Rabu, 10 April 2013

We Lu Son Tau Rokatenda Ko?

Catatan aksi solidaritas Rokatenda

Tak habis-habisnya teman-teman muda di NTT berbicara mengenai aksi solidaritas buat pengungsi letusan gunung api Rokatenda di kabupaten Sikka (sebagian pengungsinya menetap di Kec. Maurole, Kab. Ende).
saat apel pulang, kotak amal
masih stay di pintu gerbang
Saya pribadi senang. Akhirnya dengan bencana ini, ada hikmah lain yang timbul. Muncul rasa solider dan empati di kalangan anak muda NTT. Berbagai gerakan muncul di kota-kota di NTT maupun di luar NTT. Bencana Rokatenda telah meninggalkan luka bagi ribuan warga Palue, yang disisi lain juga telah memberi pelajaran kemanusiaan yang baik bagi sesama warga lainnya. Dalam pelajaran ini, entah kelak siapa yang benar-benar lulus ujian, siapa yang tidak, tiada yang tahu. Atau siapa yang benar-benar belajar dari pengalaman ini pun, kembali ke hati masing-masing.
Hari ini ketika saya menulis catatan kecil ini, teman-teman #KupangBagarak (kak Inda Wohangara, om Gusti Brewon, kak Danny Wetangterah, kak Doddy Doohan, dkk) masih terus bergeriliya beserta dengan pasukan ‘nadus’ dan ‘nyadu’nya. (FYI, Nadus adalah nona-nona kardus, Nyadu itu nyong-nyong kardus, maksdunya nyong dan nona Kupang sukarelawan yang aktif dan tanpa malu-malu turun ke jalan membawa kotak amal gerakan seribu yang terbuat dari kardus).
Di Soe, Forum Soe Peduli dibawah koordinasi kakak Sandra Olivia Frans masih juga bergerilya turun ke sekolah. Nike Frans dan Ady Nope yang kebetulan alumni SMPN 1 kemudian menggagaskan ide untuk bikin gerakan seribu rupiah di almamater mereka hari ini. Rasanya ini bukti aksi solidaritas untuk Rokatenda telah masuk ke sekolah dan kampus.
            Siswa-siswa saya yang ‘termakan’ kicauan saya di media sosial, kemudian menggagas ide bikin gerakan serupa di sekolah (SMPK St. Theresia Kupang) dan berlanjut di kantin besar Univ. Katolik Widya Mandira, Kupang. Geser hari perdana itu sukses di angka Rp. 535.000,-. Saya pun harus mengucapkan terima kasih buat murid-murid saya dari kelompok Jurnalisme Pelajar SMPK St. Theresia yang begitu antusias bergerak, mulai dari mencetak tulisan ‘Geser SPEQSANTHER Untuk ROKATENDA’ dan ‘SPEQSANTHER Peduli Rokatenda” hingga percaya diri mengedarkan kotak amal dari kelas ke kelas, ke kantin sekolah hingga kantin Unika.
puji Tuhan
dapat Rp.535.000
Laura Kennenbudi, siswi kelas 7, salah satu relawan, yang boleh kita sebut sebagai ‘nadus’ junior (meminjam istilah gokil kakak-kakak dari #KupangBagarak) mengirim SMS kepada, “Pak, beta buat kotak geser ju di beta pung toko e? Nanti baru disalurkan lewat Komunitas BloggerNTT. Ada juga yang SMS, “Pak, besok kita bikin gerakan lai e?” Wah rupanya mereka peduli.
Saya punya cerita kecil ketika bersama dengan tim relawan berkunjung ke setiap kelas, satu dua orang masih bertanya apa itu Rokatenda, tetapi kebanyakan tahu dan paham dengan kondisi Rokatenda. “We, lu son tau ko, itu gunung di Falores (ia menyebut Flores demikian, red) yang meletus ang?! Ko lu son gaul di Twitter na makanya sonde tahu.” Begitu komentar salah satu siswi kelas 9D. Ruth Krismawan namanya. Akh, syukurlah. Saya pikir kalian cuma ngerti kalau kemarin Siwon Super Junior ulang tahun. 


terima kasih kaka...

Ria Ludony di kelas IX A

Aksi Hanny, Anggie dan Stevy di Kantin Unika


***

Christian Dicky Senda. Blogger, penikmat sastra, film dan kuliner. Konselor di SMPK St. Theresia Kupang. Lagi berusaha mencari sponsor untuk membantu menerbitkan kumpulan cerpennya, Kanuku Leon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...