Minggu, 01 Januari 2012

Refleksi Tahun Baru: Eat Pray Love


31 Desember 2011:
(Bela-belain pulang kantor langsung ke supermarket beli spaghetti dan saus siap pakainya, karena harus pulang ke rumah di Kapan, sekitar 20an km ke utara dari kota SoE. Meski sedang hujan deras, rela basah yang penting segera tiba ke rumah. Malamnya akan ada acara kumpul keluarga. Saya selalu suka momen itu)
Puas rasanya kali ini bisa kumpul-kumpul bersama keluarga disaat Natal dan Tahun Baru. Merayakan tradisi tahunan: ngumpul bersama para sanak saudara, mengobrol, saling bercerita pengalaman masing-masing, ziarah ke makamsesepuh, masak-masak menu spesial hingga berdoa bersama di malam pergantian tahun. Memang kali ini tidak semua anggota keluarga hadir, tapi tetap seru dan tidak kehilangan makna.
Dulu saat kakek dan nenek (dari pihak ibu) masih hidup, ngumpulnya yah di rumah kakek nenek entah itu di malam Natal atau saat malam pergantian tahun. Namun setelah meninggalnya kakek nenek (kami lebih akrab menyebutnya Ba’I Oyang dan Nenek Oyang), tempat ngumpulnya beralih ke rumah kami, rumah bapatua mamatua. Momen-momen langkah seperti ini sangat kami nikmatin. Biasanya akan diisi dengan bercerita panjang lebar, topiknya apa saja, sambil menikmati kudapan khas yang biasanya dibikin Mamatua. Kalau misalnya menu utamanya babi panggang, maka semuanya sudah pada sibuk memanggang babi, menyiapkan sambal, bir, sayuran, dll. Malamnya makan bersama lalu dilanjutkan dengan mengobrol, makan-makan (lagi) atau nonton TV sambil menunggu waktu pukul 00.00 tiba. Menjelang menit akhir menuju tahun baru anak cucu menantu biasanya sudah duduk dan berdoa bersama. Bersyukur untuk rahmat selama setahun belakangan, dan memohon anugerah Tuhan untuk kehidupan di tahun yang baru. Berdoa buat kesuksesan hidup semua anggota keluarga (anak cucu menantu besan) dan berdoa untuk anggota keluarga yang sudah meninggal dunia ataupun yang sedang sakit. Sejak kecil memang merasakan pengalaman seperti ini, jadinya lebih berkesan ketimbang cuma nonton-nonton pesta kembang api. Sepatutnya malam pergantian tahun baru diisi dengan refleksi diri, melihat hati. Main Kembang api atau bakar petasan sih boleh-boleh saja, minum bis bersama itu harus. Nari-nari hingga pagi juga boleh kok tapi perlu ada obrolan dari hati ke hati antar semua anggota keluarga, perlu ada acara berbagi pengalaman hidup, perlu ada refleksi diri dan sejenak melarutkan diri dalam doa. Bersyukur kepada Sang Penyelenggara hidup itu jauh lebih penting, ketimbang pestanya kan? Ini sih pilihan hati masing-masing…beruntung bahwa keluarga saya masih setia menjalankan tradisi ini.
Semalam, Bapatua yang memimpin doa. Di luar sana hingar bingar kembang api dan deru pawai sepeda motor memecah kekhusyukan berdoa. Selesai berdoa, seluruh anggota keluarga bisa saling ‘ciom idong’ (cium hidung, tradisi yang intinya sama dengan cium pipi kanan kiri, bedanya disini adalah saling menggesekkan hidung ke hidung). Setelah itu saya yang sengaja menyibukan diri dengan menyiapkan the panas untuk semua (khusus mala mini sih). Tradisinya sih begitu, habis berdoa bareng dilanjutkan dengan acara ngeteh bersama. Bisa juga dilajutkan dengan mengobrol, nonton TV atau boleh langsung tidur karena paginya jam 8 harus ikut misa perayaan tahun baru di Gereja.

