Sebuah Puisi Christianto Dicky Senda
Seribu orang menari dalam kepalaku. Hingga jam dua belas malam
Dan tanganku terus beterbangan diatas kotak hitam hanya untuk menerbitkan
Semesta kata-kata yang tak kau pahami, karena bukan untuk dibaca
Tapi di cetak saja lalu dibakar diatas kobaran hatimu
Selanjutnya yang perlu kau lakukan hanyalah menghitung jalinan asapnya yang
Menyebul mirip sayap-sayap setan
yang memegang berbotol-botol ramuan
Karena itulah penangkal mabuk yang kuderita
Sebab bukan untuk dilenyapak melaikan dikurangi
Seribu mati sepuluh
Mati lima puluh
Mati sembilan
Bemalam-malam berlapis selimut penghalang arus gigil mata angin
Hingga tersisa satu jika boleh
Satu itulah yang menari-nari dalam kepalaku. Hingga jam dua belas malam
karena kelak, jika hanya ada satu orang, meski mungkin hanya bayanganmu
Maka jemariku akan menarikan kata-kata yang bisa cakrawala kita pahami:
Mencintai keindahanmu adalah keharusan
Dan memiliki kesempurnaanmu adalah mutlak
Sebab ada Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan cinta yang harus dikorbankan
untuk menerbitkan satu cinta
Yakni kamu
SoE, Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...