Selasa, 08 September 2015

Delapan Tempat atau Lebih untuk Menikmati Kuliner Kupang dari Sisi Berbeda


Sulit memang menemukan warung atau restoran dengan masakan khas dan masih asli Timor atau NTT pada umumnya di kota Kupang. Saya akui itu ketika 5 hari menemani chef Rahung Nasution keliling Kupang dan rasanya ya sulit menemukan pangan lokal yang masih otentik. Secara Rahung yang kita semua tahu punya kepedulian pada kuliner lokal, kuliner nusantara, salah satunya lewat aksi beliau dan kawan-kawannya di Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI). Bahwasannya setiap daerah punya cara sendiri mengolah pangan lokal jadi kuliner enak. Tapi pada kenyataanya, di Kupang, lebih gampang menemukan restoran Padang atau warung  Lamongan ketimbang warung yang menjual , misalnya, se’i, jagung bose, jagung katemak, lu’at, sayur rumpu rampe, dsb. Kupang boleh berbangga karena belakangan ini sudah menjamur restoran se’i, tapi se’i yang bagaimana dulu? Apakah se’i berasa gurih yang dipanggang dengan kayu dan daun kosambi, atau se’i manis dengan bumbu Manado, ala-ala Chinese Food, dsb. Tapi sebagai referensi kuliner, bolehkah beberapa tempat berikut bisa jadi panduan anda saat berburu kuliner di kota Kupang.
Sei Babi Baun (copyright: Rahung Nasution)

1.    Se’i Babi Om Ba’i (Bapa Tiran) di Baun, kecamatan Amarasi Barat. Sekitar 20 km dari Kupang. Tempat makan ini sangat fenomenal dan jadi favorit karena salah satu yang masih mengolah se’i babi dengan cara tradisional khas Timor; hanya memakai garam, daging dipanggang di atas para-para kayu kosambi dan diatasnya ditutup dengan tumpukan daun kusambi/kosambi segar. Kusambi memberi rasa yang unik, gurih dan memberi warna merah kecoklatan pada daging babi.
Sayangnya Om Ba’i tidak menggarap warungnya jadi tempat makan yang representatif. Bangunan seadanya, dengan nasi putih (dulu sempat ada nasi kacang) dan sambal lu’at. Sonde ada sayur rumpu-rampe yang dijual di sana. Begitupun untuk minum bir misalnya, kita harus memesan dari kios di seberang rumah om Ba’i. Bawa nasi dan sayuran dari rumah juga bisa. Tempat itu hanya menjual nasi putih, sambal lu’at dan se’i babi (isi) yang dijual 140ribu per kilogram (di Kota Kupang 150ribu per kilogram). Kalau ingin makan se’i rusuk/rebis/ribs, harganya bervariasi. Rata-rata di atas 350ribu. Mahal tapi salah satu bagian dari se’i yang bikin kamu mabuk kepayang.

