Kamis, 08 Maret 2012

Ruang Tamu (#fiksimini)


Ruang tamu barusan dicat. Kuning gading pasnya memang dengan sofa coklat, bebungaan plastik yang menguning.
Ruang tamu kini sepi.
Sebuah kereta bayi dengan tatakan minum bersusun gemintang berwarna pelangi.
Dinding yang masih harum cat, pigura dengan gambar suami istri beserta dua anak.
Ruang tamu kini sepi.
Di atas meja, sebuah laptop bernama Marcha masih menyala. Mouse baru hadiah dari kantor dan desktop bergambar malaikat telanjang.
Di sudut ruang tamu, seorang duduk merenung: ruang ini barusan dicat. Baunya bikin pusing. Dia melamun, dan gambar di layar menampakan wajahnya lima puluh tahun kemudian. Wajah tua ketika ozon kian ompong. Kemana wajah malaikat telanjangnya?
Ia menulis sesuatu di halaman ms.word:
“Sudah tahu sedang radang, kok tadi munum es teh?”
Ruang tamu kini sepi. Seharunya gak sudah dicat saja.
Seharusnya si malaikat tak telanjang.
Seharusnya ia tak menua
Seharusnya ozon tak bocor
Seharusnya ia menulis lagi: aku perlu membaca tiga buku per minggu. Sebuah tekad.

Seharusnya ia menjadi udara.

Seharusnya ia menghapus semua tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...