Kamis, 09 September 2010

Perjuangan Yang Tak Pernah Usai

Untuk CERAH HATI dan gerakan MUDAers NTT MENULIS @ http://www.naked-timor.blogspot.com

Kamis 26 Agustus 2010 bagi saya adalah satu hari penting dalam hidup saya. Setelah melewati berbagai bimbingan, revisi sana sini, bolak balik kampus- kos, kadang jalan kaki, kadang naek angkot, berpanas-panasan ria menyebarkan angket penelitian, waduuuh komplit deh, akhirnya bisa juga ujian pendadaran. Deg-degan kadang bercampur dengan cuek. Artinya, kadang saya berpikir, ah sudahlah gak sudah terlalu dibebani lagi dengan pikiran menjelang ujian, toh lebih dr 6 bulan saya sudah cukup berusaha dan mati-matian untuk mengerjakan skripsi saya itu, bagi saya itu juga sudah merupakan ujian. Belum lagi sempat beberapa pekan, proses pendaftaran ujian saya mandeg, karena berbagai urusan administrasi yg kadang ribet gak ketulungan, tahulah birokrasi kampus kadang aneh juga. Gak efisien. Jadi ingat deh saat sempat marah-marah juga sama petugas administrasi dan Pak Dekan 3, yah Dekan 3 booo langsung saya hadapin saking kesalnya waktu itu diping-pong sana sini dengan aturan yg berbeda dr satu pintu ke pintu yg lain. Sampai sekarang menyesal juga dulu sudah marah-marah. Waktu itu abis marah-marah langsung sadar ketika sampe kos, waduuuh gawat nih kalau saya misalnya di black list sama pihak kampus, atau bapak-ibu di bagian administrasi itu mengadakan aksi mogok pelayanan untuk saya misalnya, hmm…lebih ribet kan. Untungnya tidak. Saya minta maaf…


***
Hari itu, Kamis 26 Agustus, awalnya saya lewati dengan sangat santai bahkan sempat-sempatnya mengasisteni psiklog saya untuk memberikan konseling tumbuh kembang anak. Beruntung lay out presentasi dengan power point sudah saya siapkan jauh-jauh hari. Baru deh berasa deg-deg serrr di satu jam menjelang ujian. Waktu itu kudu ngambil snack pesanan untuk dosen dan udangan yg akan hadir di acara sidang skripsi saya. Agak ribet krn saudara yg biasa membantu sy lagi liburan ke Jawa Timur. Teman-teman hari itu juga pada sibuk, ada yg sedang KKN, dll. Waktu itu deg-degan krn berpikir apakah nanti dengan banyaknya orang yg hadir akan membuat saya gugup. Atau dosen penguji saya ini super teliti misalnya, bertanya detil demi detil halaman? Tapi disisi lain saya sebenarnya merasa sudah punya amunisi juga: kurang lebih 2 tahun belakangan topik gender sudah saya lahap lumayan banyak, lebih spesifik lagi topik-topik seputar ‘psychology of men’s and masculinity’ juga sudah saya obrak abrik, meski sempat ngos-ngosan krn topik itu masih belum familiar di Indonesia, artinya bahwa saya harus menambah ekstra energi untuk membaca jurnal berbahasa asing meski dgn terbata-bata tp saya berusaha untk memahami intinya. Itu 2 amunisi saya. Maksdunya, jika dosen banyak bertanya seputar pengetahuan umum tentang gender, psiklogi laki-laki, dan semacamnya saya cukuplah untuk menjawab jawab (dan mungkin dengan lancarnya saya memjawab atau mengeles mungkin, sy nampak cerdaslah he he he atau paling gak saya tau masalahnya, saya tau perkembangan secara umum baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri.

Amunis ke 3 adalah, 6 bulan lebih saya bertemu, ngobrol dan bertukar pikiran dengan dosen pembimbing sudah cukup membuat saya pede bahwa saya kayaknya tidak terlalu minus dimata beliau. Bimbingan selama ini lancar-lancar saja. apapun permintaan beliau saya usahakan untuk mengerjakan (OMG! Thanks God, ada mister Google yg selalu membantu mencari apapun). Disisi lain, keuntungannya bahwa dosen pembimbing saya ini dikenal ramah sama mahasiswa, tipe dosen yg gak mau diribetkan mahasiswa dan juga gak mau meribetkan mahasiswa, seimbanglah. Selalu ada jalan tengah yg tidak merugikan siapaun, itulah yg saya alami selama 6 bulan. Meskipun yg terjadi sama dosen oke, eh giliran sama otoritas kampus dan administrasi jadinya terulur-ulur lagi. Tapi itulah dinamikanya menulis skripsi, pelajaran hidup yg sangat besar bag sy.