2.    Tempat makan enak yang terletak agak diluar kota Kupang, yakni di Oesao, Kupang Timur. Ikuti jalur Kupang-Soe dengan kendaraan priadi sekitar 30 menit, waktu dan usaha yang lumayan sepadan kenikmatan aneka kue tradisional, jagung pulut rebus, jagung katemak pulut, jagung bose, sayur rumpu rampe (tumis bunga pepaya, daun singkong, jantung pisang, buah pepaya muda, dengan ebi/terasi). Aada juga terong goreng disiram sambal lu’at, jagung pulut goreng dengan bawang putih dan terasi, sup kacang merah dengan tulang babi. Mampirlah ke warung Anugerah Oesao dan nikmati semuanya. Rasanya masih asli seperti makanan di kampung-kampung di Timor. Untuk jajanan pasar sendiri ada yang khas seperti kue perut ayam (terigu dan gula lontar), kue abi (tepung beras, kelapa dan gula lontar) juga sejenis kue cucur yang dikenal dengan sebutan kue solo. Warung Anugerah persis di tepi persawahan Oesao, pas untuk tempat makan siang, ditemani angin sepoi persawahan.
Kue Perut Ayam, dkk (copyright: Rahung Nasution)
3.    Di Kota Kupang sudah ada lebih dari 10 restoran/warung yang menjual se’i babi atau sapi sebagai menu spesial. Yang terkenal ada Bambu Kuning di Kuanino dan di Oebufu. Ada juga Aroma di Ruko Oebobo dan ruko di seberang Kantor Pos Oebobo. Di sana tersedia aneka olahan daging babi seperti kerupuk kulit babi, babi goreng tepung, pangsit goreng babi, dan se’i babi dalam kemasan vacuum. Se’i babi di Aroma enak tapi tidak seenak di Baun. Menu lain seperti sup brenebon, sayur rumpu rampe dan se’i rebis/ribs juga tersedia di Aroma ataupun Bambu Kuning. Alternatif lain, cobalah Se’I Babi Remaja cabang SoE yang kini sudah buka di Jalan Ahmad Yani, Oeba, sebelah Rukun Jaya.
4.    Berminat wisata kuliner malam-malam di Kupang? Susuri saja jalan Jenderal Sudirman hingga Moh. Hatta di wilayah Kuanino, disepanjang pertokoan yang sudah tutup, orang-orang menjual ‘Nabas’ sejenis nasi campur babi. Khas Kupang? Tidak juga karena daging babinya dimasak beragam, ada babi kecap/tongseng babi, ada yang dimasak rica-rica/bumbu RW, ditambah sup kacang merah dengan campuran tulang babi. Pelengkapnya sambal lu’at, sayur rumpu-rampe, sayuran pahit seperti tumis daun pepaya juga sayur paria bumbu kuning. Ada juga nasi RW (daging anjing).
5.    Waroeng Beta, lokasinya disebelah Aroma di seberang kantor Pos Kupang. Pemiliknya orang Manado sih jadi menunya perpaduan Manado Kupang. Ada paket jagung bose, se’i fuga (se’i sapi yang rasanya manis dan sudah disuir-suir), karmanaci (rasanya seperti tongseng sapi), dabu-dabu, sup brenebon, sambal lu’at dan es teh manis. Waktu ke Warung Beta, saya dan bang Rahung Nasution mampir beli tuak manis dari lontar yang dijual di sepanjang jalan Naimata-Penfui, sebotol harga 5000, mantap dinikmati sama sepaket bose di Waroeng Beta.
Bose, rumpu-rampe dan lu'at (copyrght: Rahung Nasution)
6.    Bagi penikmat kuah asam (ikan tuna segar dimasak dengan kuah kuning dengan rasa asam gurih dari tambaring/belimbing wuluh), bisa dinikmati di Tenau. Warung Kuah Asam Tenau sudah sangat populer di Kupang. Lokasinya kalau dari arah Kupang menuju pelabuhan tenau, via jalur bawah, persis setelah Gua Monyet dan sebelum masuk pintu pelabuhan, nah warung mungil da di pojok kiri. Penandanya adalah banyak mobil yang terparkir di sisi jalan sepanjang jam makan siang. Cukup nasi putih dan semangkuk kuah asam, sudah, segarnya sampe ke ubun-ubun.
7.    Bicara seafood di Kupang, orang-orang akan merujuk ke Pasar Malam di Kampung Solor, tapi bersiap kecewa karena puluhan warung di sana isinya seragam, cara masak pun seragam. Secara yang jual umumnya orang Jawa maka rata-rata seafood diolah serba kecap. Tapi ikan, udang, sotong, dll tetap segar dan sensasi makan seafoodnya juara Cuma itu jangan berharap bisa menemukan racikan bumbu lokal di sini. Kalau sudah begini saya menawarkan Anda untuk menikmati senja yang tak pernah sama setia harinya di Pantai Lasiana.
8.    Di Lasiana kamu bisa beli gula lempeng yang dibikin masyarakat lokal di sepanjang kampung dekat loket masuk Pantai Lasiana. Gula lempeng adalah hasil olahan nira lontar yang berbentuk lempengan tipis. Setelah beli gula lepeng mampirlah ke OCD Beach Cafe di dalam kawasan pantai Lasiana. Nikmati sunset dengan ditemani berbagai kopi khas NTT, seperti kopi Bajawa, kopi Manggarai, kopi Mollo (Lelobatan), Kopi Dilli, dsb. Ditemani pisang bakar disiram gula lontar merah dan kacang tanah atau ubi goreng sambal lu’at. Komplit.

Paling tidak, inilah delapan referensi tempat makan di Kupang. Tentu masih ada banyak variasi tapi saya mencoba membawa Anda untuk menikmati sesuatu yang khas Kupang. Kalau mau makan seafood rasa Lamongan mah jangan jauh-jauh ke Kupang, ya kan? Warung Manado dan chinese food enak juga banyak di Jakarta, misalanya.
Tentu saja sebelum dan sesudah makan di delapan tempat di atas, kita bisa mampir ke beberapa titik wisata yang ‘tidak biasa’ di kota Kupang. Sunset di pantai Bolok, meting bersama warga di pantai Namosain, tersesat di padang rumput dan bunker sisa Perang Dunia kedua di Penfui atau mampir ke makam raja di kampung Taebenu, bisa jadi adalah tawaran menarik, melihat Kupang dari sisi yang lain.
Jika saya tidak sedang sibuk, saya bisa menemani Anda jalan-jalan menikmati keseruan yang tak biasa di Kupang. Nomor kontak ada di bawah sini, kawan...

1 komentar:

  1. Mantap infonya. Utk warung anugrah patokan lokasinya apa ya kak? Saya pernah ke kompleks bupati, lewat oesao. tapi belum temukan warung anugrah

    BalasHapus

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...