Jalan Kampung Baru No 2, Delapan jam sebelumnya…
Saya sudah sibuk di dapur. Kali ini memang tugas saya untuk menyiapkan menu makan malam. Eh begini-begini bisa masak lho. Semua menu malam ini serba babi: sup iga babi dengan labu siam, buncis dan kentang. Menu kedua, spaghetti saus Bolognese dicampur daging babi cincang, babi goreng tepung dan babi kecap. Mantaap kan? Cuma roti isi daging babi saya saja yang gagal, karena bibit rotinya mungkin sudah gak bagus. Padahal sudah saya uleni-remas-remas-banting-banting sampai lengan kanan pegel lho. Tak masalah, karena esok siangnya kakak perempuan saya yang baru belajar bikin kue sarang semut sangat berhasil bikin kue itu. Ditambah lagi rol gulung isi selain nanas (buatan Mamatua sendiri) yang dibikin kakak saya itu enak juga.

1 Januari 2011
Pagi ini kota Kapan masih diguyur hujan. Tapi jam 8 pagi sudah harus ke gereja.
Seperti biasanya misa tahun baru ini sepi ‘peminat’. Mungkin kebanyakan masih ngantuk karena begadang semalam suntuk. Atau sedang capek karena berdansa hingga pagi buta. Atau mungkin diantaranya masih ada yang terkapar karena efek alcohol belum 100% lenyap.
Pulang dari Paroki Maria Imaculata Kapan, seperti biasa obrolan seru berlanjut di ruang makan. Kakak laki-laki saya yang menetap di SoE juga baru saja tiba dengan dua anaknya, Bintang dan Terang. Yang menyiapkan menu makan siang kali ini adalah salah satu kakak perempuan saya yang tinggal di Atambua. Menu utamanya, bakso tulang! Sepanci gede bakso tulang akhirnya benar-benar saya pastikan sudah ludes di jam 3 sorenya.
Nah gimana dengan makan malam kita? Tanya salah satu  keponakan saya.
Ternyata kami sudah diundang untuk makan malam di rumah kakak saya lainnya, yang jaraknya tak seberapa dari rumah Bapatua-mamatua. Menu utamanya: RW! Yakni daging anjing yang dimasak dengan banyak bumbu seperti lengkuas, bawang merah -putih, cabe, jahe, kunyit, serai, dll. Rasanya memang super pedas. Teman makannya tentu saja yang paling nikmat adalah bir. Sungguh nikmat tahun baru yang ruaaar biasa! Kami makan dan terus bercerita diselingi canda tawa. Nikmat rasanya sekeluarga, anak cucu menantu kumpul bersama dan menikmati hidup layaknya sebuah keluarga. Keluarga yang solid, yang hangat satu sama lain, yang care, yang terbuka, yang saling bantu. Maka pada titik seperti ini, kejadian ini menurut saya jauh luar biasa ketimbang menghabiskan sejumlah uang untuk sebuah pesta kembang api sesaat. Kalau sudah begini, mending di rumah saja deh, seperti kata pepatah, home sweet home. (langsung play lagu Home-nya Michael Buble, wew…makin bermakna deh hidupmu, paling gak untuk hari ini, hari pertama di tahun 2012. Rumah memang segalanya. Disana ada keluarga yang paling mengerti jalan hidup kita. Sebab dalam keluarga, ada ruang tempat jiwa yang letih bersandar, yang haus mampir untuk minum, yang kepengen curhat bisa leluasa bercerita…
Ah, rasanya kepengen melewati kejadian-kejadian seperti ini setiap hari saja…sayangnya esok, semua akan pulang kembali ke rumah masing-masing. Saya balik ke kos saya. Kembali ke rutinitas pekerjaan masing-masing. Membawa oleh-oleh warna dari setiap pengalaman merayakan Natal Tahun Baru bersama keluarga, dengan demikian harapannya 364 hari kedepannya bisa terlampaui dengan lebih baik. Karena buah yang baik, bersumber dari pohon keluarga yang baik…

Jadi kepikiran, pengalaman ini seperti nonton film Eat Pray Love.
Karena kami Eat, Pray Love itu! 

Kapan, 1 Januari 2012

Christian Dicky Senda. Blogger, penikmat sastra, film, psikologi dan kuliner. Kini menetap di kota SoE. Biasa berkicau di @dickysenda
                                                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...