Ini mungkin kejadian
yang mendadak menyeramkan di siang bolong dalam hidup saya. Ini nyata bukan
mimpi, tapi cukup mengagetkan. Bahkan kejadiannya terlalu cepat tapi berefek
panjang paling gak buat saya hingga detik ini.
Ceritanya, kemarin saya memakai motor kakak
saya keliling kota Kupang. Seperti biasa motor Yamaha Mio ini terlalu ‘ceke
bensin’ dalam bahasa Kupang kira-kira artinya sama dengan ‘boros bensin’. Hingga akhirnya
berhentilah saya di sebuah kios penjual bensin eceran di dekat strat A. Ketika
sampai di kios yang dimaksud saya parkir
begitu saja dan langsung membuka tangki. Si bapak penjual bensin
(tepatnya Opa) langsung mengambil sebotol bensi dengan penyaringnya dan
mendekat ke motor. Posisi saya masih dalam keadaan merapat dengan ekor motor.
Kejadian ini begitu cepat dan lagi-lagi saya tak terlalu awas dengan kondisi
sekitar. Si bapak agak menunduk dan mulai menuang bensin dari bitol ke
penyaring kerucut (bahasa Kupangnya: taretek). Dan ketika melihat apa yang
sedang dilakukan bapak itu, tiba-tiba saja jantung saya seakan mau stop
berdetak saat itu juga. Bayangkan bahwa si bapak yang kayaknya seumuran dengan
bapak saya, sekitar 70an tahun, menuang bensin ke motor saya dalam kondisi
sedang merokok. Rokoknya masih menyala dan berada di mulutnya. Dan yang bikin
saya syok ‘5 detik’ adalah bahwa ‘plung’ abu rokok yang masih dalam kondisi
setengah membara itu jatuuuuh begitu saja lewat pinggir ‘taretek’ menuju ke
tanah. Alamaaak. Reaksi saya seketika itu juga adalah menghindar dengan
ekspresi setengah kaget setengah jengkel. (Sambil mengumpat dalam hati,”dasar
tuaaaaa! Kalo mau mati jang ajak-ajak ow! Beta masih pengen hidup!”). Tapi
umpatan saya tetap dalam hati. Ketika ia selesai mengisi, buru-buru saya
menutup tangki. Menghidupkan motor dan tancap gas sesegera mungkin. Dan
berpikir, kalaupun tiba-tiba kios bensinnya meledak, posisi saya sudah 100
meter jauh darinya. Kalaupun lho yah... karena rupanya beliau masih asyik
merokok begitu saja. Setelah kejadian tersebut, saya jadi berpikir ulang untuk
mengisi bensin di kios bapak itu kali berikutnya. Apakah masih perlu? Saya rasa
tidak. Masih banyak kios bensin di Kupang. Tobaaaat.
Pelajaran moralnya: sehati-hatinya kita di
dalam hidup, tapi tetap saja maut bisa saja datang mengintip, lewat tingkah
laku orang-orang di sekitar yang kadang gak disiplin dan acuh tak acuh. So,
perlu kehati-hatian ekstra! Ternyata
saya masih diberi umur yang panjang sama Tuhan, juga bapak itu (sore tadi pas
lewat, masih melihatnya segar bugar dan masih dengan rokok di mulut di jejeran
botol-botol bensin! OMG).
Belum ada 2 minggu ketika kejadian di kios
bensin, saya menonton sebuah tayangan di Fox Crime, tentang kelakuan-kelakuan
kecil kita yang bisa berakibat fatal bagi diri kita dan orang lain. Salah
satunya tentang si pria jahat yang mempekerjakan seorang wanita dengan siksaan.
Sehari-hari kerjaanya adalah mabuk-mabukan. Mengotori seluruh rumah dengan
sampah, tumpahan miras beralkohol tinggi juga muntahannya, dan si wanita yang
akan dipaksa membersihkannya. Suatu ketika, si pria mabuk lagi, memaki dan
memanas-manasi si wanita dengan menunpahkan minuman berkadar alkohol tinggi ke
lantai sambil tertawa. Seperti biasa setelahnya si wanitalah yang akan
membersihkan semuanya.
Tapi apakah pernah dibayangkan si pemabuk
bahwa kelakuannya itu akan membunuh dirinya sendiri?
Si wanita dengan sabar membersihkan tumpahan
miras. Dengan kain lap, ia menyeka dan menampung perasan air berkadar alkohol
tinggi ke dalam ember. Ia lantas membuang isi ember itu ke kloset duduk tanpa
menyiramnya. Tak pernah diduga bahwa kloset duduk yang tertutup itu akan
menimbulkan reaksinya sendiri. Dan ketika si pria gila yang akan BAB alias
boker dengan asyiknya merokok dan membuang puntung rokok ke dalam kloset. Detik
itu juga kloset itu meledak. Pria gila itu mati! Dengan ledakan besar di
pantatnya.
***
Christian Dicky Senda. Blogger dan Konselor remaja. penikmat sastra, film dan kuliner. Menetap di Kupang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...