Minggu, 08 November 2009

Suara Hati Sang Konselor

Delapan bulan bukan waktu yang singkat baginya untuk ‘bersusah payah’ mengaktualisasikan dirinya dengan tugas yang sudah diembankan. Konselor anak, saya pikir bukanlah tanggungjawab yang mudah. Yang gak mudah diberikan oleh sang bos, juga yang gak mudahnya bagi si pelaksana (yang muda belia ini) untuk menjalankan itu. Entah apa yang ada dibenak sang bos untuk mempercayakan tugas itu padanya.

Konselor anak. Psikologi anak. Dunia anak. Tiga hal utama yang menjadi kunci utama jenjang karir ‘belia’nya. Konseling dan psikologi, dua hal yang dengan tekun didalamnyai sepanjang 3 tahun belakangan. Bahkan lebih dini dari itu, ketika SMA bahkan dirinya merasa diri psikologi dan psikologi adalah dirinya. Menelusur lebih dalam bahwa dirinya punya interes yang lebih kepada manusia, manusiawi, humanis! Pujilah Tuhan untuk anugerah indahNya, kawan, begitulah nurani senantiasa bergema.

Dunia anak. Dia beruntung terlahir sebagai anak bontot dari sebuah keluarga besar yang punya akar keluarga yang besar-besar juga. Anak bontot yang kadang childish, yang sudah menjadi ‘om’ ketika kelas 3 SD, yang punya 9 keponakan lucu dan hebat, yang punya banyak sepupu kecil, yah anak bontot yang terbiasa dididik dengan manusiawi untuk jadi humanis, dan ada bentukan rasa senang dan iklas untuk melayani, to serve, ada bersama untuk membuat sesama merasa nyaman. Entahlah, susah menjelaskan karakter dirinya. Intinya, dunia anak, ada dan dekat secara afeksi, kognisi dan psikomotor dengan mereka adalah bagian dari kehidupannya yang lain, yang ingin diretas untuk menjadi utuh.

Ada kini, dan ada nanti hanyalah sebuah tekad untuk terus belajar dan berbagi dan melayani. Entah. Dipikirnya hidup kini dan kedepan adalah belajar, berbagi dan melayani. Semampunya sebagai manusia biasa untuk menjalani itu dengan baik, dengan senyuman, dengan hati!

Semoga. Selamat berjuang, kawan. Kau bisa!

Jogja, 8 November 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...