Senang rasanya hari ini menyempatkan 1 sesi konseling kelompok bersama murid-murid saya: Nanda Oematan, Laura Kennenbudi, Dinto Menek, Thobias Helly, Edo Neloe, Carol Bangu, Echa, Ceri Lianto, Thara Siwomole, Juan, Graha, Pearly Feonale, Fritz Kleden, Anggie, dan Ivanna. Saya memang sedang berusaha memberi persepsi baru bagi mereka soal penggunaan teknologi informasi/media sosial. Kehidupan sehari-hari mereka memang lekat dengan internet.
bersama Laura Kennenbudi dan Dinto (Ketua Osis) |
Melihat kasus penyalahgunaan media sosial yang masih terjadi, saya akhirnya memutuskan untuk melakukan teknik konseling yang sedikit berbeda. Tidak harus di ruangan tertutup, dengan sofa dan pembicaraan serius. Saya memasukannya dalam kegiatan-kegiatan kreatif kelompok. Tahun 2012 saya memakai metode membuat video/film pendek. Siswa diajak berdiskusi tentang sebuah masalah yang sedang tren dan terjadi di sekitar kita, misalnya maki-maki di facebook, bully, dll. Sharing pengalaman dan diskusi terjadi dengan sangat cair. Sampai pada problem solving, kami menyimpulkannya dalam sebuah rencana, sebuah skenario, wah bagusnya bikin kegiatan apa nih. Bikin aksi damai dr kantin sekolah ke kantin Unika dengan poster-poster ajakan untuk berinternet secara sehat sudah pernah kami lakukan. Rangkaian kegiatan itu bahkan kami buat dalam sebuah dokumenter. Lantas film pendek itu diputar dalam sesi konseling kelompok berikutnya di kelas. Ketika tahun 2012, isu bully ada di sekolah saya, saya mengajak beberapa siswa kelas 9 (Ivanna Fulbertus, Ria Ludoni dkk) untuk bikin sebuah aksi. Muncullah ide dari kitab Amsal 17:17. Saat itu bulan kitab suci nasional dan kami menemukan perikop yang indah itu. tentang sebuah ungkapan cinta dan persaudaraan yang tulus satu sama lain sebagai umat manusia. Saya lega. Mereka dengan inisiatifnya mencari kaliamat-kalimat positif, membuat semacam poster berantai dan itu disebarkan ke setiap kelas dari satu siswa ke siswa lain, dari satu guru ke guru lain bahkan ke kepala sekolah hingga akhirnya terekamlah video Proverbs 17:17. Memvideokan sebuah topik konseling kelompok pun berlanjut setahun kemudian dengan film pendek Sang Pengelana. Masih dengan isu persahabatan dan persaudaraan tulus. Klise memang sebab sejatinya itulah problem anak-anak jaman sekarang.
Hari ini kami berkumpul di sekolah merekam beberapa kegiatan dilanjutkan ke hotel la hasienda (miliknya mantan murid saya, yang pernah bergabung dalam kelompok jurnalistik di sekolah). Energi murid-murid saya terlalu besar dan mereka sudah tak bisa dilepaskan dari gadget! Sebagai guru saya harus up to date juga, tak boleh ketinggalan informasi dari mereka. Guru sekarang pun harus lebih fleksibel. Saya dengan gaya dan cara saya, bahkan merasa bisa mengetahui secara detail persoalan mereka hanya karena sering berkegiatan bersama mereka mengurus mading, website sekolah, bikin film pendek bareng, atau sekedar jalan-jalan ke mall atau makan bersama.
Ah, tak ada habisnya jika berbicara tentang mereka. Sekali lagi, mereka ini kreatif! Energi mereka terlalu besar, sayang jika dihabiskan untuk hal-hal negatif. Mereka hanya butuh pengayom, pendamping, kakak sekaligus guru mereka yang bisa mengingatkan, memberi tahu sekaligus bisa mengerti kondisi mereka. Itu saja.
bikin video klip happy by pharrel william untuk ultah sekolah |
narsis sudah pasti. |
Menunggu teman lain, diskusi ringan hingga berat bisa terjadi dengan santai |
videonya ada unggah di youtube ko? boleh minta linknya. :)
BalasHapus