Jumat, 02 April 2010

Ada Shanty di Bawah Laut Bolok

Tanpa sengaja saya mendapatkan berita perjalanan artis Shanty ke NTT di Twitter minggu lalu (http://www.facebook.com/photo.php?pid=1127875&id=1348706932#!/photo.php?pid=1123444&id=1348706932). Sebagai anak NTT diperatauan, segala berita terkait propinsi tercinta ini memang selalu menghasilkan seribu rupa perasaan di hati, kangen, lucu, bangga, haru, kesal, dll. Bisa dikatakan minggu ini adalah saat dimana perasaan saya tentang NTT begitu sensitifnya, maksud saya adalah cepat sekali larut dan tenggelam jika membicarakan kampung halaman saya.

Ini tentang diri saya, teman-teman diskusi, pamor Komodo yang naik turun (yang selalu kami bicarakan di forum blogger atau percakapan harian di kampus). Atau juga kabar gembira dari teman di Jakarta yang dengan hebohnya menelpon saya dan bilang, ‘Gila, Ker, gue lagi liputan acara peragaan busana Oscar Lawalata dari kain tenun kampungmu….sumpah, keren banget!’. Kegirangan teman saya akhirnya bisa dibuktikan di harian Kompas edisi minggu kemarin, benar saja indah nian kain-kain NTT. Trims bung Oscar. Ini justru sangat mengusik rasa memiliki saya akan NTT. ‘Hei, kamu yang muda-muda, apa usaha konkritmu untuk NTT?!’ tegur nurani saya. Untung saja, pengalaman saya beberapa waktu terkahir sedikit ikut mempromosikan kain NTT (motif Mollo) lewat tas yang selalu saya pakai ke kampus dan lokasi magang saya, dan itu membuat teman-teman lumayan terpukau. Sudah pasti saya juga telah membagikan beberapa helai kain ke teman-teman di Jakarrta dan dosen-dosen saya. Reaksi yang saya dapatkan adalah rasa ingin tahu mereka yang besar tentang nilai filosofis dari setiap kain yang saya berikan. Yah, dengan pengalaman ini, sedikit atau banyak saya sebagai anak muda NTT sudah turut andil dalam mempromosikan NTT lewat kain ikatnya.

Di dunia maya mungkin lebih intens lagi. Puji Tuhan saya bisa berkenalan dengan mbak Harum Skekartaji (yang punya segudang foto2 keren tentang Flobamora di http:www.harumanis.multiply.com) kontributor majalah ‘Tamasya’, yang nyatanya begitu mencintai NTT, beberapa kali sudah mampir ke Flores, Alor, Rote dan Timor. Dari TN Komodo, ke Wolowaru, lantas ke Larantuka, mampir menikmati dunia bawah laut Alor, lantas ke suku terunik, Boti, di TTS, mampir bermain Sasando di Kupang sampai ikut juga merasakan sensasinya surfing di Nembrala dan menikmati jadi seorang tamu di resort berkelas milik seorang Australia di Nembrala. Woow, lagi-lagi nurani saya terusik dengan cerita dan bukti otentik berupa foto-fotonya, dan sempat merasa mungkin benar bahwa ‘tak kenal maka tak sayang, kenali dulu baru bisa cinta!’. Lha, banyak daerah yang dia sebutkan malah belum sempat terlintas di benak saya, boro-boro, menginjakan kaki ke kampung Boti saja belum pernah. Ahh.

Paling tidak saya sudah cukup andil dengan menulis, mengirim gambar, dsb, mengenalkan NTT lewat dunia maya kepada teman-teman saya. Mungkin itu baru kontribusi kecil saya, dan berharap bisa melakukan hal-hal besar lainnya.

Saya rasa ini bukan beban tapi jika sudah berusaha untuk mengenal daerah sendiri, otomatis rasa cinta dan rasa memilikinya juga makin besar lalu berusaha untuk mengimplementasikannya kedalam bentuk-bentuk tindakan sederhana yang saya bisa, kepada lingkungan saya, orang-orang terdekat saya. Tentang ini juga, saya menyerah jika isu ini sudah dikaitkan dengan soal regulasi, birokrasi, sistem, atau apapun yang bisa dilakukan sebagai cara untuk melihat pariwisata NTT dan problem-problemnya. He-he-he…


Kembali lagi ke nona Shanty. Saya mungkin adalah bagian dari sekian populasi manusia di planet ini yang terjebak atau ikut keranjingan twitter, seperti halnya facebook dan soal trend juga, semacam ada kedekatan personal dan komunikasi yang intens disana.

