Minggu, 22 Agustus 2010

Sisi Lain Indonesia

untuk CERAH HATI & gerakan MUDAers NTT MENULIS!

Seorang teman saya yg ikut menyumbangkan suaranya untuk SBY di pemilu 2009 lalu mengaku kini kecewa dengan pilihannya. Teman saya mengutarakan ini kemarin ketika kami begitu seriusnya mengobrol tentang berbagai masalah yg terjadi di negeri tercinta ini paling gak sebulan belakangan ini. Mari sejenak kita membicarakan tabung gas meledug tanpa harus lupa bahwa kasus Gayus, Bank Century, dll belumlah usai. Mari kita membicarakan janda-janda pahlawan yg diadili sepihak karena rumah peninggalan suami mereka diakui bermasalah, tanpa lupa sudah 4 bulan belakangan ini, lagi dan lagi, pihak Lapindo Brantas mangkir dari tugas mereka membayar sisa ganti rugi kepada para korban lumpur Lapindo.

Mari kita membicarakan om Pong Harjatmo yang menuliskan: JUJUR, ADIL, TEGAS di atap gedung DPR, tapi gak lupa juga kalo pada tanggal 17 Agustus 2010, segenap jajaran koruptor yang bermukim di hotel prodeo dibebaskan atas nama Grasi dan remisi. Merayakan kemerdekaan atau penjajahan oleh koruptorkah ini???

Mari kita membicarakan juga seabrek politik citra SBY tanpa lupa mengaitkannya juga dengan aksi membacotnya Ruhut Sitompul yg entengnya menginginkan SBY menjabat lagi diperiode depan. OMG, rasa-saranya ada yg lebih mampu dan tangguh, jujur, adil dan tegas ketimbang beliau. Ups, maaf-maaf saja yah, 2 periode tensi rakyat Indonesia sudah cukup dibikin naik turun gak karuan karena kepemimpinannya sama sekali tidak mencerminkan 3 kata yg diteriakan om Pong Harjatmo.

Mari kita membicarakan masa lalu, ketika menjelang pemilu, politik toh dibungkus dengan begitu manis dan menariknya, politik berbalut citra. Janji berhamburan, rakyat terhipnotis. Maka ketika tahun-tahun berlalu, mungkin yg tersisa hanya pernyataan kecewa layaknya teman saya tadi: ketika korupsi hanya menjadi jargon yang mengawang-awang dilangit tanpa menyentuh daratan, jadi kenyataan. Mungkin saja keadilan turun dan menyentuh daratan hanya saja orang-orang tertentu saja yg boleh mendapatkannya, besan, penyandang dana plus penjilat-penjilat setianya.

Bolehlah si Aulia Pohan adalah besan yang spesial di hati SBY sehingga layak untuk mendapat remisi sekaligus bebas bersyarat dari sederet angka milik negara bernama ratusan milyar yg entah berantah kini, dan coba bandingkan dengan nenek tua yg ketahuan mengambil 5 buah kakao lalu sebulan dua bulan harus menikmati sebagai tahanan. Jika sang nenek mengambil sekarung kakao mungkin akan dihukum 1 tahun? Lantas bandingkan kembali dengan uang yang diambil pak Aulia. Oh, God! Berbahagialan kalian yang sudah termakan janji palsu ketika kampanye. Ketika isu korupsi menjadi lagu paling indah dan paling diinginkan rakyat untuk dibersihkan agar kesejahteraan dan pembangunan terjadi, tapi apa yang terjadi, mereka, politikus emang sudah terbiasa menjilat ludahnya kembali tapi mutungnya rakyat rasanya kok sakiiit yah? *saya melirik teman saya yg ikutan pemilu itu*. Sip, 1-0, adalah kekalahan rakyat akibat tipu daya pemerintahnya.

Mari kita juga membicarakan Malaysia lalu ingat kembali aksi kedua Pong di depan istana negara, memakai kaos bertuliskan JUJUR, ADIL, TEGAS plus sovenir 17an yg sebenarnya gak mau kalah juga sama keluarga Istana, keluarga Cikeas, membagi-bagikan sovenir ‘keluarga’ saat acara resmi kenegaraan. Bedanya, Pong membawa sovenir yg isinya tabung gas3 kg, plus buku-buku bertuliskan kata JUJUR, ADIL TEGAS. Semuanya untuk Presiden deh, dari rakyat tercinta. Membicarakan keTEGASan, lagi-lagi kita harus mengakui bahwa nampaknya kita terlalu merasa ‘inferior’ di hadapan Malaysia. Yang inferior justru pemerintahnya, kalo ditanya ke rakyat seminggu ini mah reaksinya rata-rata ‘bondo nekad kabeh’: ganyang malaysia! Bukan rahasia juga kalo bapak kita yang satu itu emang sering dicap lamban, gak tegas, banyak mikirnya sampe gak selesai-selesai. Dipikir-pikir sikap dan sifat itu emang layak sih buat pencipta lagu atau seniman musik, selalu bermain dengan sisi melankolisnya! Lha, bahayanya kalo memimpin negeri sebesar ini kalo Cuma mengandalkan sisi melankolis doang?? Wah bisa berabe, makin dipermainkan deh kite sama tetangga-tetangga usil itu.

Endingnya, kita harus jujur pula bahwa ada sisi dimana kita masih punya stabilitas, namun terkait integritas bangsa, harga diri, perlu dilihat lagi. Termasuk juga kejujuran kita bahwa negeri ini sejatinya masih memelihara kesenjangan sosial yang amat sangat, ketika hukum adalah sesuatu yg mudah dipermainkan, ketika ketegasan kita memberantas korupsi hanyalah bualan belaka.

Lantas, bagaimana dengan isu Plurasislem, sob? Tanya teman saya…
Hadoooh, itu juga yg beribet disini, lagi-lagi soal ketahanan dan ketegasan hukum bagi para mayoritas yg suka gegabah dan main hakim sendiri. Laen kali deh bro…sumpek otak gue. Yuk, ngobrol yg laen aje.

Jogja, 22 Agustus 2010
sumber gambar: http://menteridesainindonesia.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...