Kamis, 24 September 2009

Wanita Muda Gila Yang Sedang Hamil Tua (sebuah sajak)

Aku pertama kali menemukan dirinya lelah (karena berkantong mata cekung),
tersungkur
di sebuah emperan toko otomotif, di jalan Mangkubumi.
dengan sebatang rokok putih yang masih menyala.
Pertemuan yang kukira tiga bulan lalu.
Pertemuan atau perjumpaan? ahh mungkin tepatnya
berpapasan karena kami tak saling mengenal.
aku hanya mengenal dia sebagai wanita muda gila tak beranama
dengan kantong mata yang cekung.
tubuh semampai berbalut daki tebal. dekil dibalik desir angin malam.
jalanan sudah sangat sepi. kirakira pukul sebelas malam kami berpapasan.
kami. aku, malam sepi dan wanita muda gila yang sedang
hamil tua ini (ahh, aku melihat juga segerombolan tunawisma lain
dengan makan, sebagian lagi merokok, sebagian lainnya
sudah tertidur).

tapi siapa wanita muda gila yang sedang hamil tua ini?
tiga tahun sudah aku menempati sebuah kamar kos kecil di
seberang jalan ini,
tiga tahun pula aku melampaui - menggilas aspal jalanan itu sampai
kadang (malam-malam)
kakiku kejang hebat, tapi
baru kali ini aku berpapasan dengan orang aneh ini.

aneh. yah, titik kewajaran saya mengatakan ini aneh: wanita muda
(saya menduga usianya dibawah tugapuluhan tahun), berkantong
mata cekung kosong.
Wanita yang mungkin tak lagi mengenal kata 'mandi' semenjak dirinya gila.
gila!
aku menyebut ini gila: wanita muda yang sedang hamil tua,
dengan sebatang rokok putih yang masih menyala di tangan kanannya,
tersungkur sambil tangan kirinya mengaruk-garuk selengakangannya

(dan itu sudah cukup aku bergidik ngeri-jijik! sebuah kesan).

kesan yang lebih gila barangkali: wanita muda berpotongan cepak kasar,
mengenakan kaos oblong yang lebih mirip daster, dengan perut yang membuncit!
Oh Tuhan,lirih nurani saya.

***

aku memilih untuk memperlambat laju langkahku. mendekatinya.
membiarkan angin yang mungkin akan mendesirkan bau tubuhnya
ke ujung rongga hidungku (atau mungkin ini hanya efek dari pengalaman
mentalku bahwa sesosok tubuh dekil didepan mataku ini sudah pasti
akan meruapkan aroma yang tak sedap)
mengamati dengan seksama. dia diam. lalu berselonjor (dan rasa ngeri-jijik
kembali menghantui! sebuah kesan yang terulang)
kesan yang mengatakan 'ini gila'. aneh.
ngeri dan jijik yang berkilah 'ini gila'. aneh. lihat saja perutnya yang membuncit.
malang nian nasib orok yang sedang menumpang hidup sesaat dalam
sebuah 'gua beracun',pikirku. ahh, melihatnya membuat korongkonganku
makin kerontang. yang kemudian benar-benar memaksa kesadaranku
untuk pergi menjauh saja.

***
hampir lebih dari empat kali aku bertemu lagi dengan dirinya
(wanita muda gila yang sedang hamil tua) pasca insiden
'menggaruk-garuk selengkangan' di depan toko otomotif itu.
rupanya masih sama. mungkin jauh lebih dekil karena aku percaya
dia tak pernah mandi. bajunya sering berganti. tapi tidak dengan
perutnya: makin membuncit kecoklatan (aku bisa melihat warna kulit perutnya
yang licin karena bajunya sesekali tersingkap). oh, wanita muda ini sudah
membuat setiap kepulanganku bagai sebuah riset panjang tentang perilaku
manusia yang sedang tak waras. yah, aku makin betah berlama-lama di jalanan
lengang ini, melihat dirinya dan diri bocah-bocah yang memilih mengusir
dinginnya lantai emperan toko dengan sebatang rokok murahan saling bergantian.
sungguh malam di jalan ini adalah belantara buat manusia-manusia
yang makin terjebak di ketiadaan harapan. di ujung entah.


***
sebulan sudah aku lupa dirinya. lupa akan sosok wanita muda gila yang
sedang hamil tua itu. lupa karena aku tak pernah bertemu dirinya lagi.
kelupaan yang kini berganti jadi seribu tanya: kemana dia? sudahkah bayi
malang yang salah menumpang itu lahir? (upps, salah menumpang karena
tiada pilihan)
adakah dirinya sudah aman di ruang bersih dinas sosial? ataukah bayinya
sudah mati karena sering diasup rokok (atau puntung-puntung rokok?)

atau mungkin setelah melahirkan dan bayinya tak selamat, pemerintah
kemudian menempatkan dirinya di salah satu kamar putih di Pakem yang sejuk?

siapa namanya? kenapa dia gila? kenapa juga bisa hamil dalam kegilaan?
(kemungkinan yang tak beralasan atau berlasan bisa jadi: wanita muda itu
sejatinya memang gila
kehilangan kontrol dan kendali diri sehingga suatu malam, angin meniupkan
ruh jahatnya, menghampiri wanita muda gila yang tertidur sendirian di bawah
kolong jembatan...mereka yang suka nongkrong dan mabuk di sudut stasiun
sana pasti yang sudah memperkosanya! menitip paksa sesosok janin pada gua
yang hitam, yang perlahan mulai membunuh sel demi selnya hingga
benar-benar kering. dan benar-benar gila juga.

hidup yang tak adil siapa yang mau? kita memang hanya selalu dipaksa karena
ketidakberkuasaan kita untuk menjadikan diri tidak adil.

ahh, apa kabar wanita muda gila yang sedang hamil tua itu???
aku baru saja mengasah rasa milikku dari hidupnya yang malang. rasa yang entah...

***

*dia bahkan menolak kontak mata. merasa tiada dan meniadakan orang lain.meniadakan dunia 'kita' dengan dunianya....


Jogjakarta 24 September 2009

(*foto dari: http://treesflowersbirds.wordpress.com/2007/01/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...