Jumat, 29 Agustus 2008

Puisi dari Asyur

Tidur
Ah pasrahnya
Ah damainya
Pikiran tenang. Melayang…
layang melayang
Jauh
bagai layang-layang
bebas!
Merdeka
bolak-balik tubuh
Bermacam gaya. Gratis
Tapi hati-hati ada drakula
Medio, 4 Oktober 2004

Permata Cinta Syuradikara (Cipt. Ferdy Levi)

Oh…kau pendiri dan penjasa
Yang telah pergi
Kau bagai kandil
Yang bersinar di dalam hatiku
Jasamu harum bagai
Mawar yang berembun
Dikala sendu aku berdoa
‘ya, Bapa surge
Rangkul mereka dalam cinta’
Tahta surge mulia jadi mahkota di nirwana
Ende, 01 September 2003
50 tahun Syuradikara
NB: lagu khusus yang diciptakan pak Levi dalam rangka HUT Emas Syuradikara. Penampilan perdana dinyanyikan oleh duet Anita Seru dan Lanto Ladjadjawa, lagu yang sederhana namun mampu mengoyak-ngoyak kesenduan hati warga pencinta pencipta pahlawan utama, Syuradikara.
Kelak ketika Lanto tamat aku diberi kesempatan menggantikannya, meski suaraku tak lebih baik darinya, aku tetap bangga dengan itu. Saat dimana pak Levi begitu baik padaku, saudara sesukunya. (mungkin saja nepotisme berlaku dalam kesempatan ini he-he.)
………….
Special buat someone ‘MM’ yag selalu hadir dengan temperamen khasnya, watak yang kadang membuat kami teman-teman seangkatan bisanya geleng-geleng kepala. Hanya saja dia sosok yang istimewa dalam kelompok kami, cerdas dan berpendirian. Dalam buku harian aku menulis ‘ friend, kalo marah jangan luapkan lewat tampang lo yang beringas dan tampang ‘muka hitam’mu. Cobalah tersenyum untuk hari ini, meski duka sekalipun’
Maaf kawan bukan apa-apa. Toh aku juga pernah kesal, pernah marah. Satu hal yang membuatku ingat dan menulis dirimu di buku harian ini hanya sebatas keunikannmu itu. Terima kasih karena kita sudah belajar bersama, membagi hati dan semangaat ketika susah dan senang itu adalah warna pelangi dalam perjalanan hidup kita. Tiga tahun begitu bermakna. Untukmu ‘MM’ aku pernah menulis sesuatu, hanya sekedar memaknai sesuatu peristiwa, sewaktu kau jadi actor utamanya. Hanya itu. Jangan amarah itu ada apalaagi dendam, yah..he-he
22 februari 2005,
Sahabat, janganlah murung dan gelisah hatimu
Kalau memang duri telah menusuk perasaanmu. Perih kutahu
Ingatlah, masih ada langit biru jika siang terasa begitu hampa
Dan jika letupan jiwa memanas tak mampu kau bendung. Cobalah sejenak
Lihat bintang di atas sana. Kau melihatnya kan?
Rasakan jamahannya menyentuh lukamu
Rasakan, angin malam Asyur mengobatimu perlahan
Kami ada didekatmu, jika karangmu bisa berbagi tempat dan
Ruang. Biar maumu dibagi sepuluh sehingga kau jadi dirimu
Yang bukan ‘aku’ utama. Maaf jika ini terlalu mengada-ada
Tak bermaksud menyudutkanmu. Hanya saja karangmu terlalu
Kokoh buat disentuh. Hanya saja langitmu bisa berubah sekejap jadi
Guruh angin menyapu awan bawa kehitaman dan gelap.
Maaf, jika kehadiran kami Cuma membekaskan amarah hati,
Memanaskan darah jadi didih. Jika kata-kata mampir menusuk ubun-ubunmu
Kami mohon maaf…
Inilah sahabat-sahabatmu
Oksigen untuk berbagi
air buat segarnya dibagi-bagi
tawa buat jiwa merona bahagia…hanya saja kau mau meluluhkan sedikit karangmu
terlalu keras kawan untuk disentuh.
Maaf jika salah
Maaf jika berlebih
Maaf jika senyumu terkemabang
Maaf jika maafmu memaafkan hati kami

(NB: aku juga belajar dari hal ini. Sesungguhnya aku tak lebih baik dari teman satu ini. Aku juga pribadi yang interovert dan pemarah. Emosi yang meledak-ledak. Aku juga pernah puya karang yang kokoh. Namun aku juga belajar darinya untuk melembutkan karangku. Pelajaran gratis yang guru sendiripun tak sadar.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...