Kamis, 31 Januari 2008

suara beta...

Liang Merah

Aku lahir dari rahim yang merah. Aku liang merah tempat segala firman dan takzim bersambut jadi lembayung. Dari Dia sang sumber itu mengalirkan daya sensasi dan tuah.untuk dia yang merah nun dibawah atap kesuburan.

Dua puluh satu abad kemudian mereka mneyanyikannya untuk liang

di pinggang segara mencampur tawa dan jelaga dan derita dan berlembar-lembar prahara dan nipah dan segenggam bintang. Maka jadilah aku liang dengan dua sisi, marabencana dan cinta kasih. Aku akan jadi liang ,tempat segala yang bertuan masuk, memancing nafsu, merajut dunia cinta bahkan menulis derita sekalipun didalamnya, lalu mencampakkan dengan pakaian kepongahannya,

Entahlah. Liang adalah generasi dari sebuah takdir ketika Hawa yang merah terlampau salah melangkah.

Namun aku tetap liang yang diciptakannya Dia lewat dia yang merah dari merahnya Hawa

Jogjakarta November 2007

Kelimutu


Kemarin

Aku sampai ke dunia sunyi

Terbungkus oleh alam mistik

Kemanakah cakrawala itu?

Berjalan di belantara keteduhan

Berlarian dengan jiwa-jiwa hingga sampai ke Suarga( sudah kucium jejak mereka)

Di manakah ujung Dunia ini?

Kucari sang terang, susuri anak tangga

Dan sampai pada halaman istana awan-awan putih

Sungguh realitas

Ku hirup nafasNya dalam( sangat dingin)

Dia tersenyum samar. Penuh

Lalu meleleh

Jatuh berwarna
Wink ( ketika semangat itu kembali dari pengasingannya. Jogja, 22 malam di merahnya Mei)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...