Selasa, 19 Juni 2018

Banyak Malaikat

Saya menulis catatan ini ketika sedang transit dua jam di bandara Hamad International Airport di Qatar. Pesawat Qatar Airways yang membawa saya dan teman saya Sisca asal Temanggung dari Jakarta dalam waktu 8 jam. Melelahkan. Naik pesawat tiga jam dari Kupang ke Jakarta saja sudah sangat membosankan. Kami berangkat dari Jakarta jam 12.40 WIB, tiba jam 5 waktu Doha, dan sepanjang 8 jam perjalanan saya cuma bisa tidur ayam (sedikit nyenyak, banyak kaget bangunnya). Kami akan singgah 2 jam dan akan melanjutkan perjalanan ke London juga akan 8 jam!

Tapi dibalik itu saya juga senang. Ini pertama kali saya singgah di Qatar, dengan perjalanan pesawat terlama dan akan hidup lebih dari 11 hari di 8 kota di Inggris Raya. Saya dan Fransisca Callista atau Sisca pernah ikut seleksi sebuah program bernama Drivers for Change dan kedatangan kami ke UK ini dibiayai oleh British Council Indonesia. Prosesnya lumayan panjang, terjadi beberapa bulan lalu. Singkatnya saya dikontak kak Ita dari BC Indonesia yang memberikan link seleksi DFC. Saya hampir saja batal ikut karena kurang dari 1 jam sebelum penutupan, saya baru kirim aplikasi. Mengisi aplikasi online di Mollo yang akses internetnya mengerikan itu juga bukan sebuah pekerjaan yang muda. Ketika saya merasa hampir selesai mengiri aplikasi, saya baru sadar kalau ada satu anjuran di aplikasi itu yang belum saya lakukan: menjawab satu dari sekian pertanyaan itu dalam bentuk video, mengirim ke Youtube dan memberikan link Youtube ke panitia seleksi lewat aplikasi yang akan saya kirim. Dan… waktu saya tinggal 30 menit kurang lebih. Saya ingat malam itu, Mollo sedang berkabut dan dingin sekali, saya harus keluar dari teras rumah, merayap di antara tiang-tiang teras supaya mendapat jaringan internet yang bagus hanya untuk mengirim video pendek berdurasi 2 menit ke Youtube. Singkat cerita video itu terkirim, aplikasi lengkap terkirim dan beberapa bulan kemudian saya mendapat surat elektronik dari British Council Indonesia dan Drivers for Change kalau saya diterima dan akan berangkat ke Inggris dengan berbagai salah satu syarat yang tidak kalah ribetnya: mengurus visa!

Prosesnya tidak gampang ternyata, sebab ada saja kendala yang saya temui kemudian. Pertama, saya dilemma sebab bapak saya baru saja sakit cukup serius, melewati dua kali proses operasi yang memakan banyak biaya dan saya merasak agak bimbang saja untuk pergi meski semua biaya ditanggung BC Indonesia (kecuali biaya keberangkatan ke Jakarta untuk mengurus visa plus biaya visanya, harus saya tanggung sendiri). Dilemanya makin kuat. Saya akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari proses ini.
Beberapa hari kemudian, kak Ita mengontak kembali. Intinya saya harus tetap ikut dan BC Indonesia yang akan menanggung biaya visa. Waktunya memang sudah semakin mepet, mengingat juga libur Lebaran akan tiba dan memotong banyak sekali waktu untuk mengurus visa (normalnya 14 hari kerja). saya masih saja merasa berat. Saya harus beli tiket ke Jakarta PP.

Saya tahu dan merasa dalam banyak kesulitan, selalu saya ada hal baik mengampiri. Selalu saya ada orang baik datang menolong. Ada jalan keluar yang sungguh mulus. Saya tiba-tiba dikontak untuk sebuah pekerjaan singkat di Jakarta minggu itu juga. Minggu ketika saya dilema untuk pergi ke Jakarta mengurus visa. Saya sambut pekerjaan itu dengan sukacita. Segera aplikasi visa yang sudah saya isi saya kirim. Kendala berikutnya muncul lagi. Jadwal wawancara visa yang berdekatan dengan hari kedatangan saya ke Jakarta sudah penuh. Saya bisa dapat jadwal tapi pekan berikutnya. Artinya, waktu saya semakin mepet untuk bisa mendapat visa di 14 hari kerja, saya harus tinggal lebih lama lagi di Jakarta untuk sebuah proses wawancara visa dan satu lagi yang tidak kalah bikin pusing: membayar pengurusan visa dengan kartu kredit.

