Kurang lebih itulah bunyi sebuah status seorang pengguna Twitter dalam akunnya yg secara tak sengaja tertangkap mata saya saat menonton sebuah tayangan berita di Metro TV, Rabu (18/8). Gambar tersebut memang sedang terkait dengan berita sensasional yang sempat terlontarkan oleh Ruhut Sitompul, seorang wakil dari partai Demokrat, yang sesumbar menginginkan agar Presiden SBY bisa kembali melanjutkan tugasnya hingga periode ke-3.
****
Sontak saja ucapan Ruhut itu langsung menarik perhatian sejumlah pihak. Setahu saya saat menonton TV, banyak yg menolak, termasuk SBY sendiri dan orang-orang dari Partai Demokrat. Jelas sekali bahwa keinginan ini bertolak belakang dengan amandemen UUD kita bahwa maksimal jabatan presiden adalah 2 periode (10 tahun).
Bagi yang menolak, jika lebih dari 2 periode itu sama saja dengan lahirnya sistem lama, sistem pemerintahan otoriter, yg notabene sudah pernah terjadi 2 kali di negeri ini, Orde Lama dan Orde Baru. Kalo ibarat kata, kita sudah 2 kali jatuh di lubang yang sama, masa sih mau jatuh yang ketiga kalinya? Keledai saya gak mungkin jatuh yg kedua kalinya di lubang yang sama. Jangan sampai lho manusia lebih goblok dari seekor keledai!
Kedua, menurut mereka yang ahli politik, bisa jadi keinginanan seperti ini bukan ide asli dari sang pemimpin sendiri melainkan ide dari orang-orang sekitar sang pemimpin yg sedang berkuasa yg mungkin saja punya motif dengan terpilih lagi maka mereka akan juga kecipratan jabatan/kekuasaan. Mereka tergolong orang-orang yg rakus kekuasaan. Power memang cenderung membuat efek ‘ketagihan’ bagi seorang penguasa untuk lebih dan terus memimpin! Fakta terkait bahwa ide menjadikan Soekarno sebagai presiden seumur hidup justru datang dari orang-orang sekitar beliau, bukan ide awal pak Karno sendiri. Sama halnya dengan Soeharto (Ali Moertopo dengan ide pembangunan 25 tahun untuk pemerintahan Soeharto, dsb). Mereka sejatinya adalah juga penjilat-penjilat ulung! Sang bos pun bisa jadi emang suka dijilat anak buahnya!
Ketiga, pak Ruhut mungkin lupa dengan peristiwa reformasi tahun 1998. Harganya terlalu mahal untuk merubah amandemen UUD. Merujuk kata Syafii Maarif, ‘sekalian saja mereka bongkar dan porak-porandakan Bangsa dan Negara ini, demi keinginan mereka ini. Biar tamat sekalian kan?!’
Keempat, toh tak lama kemudian Presiden langsung angkat bicara dan menyatakan bahwa beliau, isteri dan anak-anaknya tidak akan maju dalam pemilu berikutnya. Namun disayangkan jika reaksi SBY hanya sekedar itu saja karena bisa saja hal tersebut justru merusak imej SBY selama ini sudah susah payah dibangun (yg selalu mengutamakan citra ketimbang kerja nyata, ingat kontroversial terakhir: souvenir keluarga di acara kenegaraan, 17 Agustus kemarin). Orang pasti akan bertanya, apa mungkin ini ide awal SBY? Ataukah dari orang-orang terdekat SBY? Yang memang punya tujuan untuk melanggengkan kekuasaan kelompok mereka. Jika tidak kok reaksi SBY hanya sebatas mengklarifikasi? Kok gak ditindak tegas si penyebar isu ini sekalian? (jika hal tersebut mengganggu citra positif SBY). Jika benar IYA ada motif kearah sana, mbok sekalian diganti aja nama partainya: Partai Demokrat partai Otoriter Nasional!
Kelima, kembali lagi soal Ruhut. Kok semakin banyak orang ini berkontroversial jadinya saya pribadi gak terlalu bersimpatik denganya. Coba lihat saja rekam jejak selama ini. Liat cara dia berbicara dengan orang lain di TV atau saat sidang, sangat tidak wise, misalnya dalam sidang resmi, interupsinya selalu lebih banyak menggunakan kata ‘aku’ ketimbang ‘saya’. Jelas kesan yg mendengar, ‘egois/egosentris/sombong/angkuh/arogan kali orang ini!’. Jelas saja ada pengguna Twitter yg menulis seperti diatas, disaat cabe sedang mahal, mending ditukar saja cabe impor dengan wakil rakyat ini yg hanya banyak omong tp gak ada isinya! Bayangkan saja jika gak pentingnya statement Ruhut jauh lebih penting kebutuhan rakyat akan cabe! Nah lho…
****
*mungkin juga itu suara rakyat umum, jika kebutuhan ekonomi makin terhimpit, cabe kemudian menjadi lebih penting dr sekedar omong kosong si Ruhut!*
Merdeka atau mau dijajah lagi orde otoriter baru?
sumber gambar: mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...