Kamis, 17 Juni 2010

Amores Perros: Love Is Bitch?

(catatan iseng seorang penikmat film)

Saya berkesempatan lagi untuk menonton salah satu karya awal dari seorang Alejandro Gonzales Inarittu, seorang sutradara berbakat Meksiko. Puji Tuhan!

Amores Perros (arti harafiahnya Love Dogs) adalah karya yg brilian, dibuat dengan konsep penceritaan yang mirip dengan 21 Grams dan Babel. Konsep yang kemudian bisa dipastikan menjadi ciri khas Inarritu. Satu film dengan 3 atau lebih plot berbeda namun saling terkait satu sama lain lewat sebuah peristiwa. Sungguh, menonton karya Inaritu dengan banyak plot tidak membuat kita bosan dan bilang, ‘ah, benang merahnya terlalu dipaksakan!’. Cerita-cerita dialirkan dengan sangat alamiah sambil sesekali menyelipkan sedikit benang merahnya suatu peristiwa dengan peristiwa lain, satu tokoh dengan tokoh lain dalam plot berbeda, tapi dikemas juga dengan gaya bercerita yang tidak linear, bisa dimulai dengan sekelumit kisah dimasa sekarang, cepat saja, lantas penonton dibawa ke masa lalu, berlompat-lompat maju mundur. Kadang mengejutkan karena menarik benang merahnya sama sekali gak dipaksakan. Apalagi dengan tema yang diangkat, selalu yang sangat humanis dan personal banget.

Seperti ini, Amores Peros! Dengan 3 plot berbeda namun terjadi dalam satu kurun waktu bersamaan, di dalam satu kota (lebih sederhana ketimbang Babel, 3 plot berbeda, antar 3 negara berbeda pula, namun tetap ada satu benang merah).

Saya tertarik dengan taglinenya di cover CD, ‘what is love? Love is bitch’. Cinta macam apa? Seberapa ‘bitchi’kah? Itulah pikiran awal saya. Inarritu kemudian membawa saya menjelajahi sisi lain kehidupan kelas bawah Meksiko yang dekat dengan gelandangan, obat bius, pencurian, perjudian, dll.

Adegan dibuka dengan kejar-kejaran antar beberapa mobil. Di dalam mobil yang dikejar, ada seorang pemuda bernama …..bersama teman baiknya, dan seekor anjing yang hampir mati. Tak lama kemudian, takbrakan terjadi. Mobil ‘oktavian’ menabrak sebuah mobil yang dikendarai seorang model terkenal.

Cerita berlanjut ke masa lalu, ke dunia Octavio. Pemuda yang memiliki anjing petarung hebat, tinggal bersama ibu, kakak lelakinya (Romario) dan istri sang kakak (Susana) yang diam-diam dicintai Octavio. Mereka bahkan kerap melakukan hubungan badan secara diam-diam. Disisi lain, Romario yang bekerja di sebuah supermarket nyatanya juga memiliki pekerjaan sambilan, sebagai pencuri! Si Kakak juga kerap melakukan KDRT kpd istrinya, hal inilah yang menarik iba Octavio berbuah jadi cinta terlarang.

Rasa cinta yg makin kental membuat Octavio berkeinginan membawa kabur isteri kakaknya sekaligus ingin bebas dari tuntutan lawannya yang kalah dalam judi adu anjing. Diam-diam Octavio dan Susana menabung untuk rencana mereka. Sayang rencana itu gagal krn nyatanya Susana malah memilih kabur bersama suaminya sendiri membawa duit hasil tabungan mereka. Inarritu menggambarkan dengan baik maksud taglinenya. 'Love is Bitch', kilah Octavio!

Plot kedua, wanita muda, seorang model cantik dari Spanyol (Valeria) yang ditabrak mobil Oktavian tadi. Model yang sedang berselingkuh dengan pria beranak dua (Daniel). Lagi-lagi cinta terlarang yg aneh digambarkan disini. Si model yang egois, berlebihan menyayangi anjingnya. Bertengkar hebat hingga kaki diamputasi hanya gara2 seekor anjing! Cinta yang aneh. Love is Bitch.Hingga kepada penyesalan Daniel yang memang terlambat mepertahankan rumah tangganya.

Plot ketiga, seorang gerilyawan (The Goat) yang pernah dipenjara 20 tahun dan terpisah dengan isteri dan seorang puterinya. Mantan geriliawan ini nyambi jadi pembunuh bayaran, termasuk membunuh sendiri suami kedua mantan isterinya. Termasuk kisah lainya, tiap hari menguntit sang putri (Maru) tanpa berani memperkenalkan diri sebagai ayah kandungnya, saking enggan menjilat ludahnya sendiri, menarik kata2nya dulu pasca meninggalkan isteri anaknya. Pria tua yang bahkan hanya bisa menyusup ke rumah anaknya ketika sang anak pergi, hanya untuk melampiaskan kerinduan alamiah seorang bapak. Lagi, love is bitch. Memilukan.

Begitulah Inarritu bercerita panjang lebar, maju mundur, tapi menarik karena banyak kejutan berdatangan.

Hingga sampai pada satu kesimpulan akhir yang sebenarnya sudah disuguhkan Inaritu bahkan di awal film, peristiwa tabrakan maut itu. Peristiwa yang akhirnya membuka mata semua pihak yang terlibat dalam ketiga plot berbeda tadi. Pria tua yang gagal melakukan aksi pembunuhan yg kebetulan terjadi bersamaam-berdekatan di lokasi tabrakan maut. Ia kmudian benar-benar membatalkan rencana pembunuhan kedua, ketika tahu bahwa target yang akan dia bunuh nyatanya adalah saudara tiri dari si penyuruh pembunuhan.


Hingga akhir film, pria tua entah mengapa hanya sanggup meninggalkan pesan suara di kotak pesan putri (Maru). Akting nangisnya kereeeen. Tangis pilu seorang bapak yang gagal mencintai anak perempuannya! Love is Bitch.


Sang model pun akhirnya harus puas hidup dengan satu kaki saja sambil menatap miris baliho di depan apartemen yang memuat iklan parfumnya perlahan-lahan diturunkan!


Lantas bagaimana dengan Romario, kakak Octavio? Dalam sebuah aksi perampokan di bank, Romario tertembak oleh seseorang yang ingin membela diri, sangat kebetulan dia adahah teman Pria Tua, sesama mantan gereliawan juga yang kini berprofesi sama, pembunuh bayaran.


Semua lantas berakhir dengan jawaban yang tak mengenakan tentang cinta yang mereka cari: love is bitch!

Octavio lagi-lagi gagal mengajak Susana kawin lari…


Ini adalah film tentang kehidupan yang menarik. Aroma kriminal yang kental mewarnai kehidupan tokoh-tokoh kelas bawah di Mexiko City ini...


gambar dari: www.imdb.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...