Liang Merah
Aku lahir dari rahim yang merah. Aku liang merah tempat segala firman dan takzim bersambut jadi lembayung. Dari Dia sang sumber itu mengalirkan daya sensasi dan tuah.untuk dia yang merah nun dibawah atap kesuburan.
Dua puluh satu abad kemudian mereka mneyanyikannya untuk liang
di pinggang segara mencampur tawa dan jelaga dan derita dan berlembar-lembar prahara dan nipah dan segenggam bintang. Maka jadilah aku liang dengan dua sisi, marabencana dan cinta kasih. Aku akan jadi liang ,tempat segala yang bertuan masuk, memancing nafsu, merajut dunia cinta bahkan menulis derita sekalipun didalamnya, lalu mencampakkan dengan pakaian kepongahannya,
Entahlah. Liang adalah generasi dari sebuah takdir ketika Hawa yang merah terlampau salah melangkah.
Namun aku tetap liang yang diciptakannya Dia lewat dia yang merah dari merahnya Hawa
Jogjakarta November 2007
Kelimutu
Kemarin
Aku sampai ke dunia sunyi
Terbungkus oleh alam mistik
Kemanakah cakrawala itu?
Berjalan di belantara keteduhan
Berlarian dengan jiwa-jiwa hingga sampai ke Suarga( sudah kucium jejak mereka)
Di manakah ujung Dunia ini?
Kucari sang terang, susuri anak tangga
Dan sampai pada halaman istana awan-awan putih
Sungguh realitas
Ku hirup nafasNya dalam( sangat dingin)
Dia tersenyum samar. Penuh
Lalu meleleh
Jatuh berwarna
( ketika semangat itu kembali dari pengasingannya. Jogja, 22 malam di merahnya Mei)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...