Senin, 30 Maret 2009

Pak Senda

(Prolog: bukannya mau narsis, tapi inilah hidup, kadang bisa dirasa wajar bagi sebagian orang tapi juga bisa dirasa sebagai yang XL, extra lebay, bagi orang lain lagi. Ahh. Hidup)

‘Pak Senda’. Itulah sapaan terbaru yang kini kusandang, fresh from the ovenlah, seminggu belakangan di tempat kerja baruku, Anak Prima. Tempat dimana aku menjadi trainee sebagai asisten supervisor sekaligus persiapan menjadi konselor untuk tumbuh kembang anak-anak Playgorup. Ah, kata terakhir ini berat. Berat bagi saya yang baru belajar. Lebih berat berkali-kali lipat daripada memikul banyak nama dalam hidup.

Aku punya banyak nama. Lahir dengan nama Christianto Dicky Senda. Senda itu margaku, nama leluhur dari bapakku yang asli Ende-Lio, Flores. Dicky itu karena keluargaku penggemar dari almarhum Dicky Sulkarnaen. Christianto karena aku lahir 3 hari menjelang hari Natal. Kata kakek (ayah ibu saya) yang memberi nama demikian, karena ada akhiran ‘to’ di belakang ‘christian’ adalah cirri khas pada nama-nama orang Jawa, untuk menghormati nenek saya yang kebetulan asli Salaman-Magelang.

Sayang sekali ketika ayah mencatatkan ke kantor camat (untuk membuatkan akta lahir), kata ‘Dicky’ dilupakan ayah, sehingga yang tercatat hanya ‘Christianto Senda’ saja. Untung saja ‘Dicky’ kemudian menjadi nama panggilan sehari-hari di sekolah, di kampung. Tapi ayah saya kemudian ‘memepelopori’ sebutan baru untuk saya, nama panggilan baru yang lain, ‘ADI’, karena kata beliau aku anak bungsu dalam keluarga, ‘ADIK’, hanya saja orang Timor selalu menyebut kata kadang dikurangi satu atau lebih hurufnya. Adik menjadi adi, pergi menjadi pi/pigi, sonde menjadi son, beta menjadi bet/be/b, atau adik bungsu menjadi ‘adi bu’. Aneh-aneh saja yah.

Panggilan ‘Adi’ kemudian menjadi panggilan sayang dari orang rumah untukku hingga kini. Sejak TK hingga SMA, teman-teman mengenalku sebagai ‘Christianto Senda’ dan ‘Dicky Senda’. Tapi beberapa teman di asrama dulu menyebutku ‘Dickers’, nama samara anak ABG yang gak jelas sejarahnya he-he. Ketika masuk pertama kali ke Jogja lalu kuliah di komunikasi UGM, saya memperkenalkan diri sebagai ‘Dicky’, selain daftar nama di kampus yang pastinya tidak berubah seumur hidup saya, Christianto Senda. Setahun kemudian ketika mencoba ‘peruntungan lain’ di Fakultas Psikologi Mercu Buana, saya memeperkenalkan diri dengan nama ‘Chris’ namun beberapa teman juga memanggil nama margaku ‘Senda’. Panggilan ‘Senda’lah yang menguat hingga kini. Tapi ketika saya bertemu teman-teman dari UGM atau Syuradikara atau dari kampungku, ‘Dicky’lah yang disebut.

Ketika mengenal dunia maya, saya membuat akun e-mail ‘send4_dicky@yahoo.co.id’. Di blog atau tulisan saya saya memakai nama samara lain, Iker atau masih dengan Dickers. Puisi pertama saya dimuat di harian Pos Kupang dengan nama ‘Dickerzs Senda’. Iker karena sejak dulu saya mengagumi kesebelasan Real Madrid dan secara kebetulan dalam sebuah terbiatan madding SMA, secara bodoh (tapi saya percaya itu sekedar lucu-lucuan saja!) menulis bahwa wajah saya mirip kipper Real, Iker Casilas, ah, kalo ini membuat anda muak dan akan muntah, muntahlah saja. Tertawa saja. Percayalah bahwa ABG puber SMA memang suka membuat hal-hal konyol dan bodoh.

Bahkan ada beberapa teman di asrama yang mengaitkan ‘Dickers’ dengan nama mantan pacar saya ketika di SMA. Padahal tidak. ‘Kebetulan’ memang selalu berkeliaran di sekeliling kita. Dibeberapa milis aku hadir dengan nama ‘Christiano’!

Oh my God, ada apa dengan saya, ada apa dengan ‘Chritianto Senda’? Kata Shakesperase ‘apalah arti sebuah nama’. Kataku, kadang nama yang banyak membuatku bingung he-he.

(Epilog: Dan baru seminggu ini saya menikmati sebutan yang terbaru lagi, Pak Senda. Ibu Kepsek, ibu supervisor, para guru, karyawan, anak-anak dan orang tua memanggilku demikian. Berasa tua aja, tapi ini peraturan di sekolah itu. Di kampung saya Bapakku juga sering disapa Pak Senda. Maka boleh jadi kini akulah Pak Senda junior dan bapakku adalah Pak Senda senior. Ahh. Entah ada nama apa yang akan kusandang kedepannya. Tian? Anto? Christo? atau apalah. Aku juga tak tahu. Yang pasti ketika di kost aku dipanggil ‘chris’, di sekolah ‘pak senda’ dan di kampus ‘senda’.)


Bumijo Lor, 29/03/09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...