***
Saya dipersilahkan masuk ke ruang ujian. Sendirian. Teman-teman yg berencana akan hadir dalam sidang skripsi sy ternyata gak bisa datang. Jadilah hari itu hanya 3 orang saja dalam ruang ujian, saya, dosen pembimbing dan dosen penguji. Waktu yg diberikan untuk presentasi 15 menit. Entah kenapa, 2 menit sebelum dimulai kok rasanya sudah ringan. Gak ada nervous. Mungkin karena kondisi ruangang yg lengang, cuma 3 orang, dan Puji Tuhan selama presentasi dan sesi tanya jawab, saya sendiri bisa mengendalikan situasi dan kondisi, saya bisa dengan pede mengatur nafas untuk menjawab, memberi jeda dlm setiap timbal balik komunikasi saya dan dosen. Dalam hati saya selalu berkata: jaga bahasa, jaga kontak mata, beri kesempatan dosen berbicara, jangan terkesan memotong pembicaraan orang, jangan ngeyel, besikukuh boleh tp harus punya dasar yg kuat. Itu prinsip-prinsip saya menjelang ujian. Tetap rileks, bermain dengan ekspresi non verbal juga sangat penting untuk memberikan kesan positf pada lawan bicara dalam hal ini seorang penguji.

***

Dan akhirnya memang terlampaui dengan baik, gak terasa hampir 2 jam mengobrol di dalam ruang sidang. Rasanya plooooong banget. Lega. Ketika besoknya ketemu teman-teman, mereka langsung membaca perubahan dan perbedaan ekspresi wajah saya, dr yg mengkerut, pucat, akibat banyak mikir, menjadi segar, tersenyum lepas, dsb. Ini puncak dr segala usaha saya selama di Jogja.
Awalnya memang saya gak terlalu kaget juga krn persis dengan perkiraan sy dosen penguji emang teliti, bab demi bab, halaman demi halaman dibahas. Meski secara umum bukan menyalahkan atau mencoret tp sekedar mengkoreksi kebenaran dan kesahihannya. Makanya gak terlalu banyak coretan yg harus dirubah juga. Ok. Dan untungnya lagi, saya banyak dibantu dosen pembimbing untuk sekedar mengalihkan dan menenangkan sikon jika penguji sudah jauh dr konteks atau jika saya sudah kewalahan mengontrol sikon yg ada. Thanks Bu Ningsih.

***
Setelah 2 jam berlalu, saya diminta keluar sebentar krn kedua dosen saya tadi akan mengevaluasi, memberi penilaian, dan semacam itu. 2 menit kemudian sy dipanggil masuk dan saya langsung diberi kabar baik itu: mas Senda, anda sudah sangat baik sekali mengukuti prosesi sidah skripsi hari ini, hasilnya sangat memuaskan bagi kami dan untuk itu anda gak harus ujian ulang karena sejauh ini sudah sangat baik. Sampai ketemu di pengumuman hasil yg lebih lengkap saat Yudisium tanggal 17 September 2010. selamat yah….

****
Saat itu saya pulang dengan langkah yg super ringan…lega. Rasanya tubuh ini begitu ringan bagai kapas, melayang, adem, tenang….penuh senyum. Saatnya untuk bermimpi yg lebih banyak dan besar lagi, kawan, bisik nurani saya. Oke. Tapi yg pertama adalah saya ingin sekali membagi cerita dan motivasi bagi teman2 yg sedang skripsi, heiii brother, sister, ayo semangat….saya ingin membagi energi positif ini untk mereka!!!

***

Puji Tuahan proses revisi pasca ujiannya berjalan lancar. Saya makin pede melaporkan hasil revisi saya ke dosen penguji saya, Bu Sri Muliati Abdullah. Semua syarat-syarat sudah dikumpulkan tinggal sekarang menunggu waktu untuk secara resmi diakui sebagai sarjana psikologi.

***
Sambil menulis ini, pikiran sy sudah jauh terbang kedepan, ketika sy sudah resmi sebagai Christianto Senda, S.Psi. OMG! Bangganya hidup ini. Apalagi ini berkat usaha dan kerja keras saya. Tentunya dengan dukungan dan bantuan meteril dan moril dr keluarga, teman, saudara, dosen, dll. Puji Tuhan…

Dan berharap sekali, berapa tahun kemudian muncul lagi titel lengkapnya, Psikolog.

Christianto Senda, S.Psi, Psi….Tuhan Baik!!!!

Dalam hidup, perjuangan emang gak akan selalu usai. Selama kita bernapas, selama itu pula kita dituntuk untuk berjuang. Itulah hidup yang semestinya…


Jogjakarta, 27 Agustus 2010

sumber gambar: btm3.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...