Seminggu lalu, saya membaca sedikit catatan perjalanan artis ini ke NTT. Ada apa dengan Shanty dan NTT, pikiran singkat saya waktu itu. Mulailah saya ‘mem-following’ bebebrapa nama-nama terkait disana. Mulailah komunikasi yang menarik dengan Shanty, Mas Iman Brontoseno, yang belakangan baru saya tahu kalau beliau adalah sutradara iklan berbakat, dan beberapa kru yang terlibat.

Ada satu proyek pembuatan iklan salah satu produk minuman energi, sebut saja Kukubima. Bintang iklannya ada Ade Rai, Shanty dan Chris John. Syutingnya 10 hari di beberapa wilayah di NTT, dimulai dari Flores Timur, Lembata, Lamalera, SoE, Kapan, Boti, lalu ke Kupang, Bolok, Tablolong, dan berakhir di Sumba Barat. Mereka mencarter pesawat dan melakukan proses syuting di daerah-daerah tsb.

Trims untuk Shanty dan mas Iman, selama proses syuting, tak henti-hentinya aneka kabar berita dan foto-foto diposting ke twitter. Banyak komentar positif tentang keindahan NTT. Menuai banyak komentar, secara yang menulis ini adalah dua orang penting di bidangnya. Menarik perhatian banyak orang.

Misalnya, mas Iman menulis, ‘di depan sebuah gereja di Lembata, dua orang gadis berjilbab duduk bernyanyi. Betapa indahnya perbedaan.’ Langsung saja banyak direspon. Atau ketika Shanty memposting foto-foto ‘menyelam dengan pakaian merah putih di bawah laut Bolok dengan anak-anak nelayan (http://www.facebook.com/photo.php?pid=1127875&id=1348706932#!/photo.php?pid=1127875&id=1348706932), atau nyanyi diiringi Sasando di Tablolong, berfoto dengan latar ‘BANDARA WAIOTI’ ketika rombongan transit di Maumere, hingga fakta unik tentang Sumba Barat, satu-satunya lampu merah yang ada di kota Waikabubak, baru beroperasi belum ada setahun, durasinya dikit lagi’ atau foto Shanty di depan rumah warga Sumba yang dihiasi gigi-gigi babi yang kata Shanty harganya setara dengan tas bermerek….Wah-wah.

Yang unik-unik juga datang dari twitter mas Iman. Saya memperkenalkan diri sebagai Orang SoE-Kapan dan dia bilang, ‘sumpah, kampung Boti bersih banget, gak ada nyamuk, gak ada kecoa, gak ada lalat, karena gak ada sampah!!!, atau tentang foto para perempuan Sumba berkain hitam dan bertelanjang dada mengambil air di sungai, ditulis ‘ini bukan foto telanjang, ini foto wanita-wanita Sumba yang lagi ngambil air…’(http://tweetphoto.com/16632400)
Menarik bisa banyak berbicara dengan mereka. Mas Iman juga bercerita saat ke SoE dan mampir ke Kapan, bilang suka udaranya sejuk, masih menemukan banyak penenun di samping rumah sepanjang jalan, tempat indah dengan banyak buah dan sayuran, akunya yang juga mengaku sudah jatuh cinta dengan Alor!. Hmmm, bangganya saya he he he. Trims bung.

Beberapa hari kemudian, ketika rombongan sudah pulang ke Jakarta dan siap melakuan proses editing gambar, mas Iman bilang ke saya, katanya, ‘klien meminta, adegan rombongan kerbau di lereng bukit sabana di Sumba dipotong saja, alasanya lucu, takut membuat SBY tersinggung….’. Weleh-weleh…..(http://tweetphoto.com/16342465)

*he he he mungkin takutnya bisa memancing ‘si Bapak’ untuk curhat lagi-bilang kalo dirinya difitnahlah, apalah itu…hahhahaee *

Jogja, 1 April 2010

Untuk CERAH HATI @ http://www.naked-timor.blogspot.com


foto: dari twitter Shanty dan Iman Brontoseno @ http://tweetphoto.com/15786215. Thanks.

2 komentar:

  1. mudah2an iklan2 ini bukan hanya eksploitasi sesaat,..tapi bisa memberi kontribusi yang signifikan untuk kemajuan NTT...Nikmat..Tiada..Tara,..

    BalasHapus
  2. iya ama...semoga saja tidak...kalo dari ngonbrol2 dengan sutradaranya, mas iman brontoseno, orangnya asyik, pluralis dan yah namanya seniman, mereka sangat apresiasi dengan budaya2 lokal, dia juga sangat modernis, mantaplah...hanya saja dia juga mengeluh, dia sudah banyak ngambil gambar indah, punya niat bagus u NTT tapi kembali lagi ke selera klien, katanya sudah banyak yang diedit...heheheh

    BalasHapus

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...