Rabu, 23 September 2009

Bissmilahirohmanirohiiiiimm...Semoga Bermanfaat, Yahh!!!

Sabtu 19 September 2009.

Pukul 19.06. Masih asyik facebookan. Di luar sana orang-orang ramai sekali. Malam takbiran. Allahu Akbar berkumandang. Nyayian puji-pujian, rebana dan bedug, ada juga petasan bercampur celotehan anak-anak dan remaja. Saya bahkan seolah bisa membaca ekspresi sukacita mereka meski saya masih di depan komputer, jauh dari jendela yang bisa menghantarkan penglihatan saya ke rombongan besar di jalanan itu.

Sore tadi saya berencana ingin sekali melihat aksi takbiran di monumen serangan umum 1 maret. Namun sepertinya gagal karena saya keasyikan facebook. setengah jam kemudian jalanan Bumijo sepi lagi.

***

Pukul 21.05 WIB. Saya memastikan diri untuk melihat dari dekat kemeriahan malam takbiran itu. Saya memutuskan pergi ke depan kantor redaksi Kedaulatan Rakyat di jalan Mangkubumi. Oh, ternyata dijam segitu, masih ada banyak rombongan takbiran yang akan menuju Malioboro. Dengan pick up penuh manusia dan bongkahan bedug besar, diiringi puluhan motor (dengan pengendara tak berhelm, pemakluman yang datang setahun sekali mungkin dari pak Polisi barangkali...).

Saya memutuskan berjalan kaki ke selatan, ke Malioboro. Ternyata kawasan ini mulai sepi. Sebagian besar pedagang sudah membereskan jualannya. Mall besar di kawasan itu pun sudah tutup. Namun Ramayana sepertinya masih ramai. Benar sekali karena ternyata mereka sedang menyemarakan malam takbiran dengan tema ' belanja hingga tengah malam, diskon makin gede!'' Ahh, dewasa ini sulit yah membedakan antara beribadah dengan mengkonsumsi sebanyak mungkin (konsumtif, red). Paham ini mungkin sedang merayakakan keberhasilan mereka mempropagandakan manusia abad ini: berbelanjalah dan berkonsumsilah sampai kamu mampus!

AHH...

Pukul 21. 45 WIB. OMG! saya belum makan malam. Dan saya tahu jika malam-malam begini di Malioboro sama saja akan menguras kantong dahsyat jika berbicara makanan. Lesehan Malioboro harganya selangit, dan setengah jam saja duduk mungkin sudah menghabiskan 5000 rupiah untuk meladeni pengamen yang datang silih berganti bagai sekedip mata...Restoran KFC sudah tutup. McD yah sama saja mahalnya. Bisa mati bediri beta ini, bisik saya dalam hati.

Persis di selatan mall, saya melihat ada kerumunan manusia berbaris dengan sayup-sayup suara dari toa 'kuponnya mana...terima kasih...ayo yang disebelah timur itu tolong kasih jalan...tolong...yah, nanti semua dapat...tenang saja...bissmilahirohmanirohiiiiiiiiiiiiiimmmm, semoga ini bermafaat buat bapak ibu, mas - mbak sekalian...selamat Lebaran, yah...

Saya makin mendekat. Ternyata ada pembagian bungkusan putih kepada para tunawisma yang mendiami kawasan Malioboro diwaktu malam hari. Yah, rumah mereka adalah deretan pertokoan Malioboro, dapur dan kakus mereka adalah juga di Malioboro saat malam. Kamar tidur mereka adalah lantai-lantai kasar sepanjang jalan Malioboro!

Menarik untuk mengamati manusia-manusia dengan segala rupa ini. Mengamati segenap reaksi psikologis yang jelas terpancar dari bicara, raut muka dan gestur tubuh mereka. Entah apa isi bungkusan itu, biskuit kah? baju bekas yang layak pakai atau mungkin baju baru? baju koko? mukena? jilbab baru? saya tak tahu, saya hanya melihat dari jauh. Saya hanya ingin melihat reaksi mereka. 'Alhamdulilah...dek' kata seorang ibu yang menggendong anak balitanya sambil memegang bungkusan putih di tangan kanan dan memegang tangan anak lelakinya (5 tahunan mungkin). Raut wajah yang lelah, gosong terbakar sinar matahari namun membiaskan secercah senyum bahagia. 'Selamat Lebaran yah buu...' seru nurani saya. Tak mampu berucap. Lebih tepatnya tak mampu berucap. Mungkin.


Berepa masih sabar mengantri dengan secarik kupon hijau di tangan. Wajah lelah, wajah suram, wajah dekil yang menanti datangnya hari kemenangan itu. Dengan sabar atau lebih sabar lagi, mungkin Tuhan yang Maha Besar itu mau mendengar doa mereka, agar tahun depan, Ramadhan berikutnya, mereka bukan seperti orang asing di belantara Malioboro melainkan menjadi diri sendiri dan diri dalam keluarga di kampung halaman mereka masing-masing, dengan senyum, dengan nasib yang lebih baik.

Pukul 22.15 WIB. Malioboro makin lengang. Tinggal siraman cahaya kuning dari lampu jalanan yang menemani istirahat para tunawisma itu. Mereka harus tidur karena besok pagi mereka harus sholat Ied di dekat situ dengan kondisi sedikit berubah atau tidak sama sekali, seperti kondisi malam ini, dengan pakaian lusuh melekat karena keringat.

Saya memilik berbalik arah. Sejenak mampir ke minimarket kecil yang buka 24 jam, membeli roti dan air mineral. Buat alas perut.

Selamat idul Fitri 1430 H, ;Ngaturaken sugeng Riyadi...maaf lahir dan batin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...