Minggu, 19 April 2009

Jika Aku Menjadi…. *

Jika Aku Menjadi, salah satu acara TV yang meski tidak sering saya tonton tapi saya punya kesan khusus dengannya. Menarik dan menggugah hati saya. Entah setiap kali menyelesaikan setiap episodenya yang tertinggal di hati hanyalah sejuta rasa malu, rasa bersalah, rasa kecil, rasa sesal, campur aduk, pada diri sendiri, disaat yang lalu ada banyak sela waktu yang membawa saya pada banyak rasa, mengeluh dan terus mengeluh, menggerutu tiada henti, jarang berterima kasih dan bersyukur atas nikmat dariNya.


Kata dosen psikologi klinis saya, ‘itu semacam kuliah kerja nyata’ bagi anak-anak muda Indonesia. Sore tadi saya masih terpaku di depan televisi, dengan sejuta rasa campur aduk, salah satunya adalah berpikir untuk menulis perasaan saya ini. Paling tidak ada untungnya saya menonton siaran televisi Indonesia, meski acara-acara bermutu adalah barang langka untuk stasiun-stasiun televisi di Negara kita yang masih terkesan monoton dan seragam, satu pihak buat ini yang lain beramai-ramai meniru (ahh, ‘perasaanmu saja kali Sen’ teriak teman-teman saya jika saya bilang demikian).

Saat saya tonton JAM edisi Sabtu (18/4) pukul 17. 30 WIB dengan ‘bintang’ seorang anak muda Jakarta yang mencoba merasakan hidup susah bersama seorang kakek tua pekerja keras yang menanam singkong, menganyam bakul dari bilah bambu, hidup miskin bersama sang istri tercinta yang sakit. Katanya saat mencangkul di kebun pak tua itu. ‘Aahh gila! Gue gak kuat. Gak sanggup. Terserah mau ngatain gue manja…’ katanya memelas penuh peluh.

‘Gue malu sama orang tua kaya bapak ini. Gue masih muda kerjanya main aja. Bantuin nyokap angkat belanja aja jarang banget, iya pun pasti gak niat, sambil menggerutu…’ katanya dengan terbata-bata. Nampak tetes air mulain menetes di sudut matanya.

Saya yang menonton tayangan ini hampir selalu larut dalam emosinya acara ini, sampe pernah tak kuasa menahan lajunya tetes air tumpah ruah dari mata ini. Ahhh, saya lantas tersenyum semenit kemudian dan berkata dalam hati ‘thanks God, berarti hati saya masih peka!’
Saya terlalu peka dan terus berpikir bahwa dalam banyak hal ucapan syukur itu masih awam bagi hati dan mulut saya. Bahkan saya berpikir sejenak,


‘KATA-KATA SAJA MEMANG TIDAK CUKUP, KAWAN. HARUS LEBIH DARI ITU. SEJATINYA MERASAKAN APA YANG ORANG LAIN RASAKAN ADALAH DENGAN MASUK KE HIDUP ORANG ITU SECARA NYATA, BEPIKIR DAN MERASA SEOLAH AKU ADALAH DIA. MENJADI SEPERTI APA ADANYA DIA, ADA SECARA FISIK DAN PSIKIS DAN EMOSI DAN JIWA DAN HATI!’


Bahkan saya harus malu jika saya malu hanya 5 menit pasca menonton, saya cukup terenyuh disertai tetes airmata lalu selesai, lupa semuanya dan kemudian berbuat ulah lagi, menyakiti nurani saya dan nurani orang-orang terdekat saya.

Untuk menjadi baik memang tidak harus seperti teman kelas di kampus saya, Eki, yang beneran ikutan acara JAM di Trans TV ini. Oya, saya ingat kata-katanya waktu,
‘sedih deh. malu juga. Saya hanya perlu beberapa menit untuk menghabiskan uang ratusan ribu rupiah bersama teman-teman di Café, tapi ibu ini seharian di pasar, tak lebih dari 50 ribu rupiah yang beliau dapat…’ katanya berkaca-kaca dan menunduk dalam.


Menjadi baik baiknya dimulai dari diri sendiri. Ada banyak cara memang. Saya bahkan punya banyak PR untuk saya sendiri, diri saya sendiri, nurani saya. Bagaimana sih hidup saya dengan orang-orang terdekat saya? Sejauhmana sudah saya hargai keringat Bapatua dan Mamatua saya? Pernahkah saya menyempatkan diri untuk memikirkan orang lain selain diri saya sendiri? Terlibat secara mendalam akan hidup seseorang? Saya ingin, saya akan, saya mau…

Jika aku menjadi…
Aku harus menjadi…
Sehingga dengan menjadi…
Jadilah aku yang….
Sudah jadi…
Kamu bagaimana?


(Jogjakarta, 18 April 2009, di depan televisi, chanel Trans TV, sibuk bertanya ke diri. Diri seolah tersusun atas banyak cermin yang saling memantulkan, mempertanyakan, memberi rasa dan terus berpikir hingga akhirnya menulis ini…Thanks God. )

*ditulis untuk CERAH HATI @ www.iker-anaktimor.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...