Senin, 23 Agustus 2010

Menakar Kadar Nasionalisme Warga Perbatasan

untuk CERAH HATI & gerakan MUDAers NTT MENULIS

Kita mungkin sedang panas dengan ulah Malaysia kemarin, tapi tayangan Genta Demokrasi di Metro TV semalam menjadi bahan pemikiran saya. Ini soal sama warga negara di perbatasan Kalimantan-Malaysia. Miris melihat fakta disana, boro-boro ngomong Nasionalisme, untuk makan, sekolah anak-anak atau kesehatan keluarga, mereka malah lebih banyak mendapatkan itu dr Malaysia ketimbang dr negeri sendiri. Lantas serta merta bisa kita katakan mereka salah, mereka gak Nasionalis? Cinta tanah air memang gak sebatas wacana harus ada bukti nyata, namun melihat kondisi mereka dan minimnya perhatian Pemerintah ke mereka, gak bisa disalahkan juga: ini soal hidup, soal perut.

So, gak usah banyak menghabiskan energi untuk bermusuhan atau menyalahkan Malaysia. Toh faktanya kita juga gak becus mengurus negara ini sendiri. Kita, pemerintah kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi bla bla…tapi kalo banyak daerah masih tertinggal, pembangunan selalu saja timpang, apa untungnya? Apa hebatnya? Selalu bangga dengan kecanggihan Jakarta, kemajuan Jawa tapi lupa kalo di Kalimantan orang-orang hidup karena Malaysia.

Miris ketika warga Entikong, Kalbar, mengakui pindah ke wilayah Malaysia krn anak akan sekolah. Ketika ditanya siapa Presiden Indonesia? Jawabannya, Gak tahu. HUT Indonesia? Gak tahu. HUT Malaysia, tahu! Anak-anak disana bahkan kesulitan menyanyikan Indonesia Raya secara utuh. OMG! Mereka bahkan lebih banyak memegang mata uang ringgit ketimbang rupiah!

Maka ketika perhatian pemerintah memang gak sebatas omong doang, seorang tokoh masyarakat lokal kemudian menyebutkan dengan sebuah fakta dengan nada tegas: ‘’ketika baru menjadi Presiden SBY sempat kesini dan berjanji kepada kami akan serius memberi perhatian untuk kami, tapi ketika sudah 2 periode pun gak ada sama sekali bantuannya! Padahal dulu kami pula sudah mendukung dan berdoa agar bapak bisa jadi Presiden dua periode.’’ Ini bukan bualan, ini fakta tersiar di Metro TV, dari mereka yg pernah dijanjikan akan dibantu.

Menunggu kapan pemerintah bisa sadar dengan problem ini dan mau berbuat perubahan besar untuk saudara-saudara di perbatasan RI dan negara-negara tetangga. Karena masih ada Sangihe Talaud dan Filipina, Papua dengan Papua Nugini, NTT dengan Timor Leste dan Australia. Daerah-daerah yg faktanya juga masih tertinggal dan terabaikan. Ini ancaman tapi yah sudahlah, pemerintah masih keasyikan mengurus citra diri. 65 tahun merdeka rasanya cukup membuat kita arif dan dewasa!

****

Pelajaran malam ini: Ternyata kita sebagai bangsa yg besar harus mempunyai pemimpin yg berjiwa besar, visioner dan gak hanya bikin janji, gak cuma badan doang gede tapi nyali dan tidakannya kecil!

22 Agustus 2010
gambar: warga Kalimantan dengan tato khas suku Dayak...diunduh ari http://noyan.webs.com/budaya.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...