Kemarin pagi saya baru saja membicarakan topik Perdagangan Anak bersama sekelompok
murid di kelas 7G dan C SMPK St Theresia Kupang dan topik ini masuk dalam
program training untuk mereka yang akan saya jadikan
peer counsellor. Tak bisa
dipungkiri, perdagangan anak untuk dijadikan pekerja seks sudah terjadi di
sekitar kita, di Kupang terutama. Seperti kasus ini
siswi SMP di Kupang dijual dan dijadikan pekerja seks di Kefa. Kabar ini sudah pernah saya dengar ketika baru saja jadi guru BK di Kupang. Konon kabarnya ada bisnis itu di Kupang :( Bujukan-bujukan biasanya
datang dari teman sebaya (selain langsung oleh germo). Anak tentu saja akan luluh ketika diimingi uang dan benda berharga. Saya teringat kasus sejenis yang dimuat di Majalah Tempo 5 Januari 2015. Seorang remaja putri di Palembang dibujuk bahwa ada pekerjaan sampingan yang bisa mendatangkan banyak uang, meski nyatanya si remaja dijual, dijadikan pekerja seks dan sakaw karena diberi narkoba juga. Salah satu pelakunya bahkan diketahui adalah seorang polisi.
Sebagai guru dan konselor di sekolah, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengoptimalkan peran konselor sebaya. Sesama teman biasanya mudah didengarkan dan mudah mendengarkan, tentu saja akan jadi pintu masuk yang baik. Terlebih jika teman diberi pelatihan secara khusus. Mereka tentu saja orang-orang terpilih (misalnya komunikatif, percaya diri, cukup populer di sekolah, dan mudah masuk ke dalam berbagai kelompok pergaulan). Konselor sebaya
saya rasa bisa jadi langkah preventif yang baik. Ayolah para org tua, jangan melulu sibuk bekerja di kantor dan abai mengontrol. Kalau dalam pengalaman saya sebagai guru, kami di sekolah hanya punya 8 jam bersama anak selebihnya berada di bawah pengawasan orang tua.
Hendaknya ini menjadi perhatian kita semua. Apalagi NTT sudah berada di posisi pertama soal Human Trafficking.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...