Ketika sedang bolak balik mempertimbangkan jadwal pekerjaan, jadwal wawancara visa dan siapa teman yang punya kartu kredit yang bisa dipinjam, saya tiba-tiba teringat satu nama: om Ermi Ndoen. Beliau yang selama ini selalu mendukung komunitas tempat saya bergiat, Lakoat.Kujawas. Segera saya kirim pesan via WA ke beliau. Tidak lama kemudian, om Ermi menjawab dan bersedia untuk membantu dengan menggunakan kartu kreditnya. BC Indonesia sudah bersedia untuk nanti akan mengganti uang om Ermi. Ada rasa lega. Tapi, jadwal wawancara seminggu lagi dan besoknya saya sudah harus terbang ke Jakarta untuk pekerjaan tadi. Oke, saya harus putar otak lagi, mengontak teman dan keluarga yang bisa menampung saya selama sepekan berada di Jakarta. Dompet kian menipis.

Siang itu saya memang sudah janjian dengan om Ermi tapi saya batalkan karena saya kelelahan, tepatnya ketiduran hingga sore. Ketika bangun, om Ermi sudah mengirim pesan, menanyakan apakah saya jadi ke kantornya untuk melakukan proses pembayaran visa? Saya ingat, aplikasi visa UK saya belum final. Saya buka kembali via HP. My Lord! Ada satu slot wawancara visa yang kosong sehari setelah saya tiba di Jakarta. Segera saya booking dan tancap gas ke kantor om Ermi. Singkat cerita satu step terlewati. Visa sudah dibayar, saya sudah dapat jadwal wawancara yang berdekatan dengan waktu saya di Jakarta. Terima kasih om Ermi, malaikat saya waktu itu.

Saat wawancara visa di Mall Kuningan City, jadwalnya jam 11, saya tiba jam 8 pagi ketika mall belum buka. Kak Ita mampir sebab akhirnya diputuskan untuk memakai jasa visa priority (5 hari jadi) mengingat tidak mungkin kalau memakai jalur normal 14 hari kerja. Kak Ita datang untuk meminjamkan kartu kreditnya. Malaikat kedua!

Prosesnya tidak serumit yang saya bayangkan. Mungkin karena sudah berbekal ‘surat sakti’ dari British Council, prosenya tidak kurang dari 10 menit. Tidak ada wawancara mendalam. Selanjutnya, Dinda teman baik saya saat ikut Youth Leader Forum dari GMB tahun 2015 yang membantu saya untuk mengambil visa lima hari berikutnya, membantu menitipkan ke teman lain dari Oxfam (Nadine, malaikat ketiga), lalu dari Nadine visa itu dibawa dengan selamat ke Kupang sama mas Marcel Oxfam (malaikat keempat saya!). Tuhan baik, lewat banyak tangan orang baik.

Pagi ini saya memandang gedung pencakar langit kota Doha dari jendela terminal. Begitu banyak manusia di terminal ini namun sepi yang saya dapatkan. Rapi, tertib, tenang terlihat di mana-mana. Jam 8 nanti pesawat Qatar Airways akan membawa saya dan Sisca ke London. 7,5 jam penerbangan, begitu tertulis di boarding pass. Delapan jam dari Jakarta ke Doha dan 7,5 jam dari Doha ke London, maka total 15 jam lebih berada di pesawat, sungguh melelahkan. Sisca berkali-kali membuat saya tertawa dan sejenak melupakan banyak hal yang masih mengganjal. Apakah ini nyata?
Agenda di Inggris Raya selama 11 hari adalah saya dan Sisca bersama 80 orang muda UK dan 18 orang muda lainnya dari Pakistan, Mesir, Afrika Selatan dan Brazil akan mengunjungi 8 kota besar di Inggris, mulair dari Liverpool, Sunderland, Edinburg hingga Port Talbot dan akan berakhir di London. Kami dijadwalkan akan mengungunji banyak komunitas di UK yang sudah menerapkan ide Kewirausahaan Sosial dalam aksi sosial mereka. Kami akan bertemu dengan banyak warga aktif dari UK dan banyak Negara berkembang, akan mengikuti workshop, diskusi dan tentu saja saling berbagi ide dan cerita terkait mimpi dan gerakan di masing-masing komunitas. Saya tentu saja hadir dengan membawa banyak mimpi dari Timor, dari Mollo dari Lakoat.Kujawas.

Oya Sisca sendiri adalah salah satu orang muda keren dari Jawa Tengah. Beliau dan teman-temannya di Speagi dan masyarakat di kampung Papringan, di Temanggung bikin pasar Papringan yang sangat keren. Kalian bisa menyimaknya di media sosial. Selalu senang bertemu orang-orang muda dengan aksi sosial yang keren. Orang-orang muda yang punya keberpihakan pada komunitas warga.

Kisah ini akan berlanjut. Saya sungguh tidak sabar untuk memulai petualangan 11 hari di Inggris Raya. Terima kasih British Council Indonesia untuk kesempata emas ini. Terima kasih Sisca yang sudah menjadi teman perjalanan yang seru. Kita baru bertemu semalam di Terminal 2D Soekarno Hatta dan langsung akrab. Banyak teman Sisca juga adalah teman saya. Apapun yang kita lakukan dengan riang hati dan passion yang besar, pada akhirnya juga akan mempertemukan dengan banyak orang baik dengan visi dan mimpi yang sama dengan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...