Saya baru saja menegur dua keponakan saya yg masih SMP utk belajar malam. Tapi nyatanya mereka lebih asyik nonton TV, main gitar, dengar musik atau main. Saya tiba-tiba saja langsung tersadar dengan kondisi yg pernah saya alami dulu waktu seumuran dgn mereka spt saat ini.
Di pikiran saya, dulu, saya memang jarang belajar malam. Kalau belajar jika ada ujian semester atau ulangan mingguan. Saya mungkin hanya beruntung krn sedikit punya daya serap yang cukup baik, yang sangat membantu sy. Itu pikiran saya waktu itu. Toh nyatanya saya bisa juara kelas. Saya bisa berprestasi. Hal yang sama dulu saya rasakan mungkin yang sedang mereka rasakan saat ini.
Tapi ketika saya berpikir dengan logika saya saat ini, bukan dengan paradigma saya sewaktu SMP dulu, mungkin pemikiran seperti diatas tidak seluruhnya benar. Karena saya baru sadar ketika saya pergi ke Ende untuk melanjutkan studi tingkat SMA saya. Saya baru tahu waktu itu bahwa kondisi yang riil diluar sana jauh melebihi apa yang sudah saya rasakan dan kerjakan sebelumnya, sewaktu saya di SMP di kampung halaman saya.
Kembali ke kondisi riilnya. Di kampung saya, persaingan minim sehingga mungkin akan menyumbang pengaruhnya ke motivasi berprestasi. Gak perlu berusaha keras toh hasilnya sudah bagus, krn secara gak sadar kita (saya dan keponakan saya) mengikuti sikon di kelas, yang bisa jadi range persaingan antar murid terlalu jauh terpisah. Paling di kelas hanya satu dua orang yg punya rata-rata kompetensi sama, selebihnya mungkin dibawah. Wah, sebenarnya bukan diskriminasi nih he he. Tapi lebih jauh dari ini semua, saya rasa semua anak punya potensi yang sama, kembali lagi ke faktor lingkungan keluarga, gizi/nutrisi, dan motivasi berprestasi itu sendiri. Artinya, jika banyak keluarga punya stamdar disiplin belajar yg sama, standar gizi yg baik, saya rasa akan berpengaruh juga pada peningkatan kompetensi belajar siswa dalam sebuah kelas. Sehingga motivasi berprestasi siswa akan semakin meningkat, sehingga kelak ketika kita maju ke tingkat pendidikan yg lebih tinggi lagi, kita gak kaget lagi (seperti ketika saya begitu kaget saat pertama kali bersekolah di Syuradikara, waktu itu semua datang dengan kompetensi diri dan motivasi berprestasi yg tinggi dan akhirnya saya cukup ngos-ngosan utk mengejar ketertinggalan itu).
Dan akhirnya, peningkatan nilai kompetensi guru, kualitas infrastruktur sekolah, akan sangat mendukung kompetensi diri siswa juga motivasi berprestasinya…semoga kedepannya #MolloUtara semakin maju dalam kualitas pendidikannya.
*Puji Tuhan, saat ini sy melihat banyak sekali remaja-remaja Mollo kini berpakaian putih abu-abu (krn sudah ada SMA Negeri di Kapan juga). SMA ini nyatanya mampu menyerap siswa-siswa yang sudah tamat SMP untuk lanjut. Semoga kedepannya akses ke perguruan tinggi juga semakin memudahkan siswa untuk lanjut kuliah. Semoga. Salam prestasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...