengana anggota DPR, foto mesuk anggota DPR dari PDIP, atau kasu2 korupsi, dll baik itu pejabat atau pun orang biasa, yg bertahan cuma sanksi sosial. Sanksi hukum yah...mandul itu!


gambar dari: theworldtrends.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...