Jumat, 19 Maret 2010

Mengartikan Rasa Kedewasaan

Seorang teman bilang: ‘temanku ini, si Senda, masiiih aja suka cepat ‘meledak’, entah tempramen atau apa yah?’

Seorang teman yang lain bilang kalau saya itu orangnya kaku, saklek, keras kepala, wuiiih lengkap deh. Negatif semua.

Belum lagi ada yang bilang saya itu ‘suka nyolot’. Ada teman lainnya yang bilang saya ‘kasar’.

Belum selesai, beberapa orang dekat juga akhirnya mengakui kalau saya itu orangnya ‘gak dewasa banget!’. Kalo ada masalah dengan seseorang, solusinya itu sepihak, nyuekin orang, diam seribu bahasa dan gak mau bicara dengan yang bersangkutan yang terkait masalah. Padahal kan enaknya ngobrol, bilang kalau gak suka, kenapa gak suka, maunya seperti apa. Begitu ‘orang dekat’ saya itu protes. Meski nyatanya yang protes itu sama juga, bicaranya di belakang saya, gak langsung ke sumber masalah. Nah, lho!

Parah memang karena semuanya punya benang merah yang sama, sentranya diri saya sendiri, melibatkan orang-orang terdekat saya dan saya yah gitu deh….

Semua itu terjadi bahkan di rentang waktu yang berdekatan. Ini belum tercatat dari masukan bos saya, dosen saya, kakak saya, dan orang tua saya.

Bicara orang tua, saya yang jarang sekali ditelepon orang tua/ keluarga ini bisa meledak atau sesak dada ini ketika ditelepon bapak saya. Saya menduganya atas kebiasaan yang sering saya alami. Fakta bahwa saya adalah anak bungsu, mantan dari kemanjaan yang dahsay mungkin, sehingga saya begitu kekanak-kanakan jika berbicara dengan bapak saya sekalipun itu visa telepon.

Saya kembali meledak, sesak dada ini, merajuk dan cengeng kata seorang kakak kandung saya. Mungkin iya, jika masa kecil saya yang berpola permisif sempat membuat sedikit mengental dan mengendap lama di pribadi saya dan ikut berpengaruh ke pribadi saya kini. Yah hal-hal diatas tadi mungkin ada kaitannya dengan masa lalu saya.

Ada banyak pelajaran moral yang bisa saya ambil saat saya menulis ini. Terlalu sulit untuk berbagi disini pasalnya saya adalah seorang yang belum dewasa, sehingga pastinya kata-kata saya yang berpanjang-panjang ini mungkin juga gak ada isinya sama sekali. Lantas?

Yah, saya memang demikian, tapi saya secara sadar juga sudah merasakan bahwa saya sedang berubah, perlahan, tapi saya sudah sedikit berubah….


Jogja, 18 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...