(dimuat di harian Pos Kupang, 3 Oktober 2010)
Hidupmu
Jangan kau sesali
Sebuah langkah berani
Menggapai hidup kaya arti
Pada harga sesuap nasi
Ini bukan tragedi
Bukan pula mimpi
Cerita ini cerita nurani
Menggurat garis pasti
Riwayat orang-orang suci
Sampai di sini
Tak usah kau pungkiri
Hakikat dirimu sendiri
Sebagai manusia sejati
Hidup ini
Mengalir tanpa henti
Menuju titik abadi
Dalamnya kau berlari
Menembus misteri
Lalu sunyi teramat lestari
****
Prim Nakfatu
Komunitas Sastra Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui
(dari www.pos-kupang.com/puisi)
Ketukan
Ketukan lirih di jendela
Bergaung di ruang hampa
Melintasi lorong dan kisi-kisi
Terpendal di empasan pintu
Dan meringkuk diam di kolong kursi
Datang lagi sebuah ketukan
Menjangkau telinga setengah abad
"Siapa di luar?"
Desau angin memupus jawaban
Tiba-tiba petir menggelegar
Menyusul ketukan bertubi-tubi
"Siapa di luar?"
Seekor kucing mengeong pilu
Lalu sunyi hingga pagi
Di bawah jendela
Sebuah nama tak dikenal
Mengonggok sebagai ampas sejarah
Ketukan lirih di jendela
Bergaung di ruang hampa
Melintasi lorong dan kisi-kisi
Terpendal di empasan pintu
Dan meringkuk diam di kolong kursi
Datang lagi sebuah ketukan
Menjangkau telinga setengah abad
"Siapa di luar?"
Desau angin memupus jawaban
Tiba-tiba petir menggelegar
Menyusul ketukan bertubi-tubi
"Siapa di luar?"
Seekor kucing mengeong pilu
Lalu sunyi hingga pagi
Di bawah jendela
Sebuah nama tak dikenal
Mengonggok sebagai ampas sejarah
****
Hidupmu
Jangan kau sesali
Sebuah langkah berani
Menggapai hidup kaya arti
Pada harga sesuap nasi
Ini bukan tragedi
Bukan pula mimpi
Cerita ini cerita nurani
Menggurat garis pasti
Riwayat orang-orang suci
Sampai di sini
Tak usah kau pungkiri
Hakikat dirimu sendiri
Sebagai manusia sejati
Hidup ini
Mengalir tanpa henti
Menuju titik abadi
Dalamnya kau berlari
Menembus misteri
Lalu sunyi teramat lestari
****
Kita Berbaris
Kita berbaris dengan kepala tanpa isi
Menanti kepastian, juga tanpa isi
Sebegitu aneh, namun tuntas dijalani
Kerna tak ada pilihan selain ini
Tanda tanya menguap
Lenyap di tengah sejarah pengap
Kita masih berbaris dan bermimpi
Seperti pilar-pilar tanpa arti
Hidup pun menjadi ilusi
Dentang lonceng di awal hari
Berbaur dengan gema adzan
Menari-nari di langit tinggi
Lalu hilang ditelan zaman
Kita masih berbaris
Di sini. Dengan mimpi dan ilusi
****
Kita berbaris dengan kepala tanpa isi
Menanti kepastian, juga tanpa isi
Sebegitu aneh, namun tuntas dijalani
Kerna tak ada pilihan selain ini
Tanda tanya menguap
Lenyap di tengah sejarah pengap
Kita masih berbaris dan bermimpi
Seperti pilar-pilar tanpa arti
Hidup pun menjadi ilusi
Dentang lonceng di awal hari
Berbaur dengan gema adzan
Menari-nari di langit tinggi
Lalu hilang ditelan zaman
Kita masih berbaris
Di sini. Dengan mimpi dan ilusi
****
Prim Nakfatu
Komunitas Sastra Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui
(dari www.pos-kupang.com/puisi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...