Minggu, 04 April 2010

Cerita Paskah Saya

Akhirnya saya berkesempatan merayakan misa malam Paskah untuk mengenang kebangkitan Yesus, sebagai kekuatan iman Kristiani saya. Paskah bagi saya adalah peristiwa yang selalu berkesan sepanjang masa. Seperti halnya malam tadi, malam Paskah 2010. Kini saya adalah warga paroki Yohanes Rasul Pringwulung.

Berkesan bagi saya adalah bahwa saya selalu merasa dekat dan merasakan kehadiran Dia kedalam hati saya, lewat telinga, mata, mulut dan kulit saya. Dia yang masuk dan menggetarkan jiwa saya. Okelah, saya ini manusia biasa yang paling sering berbuat salah, tapi jika ada momen ketika anda benar-benar khusyuk menyerahkan diri dengan kondisi apapun, rasanya beda banget. Ada sensasi yang sulit dijabarkan disini. Berkali-kali mata saya berkaca-kaca, berkali-kali tengkuk dan lengan saya merinding aneh tanpa sengaja. Betapa tiba-tiba dada saya begitu sesak. Betapa tiba-tiba rasanya tubuh saya ringaaaan banget. Plong. Lega. Bebas. ….Puji Tuhan. Saya hanya berharap semoga tiap hari adalah Paskah, adalah sukacita dan kedamaian hati, rasanya hidup ini indah banget jika segala seuatu dlam campur tanganNya, dalam bantuanNya. Puji Tuhan
Gedung Bank Indonesia Jogjakarta

Sebagai penghantar kotbah, mudika menyiapkan sebua film pendek yang diputar di layar berukuran 2x3 m, dan lewat monitor2 TV. Menarik sekali filmnya. Film Perancis, tentang seorang kehidupan seorang single parent, ayah dan putra tungalnya. Si ayah adalah penjaga jembatan yang multifungsi, sebagai penyebrang kereta dan disaat lainnnya bisa diangkat tengahnya dengan mesin agar kapal kecil bisa melewatinya. Cerita berlanjut ke para penguhi kereta, yang rata-ratanya orang-orang ‘negatif’ semua, manusia yang egois, pecandu narkoba, individualistis, yang lagi marah, yang lagi sedih, yang lapar, yang bete, semuanya, aneka rupa. Sepertinya dalah miss komunikas sehingga kedatangan kapal hanya berselang beberapa menit sebelum akhirnya kereta pun harus lewat. Si Bapak sudah terlanjur mengangkat jembatan dengan mesin agar kapal bisa lewat, disaat yang sama ada kereta api yang bergerak cepat dan akan melewati jembatan tsb. Si anak yang melihat duluan berinisiatif untuk cepat menekan salah satu pengait agar posisi normal bisa terjadi dan kereta bisa lewat, sayangnya kekuatan pengait menjatuhkan si anak dan terjepit persis di bawah rel dan nyatanya itu berbahay jika kereta lewat, tubuhnya pasti akan terjepit. Si Bapak yang mengetahui kejaian belakangan sungguh tak bisa berbuat banyak hingga bingung memilih menyelamatkan anaknya dan membiarkan kereta beserta isinya terjatuh karena posisi rel yang belum seimbang, atau, sebaliknya, membiarkan si anak terjepit dan mati dan memilih menyelamatkan penghuni kereta. Ternyat pilihan kedua yang dia ambil. Endingnya cukup sedih, dia menangis dan menengadah ke kereta, dan penghuni kereta melihatnya dengan penuh heran, ‘ada apa dengan petugas ini? Kenapa menangis? Tanpa mereka tahu bahwa nyawa mereka baru saja diselamatkan oleh si bapak dengan mengorbankan anaknya. Sungguh suatu pengorbanan yang mahal.

Ceritanya sederhana, durasinya Cuma 10 menit, tapi isiiiinyaaa….dalam banget. Seperti halnya Bapa di Surga yang rela anak tunggalnya Yesus mati, agar manusia2 ciptaanya selamat.

Ahh, malam Paskah yang berkesan…bertemu teman-teman lama, adik dan kakak kelas sewaktu di Syuradikara dulu, Bapak kos yang lama, koor yang begitu indah (keren lagu Ambonnya), keren nari persembahannya, tarian Dayak dari forum mahasiswa katolik kalimantan barat, dan umat yang begitu ramah tamah, sepanjang jalan pulang, saya berpapasan dengan banyak umat, dan mereka melempar senyumnya dan mengucapkan…’selamat paskah yah mas…’. Begitu banyak yang bilang….Oh my God, ini malam Paskah yang indah buat saya….thanks God!


Jogja, 3 April 2010

1 komentar:

  1. Jika ada yang tahu judulnya atau cuplikan filmnya, jika tidak keberatan dengan hormat saya minta dikirim ke: eman.eliab@yahoo.co.id
    Terima kasih.

    BalasHapus

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...