Jumat, 12 September 2008

Idola dan Problem


Beberapa waaktu belakangan perihal kematian om Sophan Sophiaan kembali terkuak, pasalnya ada dugaan beliau wafat bukan saja terjatuh akibat lubang jalanan namun juga dilindas moge-moge dibelakang beliau. Pernah saya tulis, ketika SD saya pernah menonton salah satu film beliau lewat media VCD, sayapun tahu beliau actor Indonesia. Istri beliau, Widyawati, saya ingat betul adalah satu bintang sabun Lux dulu (saya meliahat iklannya di majalah intisari jadul sewaktu SD.) Dibeberapa majalah kakak saya pernah saya beca juga artikel soal keluarga beliau. Itu sewaktu SD. Saya banyak tahu karena sejak kecil terbiasa membaca apa saja. Kedua sosok ini kemudian familiar bagi saya. Ketika SMP saya juga tahu om Sophan anggota DPR dari fraksi kepala banteng, belakangan akhirnya keluar karena katanya tak sependapat, sejalan dengan visi/misi partai. Lama tak ada kabar (karena mereka berdua pasangan tercocok bagi saya, selalu tampil serasi, penuh panutan sehingga jauh dari berita miring), kembali memori lama dan sejuta rasa salut saya kembali terkuak, mereka berdua tampil setelah lama vakum, terlibat dalam film Love. Film ini kembali mengukuhkan salut saya pada keduanya. Saya benar-benar melihat acting terbaik sekaligus mewarnai film tersebut menjadi tak biasa (karena acting pemain lainnya yang ‘kagok’ banget, he he sori!.)
Saya malah menginginkan jika kehadiran kembali keduannya bisa diganjar dengan piala citra tahun ini, tentu saja doa saya ini tak berlebihan jika melihat acting pikunnya om Sophan yang brilian.
Terus terang ketika melihat tayangan TV beserta komentar pembaca beritannya yang terkesan ‘ngompor’ dengan mengkritik aksi ‘jalur merah putih’ tersebut yang digambarkan terlalu berlebihan di saat BBM naik, malah moge-moge yang notabene milik kaum berduit berpawai ria di jalanan. Itu kesan yang saya tangkap dari tayangan TV. Seolah kontras dengan tayangan wawancara dengan om Sophan ketika itu jalur merah putih telah mencapai daerah Surabaya, bahwa maksud dari semua ini tak lebih hanya untuk membangkitkan semangat Nasionalisme masyarakat Indonesia yang kian pudar dan sola moge karena kebetulan beliau pencinta moge. Saya masih ingat waktu itu saya terlampau terpengaruh dengan ungkapan pembaca berita. Saya tak begitu suka dengan aksi itu meskipun dilakukan oleh tokoh idola saya. Bagi saya masih ada cara lain yang langsung ‘mengena’ ketimbang mengendarai moge yang pastinya ‘kesenagan pribadi’( baca: kepuasan jiwa,andrenalis sebagai mana layaknya penggila moge lainnya) lebih dominan disini. Ah, ini hanya pendapat pribadi saya saja. Toh, saya kembali mengingat acting belaiu di LOVE ketimbang membicarakan hal-hal politis seperti ini (maksud saya politisasi yag dibungkus kemanusiaan, toh ada banyak tujuan lain selain upaya heroisasi Nasionalisme).
Hanya berselang sehari dan saya dibuat terkejut ketika tak sengaja sedang menonton acara gossip siang, Insert, dan ada berita dadakan soal kematian beliau. Rasa penasaran menjadi terbukti setelah terjadi telewicara Live di TV. Selanjutnya saya mengikuti pasti setiap berita tentang kematian itu. Karena beliau actor favorite saya tentunya.
Setelah tahu penyebanya sempat terpikir apa hanya alasan itu saja, jalan berlubang, jatuh dan wafat? Seperti anda mungkin saya pun berpikir jauh soal itu. Ini manusiawi jika saya berpikir demikian: bisakah jika setelah terjatuh atau terlempar, pada saat sekaligus moge-moge susulan bisa saja menabrak atau melindas tubuh beliau yang terjatuh di jalanan? Karena pikir saya waktu itu secara beliau yang memimpin di depan dan ada puluhan moge lain yang menyusul dibelakang dengan kecepatan yang sama atau hampir sama, bisa jadi kejadian refleks itu tak bisa menhindarkan moge-moge yang menyusul di belakang lalu melindas tubuh beliau. Ini hanya dugaan saya, waktu itu.
Dan kini hal yang sama ternyata juga dipikirkan orang lain bukan saya saja. Berarti ini sangat manusiawi. Apapun itu alasannya, ceritannya, kebenaran yang ada diantara kebenaran-kebenaran lain yang telah muncul atau bakal muncul yang pasti saya hanya berharap ada kejujuran (jika itu konon ditutupi atau tidak). Jika berbohong pun pasti suatu hari kelak akan terkuak juga, karena kebohongan adalah kejujuran yang tertunda. Ada unsur politisnya? Mungkin saja terlalu jauh jika ini murni kecelakaan,karena saja tabrakan dari moge-moge dibelakangnya sangat mungkin terjadi. Kecelakaan yang bagaimana sebenarnya ini masih misteri jika para saksi dan rombongan itu sendiri tak kunjung berkata yang sebenarnya. Semoga cepat terkuak dan tokoh idola saya ini bisa beristirahat dengan tenang…
Soal surat yang sudah dibuka secara diam-diam sebelum diserahkan ke keluarga, bisa jadi adalah jalan menuju sebuah ketidakjujuran tadi. Selalu ada benang merah dalam setiap kejadian dalam hidup, tinggal bagaimana benag-benang itu diulur menjadi semestinya.
semoga yang terbaik buat kedua idola saya ini he-he...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...