Beberapa waktu menjelang Imlek tahun 2015 saya berkesempatan mengajak murid-murid kelas 7 yang saya bentuk dalam kelompok Junalis Pelajar Speqsanter berkunjung ke Rumah Abu Lay di kota Kupang. Bagi saya ini rumah berarsiktur Cina yang keren dan satu-satunya yang tersisa di NTT. Tak terhitung berapa kali saya ke sini, pergi sendiri untuk mengobrol dengan Ence Roby atau sekedar pergi untuk mengantar teman dari luar Kupang yang ingin berkunjung. Niat saya kali ini berhubung jelang Imlek pasti suasananya akan berbeda dan murid-murid saya berkesempatan belajar sejarah langsung ke keturunan keluarga Lay yang menetap di rumah abu tersebut. Mereka harus tahu bahwa kota tempat mereka tinggal ini juga pernah berjaya di abad-abad silam. Dan menyedihkan bahwa saat ini rumah-rumah bersejarah ini sama sekali tidak diperhatikan pemerintah.
Siangnya saya terlebih dahulu mengantar ka'e Valentino Luis, seorang traveler, yang ingin melihat rumah abu Lay. Di sana kami sempat bertemu kak Ongky Ulan wartawan Timor Express, mengobrol banyak hal dengan tuan rumah lalu pulang. Jam 15 sore saya balik lagi ke rumah abu Lay bersama murid-murid. Aih. Tapi tak bosan karena niat saya harus semakin banyak orang yang tahu dan kenal tempat ini, saking tertutupnya ia dari berbagai ruko bertingkat di kota lama Kupang. Murid-murid sudah saya bagi tugas untuk wawancara dan memotret. Sejam lebih kami mengobrol dan berkeliling, kemudian foto bersama dan pulang. Mereka harus membuat catatan reportase untuk mading dan blog sekolah. Menyenangkan akhirnya bisa membawa murid-murid saya ke sini. Dulu kami sempat berencana untuk ikut kampanye #SaveKotaTuaKupang. Kita tahu merekalah pemilik masa depan kota ini. Baik dan buruknya kota ini dikelola nantinya adalah barangkali juga dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan dan kecintaan mereka saat ini.
Jika anda ke Kupang dan butuh teman untuk berkeliling kota Tua Kupang, saya siap menemani jalan-jalan.
Ketika pulang saya masih menyimpan mimpi: seandainya seluruh rumah ini dicat merah seperti yang saya gambarkan dalam cerpen saya Dongeng Rumah Merah. Ya, cerpen yang akan muncul di buku Hau Kamelin dan Tuan Kamlasi itu berkisah tentang rumah abu ini.
lampion |
ka' Valen dan kak Ongky |
lubang angin di salah satu sisi |
kali dendeng dan jembatan selam persis di samping rumah abu |
jika rumah ini seluruhnya dicat merah pasti akan lebih keren |
rebutan bertanya ke salah satu keturunan Lay |
fotografer kita; James Fanggidae (7E) |
kelompok jurnalis pelajar speqsanter |
tongsis narsis |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...