Selasa, 02 Desember 2008

Pluralisme di Indonesia, Apa Kabar?


Tulisan ini awalnya mengejutkan saya. Sungguh membuat saya kaget. Ada apa dengan Indionesia sekarang ini? Apa kabar PANCASILA? Data itu diambil dari www.thejakartapost.com (saya dapat dari milis), tanggal 1 Desember 2008 siang.Hal yang bagi saya sangat sensitif juga mengancam keberlangsungan NKRI. Berikut data-datanya kurang lebihnya begini:
Survey yang dibuat bulan lalu oleh Pusat Penelitian Islam dan Masyarakat (PPIM)
dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta mengatakan bahwa
- 62,4 % para guru agama Islam pada sekolah negeri dan swasta di pulau Jawa menolak pemimpin bangsa dari kalangan non-Muslim .
- 48 % para guru merasa perlu untuk menempatkan para siswa laki-laki diruang kelas yang terpisah dari para siswi perempuan
- 68.6 % responden menolak kepala sekolah yang beragama non-Muslim dan 33,8 % menolak kehadiran guru-guru non-Muslim disekolah-sekolah mereka .
- 85,6 % responden melarang para siswa mereka untuk merayakan pesta-pesta yang berbau ke Barat-baratan dan 87 % guru tadi melarang para siswa mereka mempelajari agama-agama lain diluar agama Islam .Sampelnya adalah 500 guru agama islam di Jawa. - - 73,1 % para guru agama Islam yang diwawancara menolak kehadiran rumah ibadah dari kelompok agama lain dilingkungan mereka.

- Ada 67,4 % responden yang mengatakan mereka lebih merasa diri sebagai orang Islam dari pada sebagai orang Indonesia.Mayoritas responden juga mengatakan mereka mendukung diberlakukannya hukum syariah guna memberantas kejahatan dinegeri ini.
- Ada 58,9 % responden yang mendukung hukuman rajam atas setiap kejahatan dan ada 47,5 % yang menghendaki agar para pencuri dipotong tangannya dan ada 21,7 % responden yang menuntut agar hukuman mati dijatuhkan pada mereka yang murtad dari agama Islam dan pindah keagama lain .

- Hanya 3 % saja dari para guru agama Islam yang disurvey mengatakan bahwa mereka merasa berkewajiban untuk menanamkan nilai-nilai toleransi pada para anak didik mereka.
- 44,9 % mengaku berasal dari NU dan 23,8 % berasal dari Muhamadiyah.

Ada banyak lagi datanya, namun dari sini saja, saya bisa memahami bahwa kedepan akibatnya tentu akan lebih dasyat. Pelan tapi pasti Apalagi ini melibatkan guru, maka bukan tidak mungkin 'dogma-dogma' di atas tadi bisa tertanam pada setiap kepala murid-murid. Saya tak bisa berkata-kata lagi, komentar berikut lain waktu saja...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...