sumber foto Laurent Gaudart |
Kuingin jadi pedang yang kau selip
dipinggang
Agar menjelma jumawa yang menghentak
musuh
Kau ingin hidup dalam setiap tutur dan
liur merah yang tumpah
Dari mulutku
Atas nama tradisi yang melingkar dalam bonet dan waktu
Atas nama cerita yang kita simpan di
loteng ume kbubu
Kita adalah sama,
Kita adalah anak yang dilahirkan gunung
Merangkak dari timur, pecah dan terjebak
ketika pagi keburu terbit
Kau yang tua di utara,
aku yang tersesat di selatan dan adik kita yang tenggelam di barat laut
aku yang tersesat di selatan dan adik kita yang tenggelam di barat laut
Kita adalah kisah yang enggan
tumbuh di sela rambut-rambut pirang jagung anak-anak kita
Adakah dusta yang kita pelihara?
Nenek moyangku setia menjelma setan
untuk batu fondasi rumahmu
Nenek moyangmu setia menjelma setan untuk
air di hutan yang membasahi dahagaku
Siapa yang melempar sengkarut?
Peliharalah dongeng bersama sopi dan
tungku yang menyala
Peliharalah hukum di tikam tiang-tiang
rumah yang menjulang ke angkasa
Peliharalah dongeng dan hukum dengan
darah ayam
Selip keduanya pada bantal anak-anak
kita
Peliharalah dongeng, hidupkan hukum!
Sembari lempar semua pertanyaan tentang
perompak yang menyaru keluarga bermulut manis
Ajari anak kita untuk meneropong bintang
sembilan sambil bernyanyi untuknya
Ajari diri kita untuk setia, untuk tidak
tamak
Biarlah yang ilahi terus benyala dan
membara
Dan mereka yang setia menempel di kulit pohon dan
batu selamanya menjadi setan
Penjaga kehidupan ratusan generasi
menjelang
Kitakah orang-orang gunung-orang Mollo
itu?
Aku takut hatimu berubah tawar
Kau takut aku tak setia lagi pada tanah yang memberi makan
Kau takut aku tak setia lagi pada tanah yang memberi makan
Siapa lagi yang akan menjaga hidup?
Masihkah kita mampu jadi orang-orang
gunung—orang Mollo itu?
Rapatkan barisanmu!
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...