Selasa, 20 Mei 2014

Kitakah Orang-Orang Gunung―Orang Mollo Itu?



sumber foto Laurent Gaudart


Kuingin jadi pedang yang kau selip dipinggang
Agar menjelma jumawa yang menghentak musuh
Kau ingin hidup dalam setiap tutur dan liur merah yang tumpah
Dari mulutku
Atas nama tradisi yang melingkar dalam bonet dan waktu
Atas nama cerita yang kita simpan di loteng ume kbubu
Kita adalah sama,
Kita adalah anak yang dilahirkan gunung
Merangkak dari timur, pecah dan terjebak ketika pagi keburu terbit
Kau yang tua di utara, 
aku yang tersesat di selatan dan adik kita yang tenggelam di barat laut
Kita adalah kisah yang enggan tumbuh di sela rambut-rambut pirang jagung anak-anak kita
Adakah dusta yang kita pelihara?
Nenek moyangku setia menjelma setan untuk batu fondasi rumahmu
Nenek moyangmu setia menjelma setan untuk air di hutan yang membasahi dahagaku
Siapa yang melempar sengkarut?
Peliharalah dongeng bersama sopi dan tungku yang menyala
Peliharalah hukum di tikam tiang-tiang rumah yang menjulang ke angkasa
Peliharalah dongeng dan hukum dengan darah ayam
Selip keduanya pada bantal anak-anak kita
Peliharalah dongeng, hidupkan hukum!
Sembari lempar semua pertanyaan tentang perompak yang menyaru keluarga bermulut manis
Ajari anak kita untuk meneropong bintang sembilan sambil bernyanyi untuknya
Ajari diri kita untuk setia, untuk tidak tamak
Biarlah yang ilahi terus benyala dan membara
Dan mereka yang setia menempel di kulit pohon dan batu selamanya menjadi setan
Penjaga kehidupan ratusan generasi menjelang
Kitakah orang-orang gunung-orang Mollo itu?
Aku takut hatimu berubah tawar
Kau takut aku tak setia lagi pada tanah yang memberi makan
Siapa lagi yang akan menjaga hidup?
Masihkah kita mampu jadi orang-orang gunung—orang Mollo itu?
Rapatkan barisanmu!

2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...