Berburu Wanita Israel (Seri Pernikahan Multikultur)

Ketika sedang istirahat di ruang konseling saya berkesempatan mengobrol dengan psikolog saya. boleh dibilang ‘bos’ saya karena sudah lebih dari 2 tahun saya menjadi asistennya dalam konseling tumbuh kembang anak. Obrolan yang ringan. Beliau bercerita tentang teman-temannya yang menikah dengan pria atau wanita yang berbeda suku atau bangsa dan hasilnya mereka punya anak-anak yang perawakannya unik, ganteng dan cantik-cantik. Ada temannya yang Dayak menikah dengan pria Ambon-Manado atau teman lainnya yang Jawa menikah dengan Sumba. Hal inilah yang mendorong dirinya mendukung pernikahan ‘multikultur’.

Kata beliau dengan aksen Batak yang kental, “Ayolah Senda, kamu kan punya darah Timor, Flores dan Jawa tuh, nah carilah istrimu orang Manado kek, Bali atau bule sekalian. Pasti ganteng dan cantiklah anakmu itu, Senda.”

Ngomong-ngomong soal bule, bos saya di Anak Prima pun berkali-kali bilang, “Senda, nikah aja sama orang bule. Anak-anakmu ntar bisa jadi pemain sinetron lho. Kamu mah tinggal duduk-duduk aja di rumah terima duit.” Ckckckkc. Iya juga sih. Coba tengok nama-nama pesinetron di TV kita, 80% mungkin punya darah ‘indo’nya.

Tiba-tiba saja saya pengen menulis topik ini karena ada beberapa pengalaman terkait yang pernah saya alami belakangan ini. Misalnya dengan contoh ketiga ini yang juga pernah saya alami ketika ngobrol dengan teman yang adalah seorang pengagum berat penyanyi Elo aka Marcello Tahitoe. Itu lho penyanyi berbakat kita yang notabene adalah putra dari seniman Minggus Tahitoe dan Diana Nasution. Ini soal efek positif dari pernikahan multikultur. Kata teman saya, “Sen, aku sih setuju banget kalo si Ello nikah aja sama Julie Estele. Kebayang gak sih rupa dan wujud anak-anak mereka nanti.”

“kok malah ngomongin itu sih?” selidik saya.

“lho kan topik kita sekarang ini adalah pernikahan multikultur, bro.”

“kamu tahu kan si Ello yang keren itu produknya bokap (bapak, red) yang Ambon dan nyokap (ibu, red) Batak. Trus jika menikah sama Julie yang berdarah Perancis, Manado dan Cina. Hayooo. Gimana hasilnya menurut lo? Coba deh lo bayangin sendiri”

Saya pun cuma nyengir dan mangut-mangut.

“kalo aku sih, jeng, pengen juga sih. Kalo bisa sih menikah sama cewek Israel. Tapi kayaknya akan sulit tinggal di Indonesia tuh karena pasti akan dituduh Yahudi. Yah gak? Hahahaha…” lanjut saya pede.

 

***

Dan saat menulis ini, saya kok kepikiran untuk menggabungkan ketiga formula dari bu psikolog, bos dan teman saya dalam sebuah mimpi besar tentang wanita pilihan saya nantinya. Plus wanita Israel itu. Bar Rafaeli, misalnya...

Ahhh….

Mari bermimpi…

#MudaersNTT Menulis