Kamis, 14 Mei 2009

Sampah Kok Dimakan yah?

(catatan kecil soal jajanan anak dewasa ini)

Rutinitas baru pulang dari tempat kerja menggunakan jasa Bus Trans Jogja ternyata memberikan banyak pengalaman menarik. Ini juga karena ‘hobi’ saya yang suka mengobservasi segala sesuatu yang ada di sekitar saya, terutama perilaku-perilaku orang. Sudah sebulan lebih saya sering bertemu tiga bocah SD (yang tambun-tambun) di atas bus ini. Dan yang menarik perhatian saya adalah kebiasaan mereka menenteng berbagai makanan lantas begitu lahapnya menyantap sejak di shelter hingga di atas bus.

Sebenarnya yang menarik perhatian saya adalah jenis panganan yang mereka nikmati. Anda mungkin tahu dan mengamati aneka jajanan anak-anak jaman sekarang atau Anda pernah melihat deretan mas dan mbak-mbak penjual jajanan di depan pintu pagar sekolah. Ini membuat saya khawatir tapi tak kuasa membendung (lha mereka bukan anak-anak saya, punya kuasa apa saya).

Saya sangat khawatir karena jenis makanan itu menurut saya sangat-sangat tidak sehat. Dari warnanya saja saya sudah bisa menduga itu. Dan dari rasanya hampir dipastikan yang saya lihat ini banyak mengandung MSG ( mie-miean, sate sosis, sate bakso dengan saus berwarna merah ‘aneh’, bermacam-macam). Mungkin karena otak saya sudah terpengaruh dengan beberapa tayangan televisi soal jajanan anak-anak sekolah sekarang yang sarat dengan MSG, pewarna kimia berbahaya, pengawet, dsd, dengan dosis yang tak terkira. ‘Makanan sampah’
kata orang-orang Barat sana. Heran yah sampah kok dimakan.

Hampir dipastikan ketika bertemu di shelter bus, makanan mereka yah itu-itu saja. Saking sering mengamatinya saya merasa mungkin mereka akan berpikir, ‘lihat mas ini, gila aja liatin kita terus, pengen juga kali yah mas ini?!’

Saya teringat penyakit yang dialami anak seorang teman saya (hmm, jangan heran kalo banyak teman saya itu sudah beranak-bersuami-beristri he-he..serius!) yang mengalami gangguan di hati dan empedunya. Ini karena banyak makan makanan tidak sehat, sehingga fungsi hati meningkat berkali-kali lipat untuk menghalangi racun-rancun tersebut). Kini anak tersebut protes berat ke orang tuanya karena banyak pantangan soal makan, gak boleh ini, gak boleh itu, gak boleh lagi ke McDonald,dsb.

Saya hanya khawatir jika sejak kecil perut sudah dijejali dengan makanan-makanan tidak sehat, apa jadinya ketika dewasa nanti? Ngeri membayangkan bahwa sel-sel sudah mulai beranak-pinak sejak kecil, hanya karena makan makanan yang tidak sehat. Saya beruntung lahir dan besar di kampung (Anda yang sudah pernah ke Mollo Utara pasti tahu kondisinya), sehingga sejak kecil sudah familiar dengan makanan-makanan organik. Paling tidak soal makanan masa kecil saya tidak terlalu buruk. Lagian gak mungkin juga ortu saya mengajak saya makan ke McD, di Kapan mana ada McD he-he.
Saya bahkan mengurut ekstra dada ketika ada seorang anak didik saya di Playgroup tiap harinya membaca sarapan mie goreng instan dan mie goreng instan, begitu sitiap harinya. . ‘Abis, anak sukanya itu e pak’ kata sang Mama. Lha, gawat ini. Sebenarnya yang mengenalkan mie ke anak siapa sih? Bukan apa-apa sih, saya bukan penikmat mie instan sejati. Menjadi anak kost gak selamanya makan mie instan mulu!

Menang tidak bisa dipungkiri bahwa dewasa ini kita gak mungkin 100% menghindari makanan-makanan yang tidak sehat itu. Pastilah kita akan menemukan MSG, pewarna kimia, pengawet dimana-mana. Mungkin yang perlu diperhatikan adala kontrolnya saja untuk tidak berlebihan dalam mengkonsumsi.
Saya hanya miris dengan anak-anak jaman sekarang yang melewati masa pertumbuhannya dengan berbagai asupan makanan yang penuh tanda tannya. Juga ketika secara sadar kini saya mempertanyakan asupan makanan saya selama ini. Menyehatkankah?

Jogja, 14 Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...